LAPORAN IMUNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Laporan Imunnologi
PERLAKUAN ORAL PEMBEDAHAN DAN
DISTRIBUSI ANTIGEN PADA MENCIT (Mus
musculus)
Disusun
Oleh :
YULI
HARDIYANTI
4122220013
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2015
1.
JUDUL
PRAKTIKUM :
Perlakuan
Oral Pembedahan Dan Distribusi Antigen Pada Mencit (Mus musculus)
2.
TUJUAN
PRAKTIKUM :
ü Mengetahui
pengaruh serum terhadap berat badan mencit.
ü Mengetahui
pengaruh serum terhadap berat limfa dan thymus mencit.
ü Mengetahui
pada konsentrasi berapa, sistem imun bekerja maksimal setelah diberi perlakuan
serum ayam atau marmut
ü Mengetahui
perbedaan pemberian serum ayam dan marmut pada mencit
ü Mengetahui
cara kerja sistem imun didalam tubuh mencit setelah diberi serum.
3.
TINJAUAN
TEORITIS
Serum
Serum
adalah plasma dikurangi fibrinogen dan faktor-faktor penggumpalan darah, serum
darah hewan terdiri dari air sebanyak 92% dan zat-zat lain sebanyak 8%. Komposisi
serum darah hewan sangat kompleks dan dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu
a.
Air
b.
Oksigen, karbondioksida, dan nitrogen
c.
Protein, lesitin, albumin, dan fibrinogen
d.
Laktosa, piruvat
e.
Lipida, lesitin, kolesterol.
Selain
itu juga mengandung hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan yang terkandung
dalam serum darah disebabkan karena darah dipompa oleh jantung, menyerap
sari-sari makanan dari dinding usus halus, beredar ke seluruh tubuh kemudian
masuk ke dalam ginjal dan akhirnya kembali ke jantung lagi. Zat-zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh hewan akan di saring oleh ginjal, salah satu filtrat
adalah urine. Pada serum juga terdapat bermacam-macam protein dan mineral yang
merupakan sumber unsur hara makro dan mikro untuk tanaman. Kandungan protein
atau mineral di dalam serum darah dari berbagai hewan berlainan baik kualitas
dan kuantitasnya, karena hal ini di pengaruhi oleh macam pakan hewannya.
Serum
darah juga merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas tanaman adenium. Karena dalam kandungan serum, salah satu hara yang
terkandung di dalam serum adalah terdapat protein. Menurut Guyton (1997), bahwa
di dalam protein serum darah hewan terdapat 3 kandungan protein utama yaitu
albumin, globulin dan fibrinogen. Prinsip dasar albumin memberikan tekanan
osmotik larutan, mencegah tekanan osmotik plasma berkurang dari pembuluh
kapiler. Unsur globulin di dalamnya terdapat enzim plasma yang berperan
terhadap kekebalan dan menghadapi serangan organisme pengganggu.
Sistem
Imunitas
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem
pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul
asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang
teraberasi menjadi tumor.
Kemampuan
sistem kekebalan untuk membedakan komponen sel tubuh dari komponen patogen
asing akan menopang amanat yang diembannya guna merespon infeksi patogen ,baik
yang berkembang biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus,
maupun yang berkembang biak di luar sel tubuh (ekstraselular), sebelum
berkembang menjadi penyakit.
Meskipun demikian,
sistem kekebalan mempunyai sisi yang kurang menguntungkan. Pada proses
peradangan, penderita dapat merasa tidak nyaman oleh karena efek samping yang
dapat ditimbulkan sifat toksik senyawa organik yang dikeluarkan sepanjang
proses perlawanan berlangsung
4.
ALAT
DAN BAHAN
NO
|
NAMA ALAT
|
JUMLAH
|
1
|
Kandang
|
1
Buah
|
2
|
Tempat
Makan dan Minum
|
1
Unit
|
3
|
Spluid
(Suntik)
|
1
Buah
|
4
|
Alat
Laboratorium (Alat bedah, Tabung Reaksi, Erlenmeyer, Centrifuge, Neraca
Analitik, Kaca Objek, Bak Parafin)
|
1
Unit
|
NO
|
NAMA BAHAN
|
JUMLAH
|
1
|
Mencit
(Mus musculus)
|
12
Ekor
|
2
|
Marmut
(Cavia cobaya)
|
1
Ekor
|
3
|
Ayam
(Gallus gallus sp)
|
1
Ekor
|
4
|
Metilen
Blue
|
Secukupnya
|
5
|
Aquades
|
Secukupnya
|
6
|
Pelet
202 C
|
Secukupnya
|
7
|
Sekam
Kayu
|
Secukupnya
|
5.
PROSEDUR
KERJA
AKLIMATISASI
a. Menyiapkan
kandang yang telah berisi sekam, tempat makan (yang telah berisi pelet).
b. Masukkan
mencit sebanyak 12 ekor.
c. Tutup
kembali dengan menggunakan kawat, dan meletakkan tempat minum di bagian atas
kawat.
d. Mengamati
perubahan tingkah laku dari mencit tersebut selama seminggu.
PEMBUATAN
SERUM
a.
Menyiapkan bahan berupa (ayam / marmut)
dan alat (pisau, tabung reaksi, erlenmeyer, sentrifuge, jarum suntik).
b.
Melakukan pembelihan ayam dibagian leher
ayam, dan menampung darahnya dengan menggunakan tabung erlenmeyer
c.
Jika kurang, maka sampel darah diambil
dari bagian bawah sayap ayam.
d.
Darah dimasukkan kedalam tabung reaksi.
e.
Disentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 220 rpm.
f.
Dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan
yakni lapisan berwarna merah dibagian bawah dan berwarna bening dibagian
atasnya.
g.
Bagian bening diambil dengan menggunakan
jarum suntik dan dimasukkan kedalam kaltis untuk disimpan pada suhu rendah.
PEMBEDAHAN
(HARI Ke 0, 1, 3, 5, 7, 14, 21).
a.
Menyiapkan alat pembedahan dan bak
parafin.
b.
Menimbang berat badan mencit dengan
menggunakan neraca analitik.
c.
Mematikan mencit dengan menarik bagian
leher dengan bagian badan.
d.
Memotong 1 cm dari bagian anus dan
membedah seluruh bagian dalam dari mencit.
e.
Mengambil bagian limfa dan bagian thymus
dari mencit.
f.
Menimbang limfa dan thymus dengan
menggunakan neraca analitik.
g.
Membuat hapusan darah, dengan mengambil
sampel darah dari bagian ekor dan meletakknya di kaca objek.
h.
Meratakan darah dengan menggunakan kaca
objek 2 hingga rata seluruh darah rata pada seluruh bagian kaca objek.
i.
Menambahkan metilen blue pada hapusan
darah dan diamkan agar bagian sampel darah kering.
j.
Diamati dengan menggunakan mikroskop.
k.
Membuat aglutinasi pada sampel darah.
6.
PEMBAHASAN
Data
Kelompok 8 (0,4 CC Ayam)
No
|
Pengamatan Hari ke-
|
Berat badan Mencit
(0,4 Ayam)
Gram
|
Berat
Limfa Mencit
(0,4
Ayam)
Gram
|
1
|
0
|
27,4
|
0,3
|
2
|
1
|
26,0
|
0,2
|
3
|
3
|
33,0
|
0,2
|
4
|
5
|
25,9
|
0,2
|
5
|
7
|
32,5
|
0,3
|
6
|
14
|
21,4
|
0,3
|
7
|
21
|
24,3
|
0,2
|
Teknik
analisis data :
Persentase
bobot limfa yakni =
Untuk
pengamatan hari ke 0 =
Untuk
pengamatan hari ke 1 =
Untuk
pengamatan hari ke 3 =
Untuk
pengamatan hari ke 5 =
Untuk
pengamatan hari ke 7 =
Untuk
pengamatan hari ke 14 =
Untuk
pengamatan hari ke 21 =
Berdasarkan
data diatas, diperoleh bahwa pada pengamatan hari ke-0 1,09%, hari ke–1 0,76%,
hari ke-3 0,61%, hari ke-5 0,77%, hari ke-7 0,92%, hari ke-14 1,40%, hari ke-21
0,82%. Hal ini menunjukkan bahwa pada taraf perbandingan berat badan dengan
berat limfa, ada perubahan terus menerus yang jika dibuat dalam bentuk grafik
maka akan terbentuk grafik sebagai berikut :
Grafik
Perbandingan Berat Badan dan Berat Limfa Mencit
Pada pengamatan ini juga
diperoleh data bahwa pada pengamatan control hari ke-0, terjadi proses
aglutinasi (penggumpalan) pada sampel darah mencit yang telah diberikan
perlakuan 0,4 cc serum ayam, maka akan terjadi penggumpalan. Pada pengamatan
hari ke-1, juga terjadi penggumpalan yang pada sampel tersebut, hal ini
merupakan salah satu bentuk reaksi dari antigen dari dengan sistem imun dari mencit
tersebut).
Pada pengamatan ini juga diperoleh data bahwa jumlah
leukosit untuk pengamatan hari ke 5 adalah 86
dan untuk pengamatan hari ke 14 adalah 102. Berdasarkan data diatas diperoleh
bahwa jika semakin tinggi jumlah leukosit, hal ini menunjukkan bahwa adanya
bentuk sistem imunitas dari mencit tersebut.
SEL M
Sel M (bahasa Inggris: microfold cell, M
cell) adalah sel yang ditemukan pada epitelium folikel dari Peyer's patch. Sel M mengusung
organisme dan partikel dari dinding usus menuju sel-sel yang berperan sistem kekebalan. Sel M memiliki
kemampuan fagositosis maupun pinositosis dan mengirim apa yang
ditelannya melalui proses transitosis kepada sel dendritik dan sel T.
Antigen
bisa masuk melalui sel microfold (M) di Folikel
Assosiation Epitel (FAE), dan setelah transfer ke sel dendritik lokal
(DC), kemudian akan dipresentasikan langsung ke sel T di patch Peyer. Atau,
antigen atau antigen-loaded DC dari patch Peyer mungkin mendapatkan akses ke
pengeringan getah bening, dengan pengakuan T-sel berikutnya dalam kelenjar getah
bening mesenterika (MLNs). Sebuah proses serupa antigen atau antigen-penyajian
sel (APC) sosialisasi kepada MLNs mungkin terjadi jika antigen masuk melalui
epitel yang menutupi villus lamina propria, tetapi dalam kasus ini, ada kemungkinan
lebih lanjut bahwa MHC kelas II + enterosit mungkin bertindak sebagai APC lokal.
Dalam semua kasus, CD4 antigen-responsif + sel T memperoleh ekspresi dari α4 7
integrin dan reseptor kemokin CCR9, meninggalkan MLN dalam getah bening eferen dan setelah memasuki aliran darah melalui
saluran toraks, keluar ke mukosa melalui kapal di lamina propria. Sel T yang
telah diakui antigen pertama dalam MLN mungkin juga menyebarkan dari aliran
darah di seluruh sistem kekebalan tubuh perifer. Antigen juga dapat memperoleh
akses langsung ke aliran darah dari usus dan berinteraksi dengan sel T dalam
jaringan limfoid perifer.
MEKANISME
JALAN MASUKNYA SERUM DIDALAM TUBUH MENCIT
Antigen yang masuk
(sistem oral) akan melintasi sistem pencernaan, saat berada dalam lambung kadar
pH yang sangat rendah menjadi sistem pertahanan awal pada antigen oral. Makanan
akan berubah menjadi kimiawi yang bersifat asam sebab makanan telah bercampur
dengan HCl dan cairan gastrin. Kelenjar pencernaan menghasilkan sekret baik
hormone maupun enzim yang berfungsi dalam proses pemecahan makanan tersebut. Asam
dan pepsin di lambung berfungsi untuk mengurangi jumlah mikroba yang masuk.
Kemudian dilanjutkan dengan sistem imunitas
mukosa saluran cerna. Luas
permukaan saluran cerna mencapai hampir 400 m2 dan selalu terpajan
dengan berbagai antigen mikroba dan makanan sehingga dapat menerangkan mengapa
sistem limfoid saluran cerna (gut associated lymphoid tissue /GALT) memegang
peranan pada hampir 2/3 seluruh sistem imun. Pertahanan mukosa adalah struktur komplek
yang terdiri dari komponen selular dan non selular. Pertahanan yang paling kuat
masuknya antigen ke jaringan limfoid mukosa adalah adanya enzim yang terdapat
mulai dari mulut sampai ke kolon. Enzim proteolitik di dalam lambung (pepsin,
papain) dan usus halus (tripsin, kimotripsin, protease pankreatik) berfungsi
untuk digesti. Pemecahan polipeptida menjadi dipeptida dan tripeptida bertujuan
agar dapat terjadi proses digesti dan absorpsi bahan makanan, dan membentuk
protein imunogenik yang bersifat nonimun(peptida dengan panjang asam amino <
8-10 bersifat imunogenik yang buruk). Efek protease berlipat ganda dengan
adanya garam empedu yang memecah karbohidrat dan akan didapatkan suatu sistem
yang poten untuk meningkatkan paparan antigen(Ag). Kadar pH yang sangat rendah
di dalam lambung dan usus halus dan produk bakteri di dalam kolon berfungsi
sebagai respons imun terhadap antigen oral. Sebagian besar respons imun ini
berfungsi melindungi mencit dari bahan patogen. Perubahan untuk merespons atau
menekan respons imun berhubungan dengan cara antigen masuk ke dalam tubuh.
Patogen invasif (yang merusak pertahanan) memicu respons agresif, sedangkan
untuk kolonisasi luminal dibutuhkan yang lebih bersifat respons toleran.
Ø Antibodi sIgA terdapat dalam lapisan mukus berikatan dengan
bakteri/virus dan mencegah menempel pada epitel. Hubungan faktor-faktor,
disebut sebagai faktor trefoil, membantu memperkuat pertahanan dan memicu
pemulihannya bila terdapat defek.
Ø Lapisan barier berikutnya adalah sel epitel. Bersama-sama
dengan persambungan bagian apeks dan basal yang kuat, membran dan ruang antara
sel membatasi masuknya makromolekul yang besar. Namun demikian, persambungan
yang kuat ini masih mungkin dilalui oleh di- dan tripeptida serta oleh ion-ion
tertentu. Pada keadaan inflamasi, persambungan ini menjadi kurang kuat sehingga
makromolekul dapat masuk ke dalam lamina propria, contohnya respons terhadap
antigen makanan atau masuknya mikroorganisme lumen.
Ø Sel epitel usus dapat memproses sebagian antigen lumen dan
mempresentasikannya ke sel T dalam lamina
propria. Dalam keadaan normal, interaksi ini menyebabkan aktivasi selektif
sel T CD8+ regulator.
Ø Sel T yang teraktivasi dalam Peyer’s patch setelah paparan
dengan antigen disebut sebagai Th3. Sel ini berfungsi mengeluarkan transforming
growth factor-β, memicu sel B untuk menghasilkan IgA dan berperan pada
terjadinya toleransi oral (aktivasi antigen spesifik non respons terhadap
antigen yang masuk per oral).
Ø Sel T regulator yang paling baru dikenal adalah dengan fenotip
CD4+ CD25+ CD45RA+. Sel ini awalnya dikenal pada gastritis autoimun dan
berfungsi menghambat kontak antar sel dan dapat menyebabkan kelainan autoimun
pada neonatus yang mengalami timektomi.
Imunoglobulin
A sekretori pada saluran cerna
Antibodi IgA dapat menggumpalkan antigen, menjebaknya dalam lapisan mukus dan membantu mengeluarkannya dari tubuh.
Antibodi IgA dapat menggumpalkan antigen, menjebaknya dalam lapisan mukus dan membantu mengeluarkannya dari tubuh.
PENGIKATAN
ANTIGEN
Pengikatan antibodi dengan antigen
untuk membentuk kompleks antigen-antibodi merupakan dasar dari beberapa
mekanisme pembuangan antigen. Yang paling sederhana diantaranya adalah netralisasi, dimana antibodi berikatan
dengan dan menghambat aktivitas antigen tersebut.
Aglutinasi
(penggumpalan) bakteri atau virus yang diperankan oleh antibodi secara selektif
menetralkan dan mengopsonisasi mikroba tersebut. Aglutinasi mungkin terjadi
karena masing-masing molekul antibodi mempunyai paling tidak dua tempat pengikatan
antigen. IgG, misalnya dapat berikatan dengan epitop identik pada dua sel
bakteri atau partikel virus, yang mengikatkan mereka bersama-sama. IgM dapat
mengikatkan bersama lima atau lebih virus atau bakteri. Kompleks besar ini
dengan mudah difagositosis oleh makrofag. Mekanisme serupa adalah presipitasi (pengendapan), yaitu
pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut yaitu molekul terlarut
dalam cairan tubuh untuk membentuk endapan yang lalu dikeluarkan dan dibuang
melalui fagositosis.
Gambar Struktur Anatomis Usus Halus
dengan adanya Villi
Pada
gambar menunjukkan bahwa adanya hubungan antara fungsi villi dengan sistem pengikatan
antigen, karena Vili
merupakan penjuluran selaput lendir yang menjorok kedalam lumen usus halus. Pada
tiap villus terdapat 3 unsur yaitu pembuluh limfe (pembuluh khil), pembuluh
darah dan saraf. Tunika propria banyak mengnadung serabut elastis, leukosit dan
otot polos yang bersifat soliter. Yang terakhir ini berasal dari muskularis
mukosa dan naik sampai ujung villus. Villi berfungsi untuk memperluas permukaan
penyerapan,
Gambar Struktur Penampang Melintang dari
Usus Halus
Pada gambar diatas, tampak struktur
mikroskopis villi dan lamina propia (yang merupakan salah satu jenis nodulus
pada usus halus), yang membantu dalam penyerangan terhadap antigen.
Berdasarkan
gambar diatas , bahwa didalam
Gambar dari Cara Kerja Sistem Mukosa Usus
dengan Antigen
Berdasarkan
gambar diatas, DC (Dendritic Cell) menjulurkan bagian tubuhnya untuk menarik
antigen masuk ke dalam dan akan difagositosis oleh makrofag yang akan dibawa ke
limfa.
7.
KESIMPULAN
a.
Berat badan tertinggi pada pengamatan
mencit ini diperoleh pada hari ke 7, dengan berat 32,5 gram.
b.
Berat limfa tertinggi pada pengamatan
mencit ini diperoleh pada hari ke dengan berat 0,3 gram, dan berat tyhmus tidak
terdeteksi oleh neraca analitik yang digunakan.
c.
Konsentrasi yang digunakan adalah 0,4
CC, semakin besar jumlah serum yang diberikan maka akan semakin besar pula berat
limfa yang digunakan sebagai indikator adanya reaksi imunitas.
d.
Perbedaan warna serum ayam yang
digunakan berwarna sedikit kemerahan, dan untuk serum marmut berwarna sedikit
lebih bening dibandingkan serum ayam.
e.
Mekanisme jalannya serum yang dimasukkan
kedalam tubuh mencit secara oral adalah, pada bagian mulut proses masukknya
serum dibantu oleh beberapa enzim pencernaan untuk masuk kedalam esofagus,
diesofagus serum akan dibantu lewat ke lambung dengan gerak peristaltik, dan di
lambung akan terjadi pemecahan serum menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh
adanya PH yang rendah dilambung dan kadar HCl yang rendah, dan diusus halus
maka akan terjadi pemecahan oleh makrofag dengan sel M yang menjadi pintu masuk
ke bagian dalam dari usus halus.
8.
DAFTAR
PUSTAKA
Febrianti Y. 2007. Kajian
Toksikopatologi Organ Hati dan Ginjal pada Persembuhan Luka Operasi dengan
Pemberian Minyak Obat Luka Rantau. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Inayah. 2008. Pengaruh Kebisingan terhadap Jumlah Leukosit Mencit BALB/C. Artikel Karya
Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro : Semarang.
Nugrahalia, Meida. 2015. Immunologi. FMIPA Unimed : Medan.
LAMPIRAN
Pembedahan Aglutinasi
Darah
Serum
(Literatur) Fagositosis Antigen (Literatur)
Skema
Mekanisme Mukosa dan Sistem Imun (Literatur)
Komentar
Posting Komentar