BENTOS JENIS “FORAMINIFERA”

Nama              : Yuli Hardiyanti
Nim                 : 4122220013
Kelas               : Biologi Nondik A 2012

BENTOS JENIS “FORAMINIFERA
           
            Foraminifera merupakan organisme bersel satu yang mempunyai kemampuan membentuk yang mempunyai kemampuan untuk membentuk cangkang dari zat-zat yang berasal dari dirinya sendiri atau dari benda asing disekelilingnya. Dinding cangkangnya mempunyai komponen dan struktur yang bervariasi. Foraminifera termasuk dalam filum Protozoa yang mulai berkembang pada zaman Kambrum sampai Resen, Mayoritas hidup pada lingkungan laut dan mempunyai ukuran yang beragam 3 um sampai 3 mm. Menurut habitatnya foraminifera dibagi menjadi Foraminifera bentik dan Foraminifera planktonik (Isni. 2012).
            Foraminifera bentik hidup pada dasar perairan dengan substrat pasir dan banyak dijumpai pada sedimen pasir dan lumpur pasiran. Hasil studi menyatakan bahwa species yang melimpah pada substrat karang bercamour pasir di kepulauan Seribu (Isni. 2012).
            Keanekaragaman Foraminifera yang melimpah dan memiliki morfologi yang kompleks, fosil Foraminifera berguna untuk biostratigrafi dan memberikan tanggal relative yang akurat terhadap batuan. Sedangkan industri minyak sangat tergantung pada Foraminifera yang dapat menentukan deposit minyak potensial. Fosil Foraminifera terbentuk dari elemen yang di temukan di laut sehingga fosil ini berguna dalam paleoklimatologi dan paleoceanografi. Fosil Foraminifera ini dapat digunakan untuk merekonstruksi iklim masa lalu dengan memeriksa isotop stabil rasio oksigen dan sejarah siklus karbon dan produktivitas kelautan dengan memeriksa rasio isotop karbon.
            Foraminifera sangat penting dalam rantai makanan, menyediakan makanan bagi ikan, keong, sand dollar, makanan utama moluska Scaphopoda, dan hewan lainnya. Dapat ditemukan sebanyak puluhan ribu per meter persegi di beberapa lingkungan estuarin, pasang surut hingga laut dalam organik. Mereka bergerak dan menangkap makanan mereka dengan pseudopodia tipis. Ketika Foraminifera mati, cangkang mereka tenggelam ke dasar laut dan membentuk sebuah endapan. Diperkirakan bahwa 30 persen dari dasar laut terbuat dari cangkang Foraminifera.
            Foraminifera digunakan sebagai petunjuk lingkungan telah digunakan secara luas terutama dikalangan mikropaleontologis. Berdasarkan karakteristiknya, foraminifera merupakan indikator potensial untuk memahami lingkungan perairan baik purba (ancient) maupun perairan modern (recent). Salah satu karakteristik yang menonjol adalah struktur tubuhnya yang sederhana dan memiliki cangkang, sebarannya yang luas di perairan serta kemampuannya yang tinggi dalam merespon lingkungan hidup sekitarnya. Fosil foraminifera memiliki jumlah dan keanekaragaman yang besar. Fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Batu kapur dan kapur keduanya berasal dari foraminifera. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, yaitu lebih dari 500 juta tahun yang lalu, mereka berguna untuk berbagai tujuan, termasuk paleoclimatology, paleoceanography, menemukan deposit minyak, dan penelitian mengenai proses evolusi. Sedangkan penelitian terhadap ekologi foraminifera resen merupakan kajian yang sangat berharga bagi penafsiran pengaruh perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia (Rositasari. 2006).
            Foraminifera banyak dipelajari karena memiliki cangkang yang kecil, sifat morfologi cangkang yang mudah diamati, kelimpahan yang tinggi, kisaran hidup relatif pendek dan penyebaran geografis yang luas. Kumpulan foraminifera dari suatu daerah mencerminkan hubungan antar spesies yang dipengaruhi oleh faktor ekologi dan kemampuan beradaptasi organisme tersebut terhadap lingkungannya Dalam penelitiann lain di San Diego, California menyimpulkan bahwa suhu, tipe sedimen dan makanan merupakan faktor-faktor penting bagi populasi foraminifera bentik. Dasar laut sebagai habitat foraminifera bentik memiliki peranan penting. Penyebaran foraminifera bentik dipengaruhi oleh material sedimen yang dominan
            Berdasarkan penelitian oleh Purpasari. 2012, menyatakan bahwa ditemukan 36 species dari foraminifera, tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis organisme di suatu perairan. Macam dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas organisme bentik. Pasir cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Substrat berupa lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup didalamnya harus dapat beradaptasi pada keadaan ini. Hasil analisa butir sedimen pada habitat mangrove terdapat 6,77% kandungan kerikil (2-4 mm), 10,83 % pasir halus (0,063-0,125 mm) serta kandungan lanau dan lempung tinggi. Selain itu kandungan C organik dan materi organik juga lebih tinggi dibandingan daerah lain, sebesar 5.8% dan 10.03%. Pada daerah lamun, analisa ukuran butir sedimen menunjukkan kandungan pasir halus (0,063-0,125 mm) tertinggi sebesar 42,56 % dan lanau sebesar 29,76%. Pada daerah terumbu, hasil analisa butir sedimen menunjukkan 6,24% kandungan kerikil (2-4 mm), pasir berbagai ukuran cukup merata dan sedikit lanau.

5.jpg
4.jpg
3.jpg
download.jpg
 









           

Gambar Foraminifera : Webbinella crassa dan Iridia disphana

            Dalam pengambilan sampel bentos menggunakan alat yang dinamakan Eckman grab, sampel yang diperoleh disortir menggunakan metode hand sorting denga bantuan ayaan mesh yang berukuran 0,5 mm, kemudian dibersihkan dengan air dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah berisi formalin 4% dan dibawa ke laboratorium dan disimpan selama 1 hari. Seteah 1 hari, sampel dicuci dengan menggunakan aquades dan dikeringkan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan identifikasi Dance (1997) dan Robert et al (1982) (Nur Fadli. 2012).


Daftar Pustaka

Fadli, Nur, et al. 2012. Keragaman Makroentos di Perairan Kuala Gigieng Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Depik. Vol 1 No : 1
Nurruhwati, Isni, et al. 2012. Kelimpahan Foraminifera Bentik Pada Sedimen Permukaan di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika. Vol 3 No : 1
Puspasari, R, et al. 2012. Kelimpahan Foraminifera Bentik pada Sedimen Permukaan Perairan Dangkal Pantai Timur Ujung Kulon, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol 1 No : 1

Rositasari, Ricky. 2006. Komunitas Foraminifera di Perairan Laut Arafura. Jurnal Oceanologi dan Limnologi. Vol 1 No : 40

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN GENETIKA ALEL DAN GEN GANDA

LAPORAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

LAPORAN OKULASI