MAKALAH KULTUR JARINGAN
Makalah
Bioteknologi
KULTUR
JARINGAN TUMBUHAN
Disusun Oleh :
Devi
Fitrianingsih
Fretty
Juniarti
Nira
Wati
Siti
Hardiyanti
Yuli
Hardiyanti
Biologi Nondik A 2012
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Negeri Medan
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat Iman,
kesehatan, serta keselamatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dari mata kuliah Bioteknologi yang berjudul “Kultur Jaringan Tumbuhan”.
Makalah ini berisi 3 bab yakni bab 1
berupa pendahuluan yang merupakan uraian gambaran umum dari kultur jaringan.
Bab 2 berupa pembahasan dari kultur jaringan berupa sejarah kultur jaringan,
pengertian kultur jaringan, media serta alat yang digunakan dalam kultur
jaringan dan aplikasi kultur jaringan tumbuhan. Dan bab 3 berupa kesimpulan
yang berupa ringkasan dari pembahasan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan
Medan, 13 Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Kultur Jaringan Tumbuhan 3
2.2
Pengertian Kultur Jaringan Tumbuhan 3
2.2.1
Konsep Skoog dan Miller 5
2.3
Landasan Kultur Jaringan Tumbuhan 6
2.4
Tujuan Kultur Jaringan Tumbuhan 6
2.5
Jenis Kultur Jaringan Tumbuhan 10
2.6
Media Kultur Jaringan Tumbuhan 16
2.7
Metode Kutur Jaringan Tumbuhan 19
2.8
Hormon Kultur Jaringan Tumbuhan 22
2.9
Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan Tumbuhan 31
2.10
Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan 32
2.11
Aklimatisasi Tanaman Hasil Kultur In Vitro 38
2.12
K ultur Jaringan Tanaman Manggis 39
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan 47
DAFTAR PUSTAKA 49
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
bioteknologi salah satunya adalah kultur jaringan, yang hingga sekarang
berkembang begitu cepat dan signifikan. Apa dasar utama yang menjadikan kultur
jaringan berkembang dengan cepat? Salah satunya
adalah teknik pemakaian kultur jaringan yang dengan hanya menggunakan
bagian sel tumbuhan, maka akan didapatkan tanaman yang sempurna yang dapat
melakukan reproduksi. Jadi sebenarnya apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?
Kultur Jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan
seperti protoplasma sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan
pada media buatan yang steril dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi
yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Beberapa teknik dalam kultur
jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaanya, dan syarat pokok kultur jaringan adalah laboratorium dengan
segala fasilitasnya berupa alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya
kondisi aseptic terkendali dan fasilitas dasar seperti air, listrik maupun
bahan bakar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian kultur jaringan secara umum?
2. Bagaimana
sejarah singkat dari kultur jaringan tumbuhan?
3. Bagaimana
teknik dan media sert alat yang digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan?
4. Bagaimana
implementasi kultur jaringan pada beberapa species tumbuhan?
5. Bagaimana
keuntungan dan kerugian dari kultur jaringan tumbuhan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian kultur jaringan secara umum.
2. Mengetahui
sejarah singkat dari kultur jaringan tumbuhan.
3. Mengetahui
teknik dan media sert alat yang digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan.
4. Mengetahui
implementasi kultur jaringan pada beberapa species tumbuhan.
5. Mengetahui
keuntungan dan kerugian dari kultur jaringan tumbuhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kultur
Jaringan
Orang
yang melakukan kultur jaringana tumbuhan adalah :
o
Tahun 1904 Hannig
melakukan kultur embrio pada tanaman cruciferae.
o
Tahun 1922 Knudson
berhasil mengecambahkan anggrek secara in
vitro.
o
Tahun 1922 Robbins
mengkulturkan ujung akar secara in vitro.
o
Tahun
1939 Skoog dkk telah menemukan sitokinin dan orang pertama yang sukses dalam
melakukan kultur jaringan.
o
Tahun 1940 Gautheret
melakukan ku.ltur jaringan kambim secara in vitro pada tanaman Ulmus untuk
study pembentukan tunas adventif.
o
Tahun 1941 Van Overbeek
menggunakan air kelapa untuk campuran media dalam kultur Datura.
o
Tahun 1944 Skoog
membentuk tunas adventif pertama pada kultur tembakau secara in vitro.
o
Tahun 1946 Ball
melakukan proses penanaman lengkap pertama dapat dihasilkan dari eksplan kultur
tunas ujung pada Lupinus dan Tropaeolum.
o
Tahun 1954 Muir
berhasil menumbuhkan tanaman lengkap dari kultur sel tunggal.
o
Tahun 1955 Miller
dkk menemukan kinetin yang dapat memacu
pembelahan sel.
o
Tahun 1964 Guha dapat
memproduksi tanaman haploid pertama.
o
Tahun 1971 Takebe
melakukan penanaman lengkap dihasilkan dari eksplan protoplas.
2.2 Pengertian Kultur
Jaringan
Kultur
jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan
pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi
yang aseptik, sehingga bagianbagian tersebut dapat memperbayak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Kultur
jaringan tanaman bermula dari pembuktian teori totipotensi sel yang dikemukakan
oleh Schwann dan Schleiden (1838). Menurut teori ini, setiap sel tanaman hidup
mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
Kultur
jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh
(sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di
dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang
lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua
jaringan, baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan
teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki
potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan
berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme multiseluler
di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu
sel tersebut, setiap sel berasal dari satu sel.
Menurut
Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan
adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur
jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat seperti induknya.
Kultur
jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari
teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya
nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
2.2.1
Konsep Skoog dan Miller
Skoog
dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol
secara hormonal oleh ZPT sitokinin dan auksin. Organogenesis adalah proses terbentuknya
organ seperti tunas atau akar, baik secara langsung dari permukaan eksplan atau
secara tidak langsung melalui pembentukann kalus terlebih dahulu.
Dengan
menggunakan eksplan empulur tembakau Skoog dan Miller mendemonstrasikan bahwa
nisbah sitokinin dan auksin yang tinggi mendorong pembentukann tunas, sedangkan
nisbah sitokinin dan auksin yang rendah mendorong pembentukann akar. Jika
diberikan dalam jumlah yang seimbang sitokinin dan auksin akan mendorong
pembentukann kalus.
Disamping
merangsang pembentukann tunas adventif, sitokinin juga merangsang multiplikasi
tunas aksilar dan melawan dominasi apikal. Sedangkan auksin merangsang
pembentukann akar adventif. Semua perbanyakan tunas tersebut dirangsang oleh
sitokinin benziladenin (BA) dalam media kultur (1957).
2.3 Landasan Kultur
Jaringan
Landasan
kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:
1. Totipotensi adalah
potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan sesuai. Implikasi dari
totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan
suatu organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel
bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah
sel yang meristematik.
2. Rediferensiasi adalah
kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke kondisi meristematik dan
dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru yang diikuti oleh
rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ baru.
3. Kompetensi menggambarkan
potensi endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu
jalur tertentu. Contohnya embrioagenikali kompeten sel adalah kemampuan untuk
berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten atau
morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.
2.4 Tujuan Kultur
Jaringan
Saat ini teknik kultur
jaringan tumbuhan bukan hanya sebagai sarana untuk mempelajari aspek-aspek
fisiologi dan biokimia tanaman saja, tetapi sudah berkembang menjadi metode
untuk berbagai tujuan yakni :
a.
Mikropropagasi (perbanyakan tanaman secara mikro)
Teknik
kultur jaringan telah digunakan dalam membantu produksi tanaman dalam skala
besar melalui mikropropagasi atau
perbanyakan klonal dari berbagai jenis tanaman. Jaringan tanaman dalam
jumlah yang sedikit dapat menghasilkan ratusan atau ribuan tanaman secara terus
menerus. Teknik ini telah digunakan dalam skala industri di berbagai negara
untuk memproduksi secara komersial berbagai jenis tanaman seperti tanaman hias
(anggrek, bunga potong, dll.), tanaman buah-buahan (seperti pisang), tanaman
industri dan kehutanan (kopi, jati, dll). Dengan menggunakan metoda kultur
jaringan, jutaan tanaman dengan sifat genetis yang sama dapat diperoleh hanya
dengan berasal dari satu mata tunas. Oleh karena itu metoda ini menjadi salah
satu alternatif dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.
b. Pebaikan Tanaman
Dalam
usaha perbaikan tanaman melalui metoda pemuliaan secara konvensional, untuk
mendapatkan galur murni diperlukan waktu enam sampai tujuh generasi hasil
penyerbukan sendiri maupun persilangan. Melalui teknik kultur jaringan, dapat
diperoleh tanaman homosigot dalam waktu singkat dengan cara memproduksi tanaman
haploid melalui kultur polen, antera atau ovari yang diikuti dengan penggandaan
kromosom. Tanaman homosigot ini dapat digunakan sebagai bahan pemuliaan tanaman
dalam rangka perbaikan sifat tanaman.
c. Produksi Tanaman
yang Bebas Penyakit
Teknologi
kultur jaringan telah memberikan kontribusinya dalam mendapatkan tanaman yang
bebas dari virus. Pada tanaman yang telah terinfeksi virus, sel-sel pada tunas
ujung (meristem) merupakan daerah yang tidak terinfeksi virus. Dengan cara
mengkulturkan bagian meristem akan diperoleh tanaman yang bebas virus.
d. Transformasi Genetik
Teknik
kultur jaringan telah menjadi bagian penting dalam membantu keberhasilan rekayasa
genetika tanaman (transfer gen). Sebagai contoh transfer gen bakteri (seperti
gen cry dari Bacillus thuringiensis) ke dalam sel tanaman
akan terekspresi setelah regenerasi tanaman transgeniknya tercapai.
e.
Produksi Senyawa Metabolit Sekunder
Jadi,
Kultur jaringan tumbuhan juga dapat digunakan untuk memproduksi senyawa
biokimia (metabolit sekunder) seperti alkaloid, terpenoid, phenyl propanoid
dll. Teknologi ini sekarang sudah tersedia dalam skala industri. Sebagai contoh
produksi secara komersial senyawa “shikonin” dari kultur sel Lithospermum
erythrorhizon.
Kegunaan
utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah
banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan
juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.
Secara lebih
rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus manfaat dari kultur
jaringan antara lain:
v
Mendapatkan tanaman baru dalam jumlah
banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini
diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.
v
Dapat diperoleh sifat-sifat tanaman
yang dikehendaki
v
Metabolit sekunder tanaman segera
didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
v
Produksi tanaman bebas virus dengan
teknik kultur meristem.
v
Pelestarian plasma nutfah tanaman
juga dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan dengan penyimpanan untuk
jangka panjang dengan penggunaan nitrogen cair pada temperatur –196oC.
Ada juga penyimpanan sementara, yaitu pada temperatur antara 0oC
sampai –9oC.
v
Untuk dapat menghasilkan tanaman
dengan jumlah banyak dan beragam.
v
Perbanyakan tanaman secara
besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan
tebu. Dengan cara kultur jaringan dapat klon suatu komoditas tanaman
dalam relatif cepat. Manfaat yang dapat diperoleh cukup banyak, misalnya: di
luar pulau Jawa akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman
dalam jumlah ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahalnya biayanya
hanya untuk trasnportasi saja. Hal ini dapat diatasi denga usaha kultur
jaringan, karena hanya perlu membawa beberapa puluh botol planlet yang
berisi ribuan bibit. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya yang cukup
banyak dalam persiapan pemberangkatan ataupun transportasinya. Pada ekspor
anggrek, misalnya, orang luar negeri menghendaki bunga anggrek yang seragam
baik bentuk maupun warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi juga dengan usaha
kultur jaringan. Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlono (tanaman hasil
budidaya meristem) akan berharga lebih mahal, karena induknya dipilih dari
tanaman yang mempunyai sifat paling bagus (unggul).
v
Usaha yang paling tepat untuk
melestarikan tanaman yang terancam punah. Dengan usaha kultur jaringan ini,
populasi dari tanaman tersebut akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah,
sekaligus sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin.
v
Kultur jaringan juga mempunyai
manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat dihasilkan
metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan
unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun protokormus,
misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan
metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur
jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Persenyawaan yang
bermanfaat yang diambil dari kalus dapat ditingkatkan kadarnya dengan cara
memanipulasinya.
v
Kultur jaringan juga sangat
bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek misalnya, telah
berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan
memperlihatkan warna tertentu. Warna tersebut nantinya akan sama dengan warna
bunganya. Hal ini sangat berguna dalam bidang perdangan bunga hias, sebab
walaupun tanamannya belum berbunga orang sudah dapat mengetahui warna bunga
yang akan muncul.
v
Melalui perbanyakan vegetatif dengan
kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya,
dengan terlaksananya ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan
devisan negara dibidang pertanian.
v
Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim
2.5 Jenis Kultur
Jaringan Tumbuhan
1.
Kultur
meristem
Kultur
meristem adalah kultur yang menggunakan eksplan yang berasal dari jaringan
meristem, biasanya di peroleh dari meristem apikalnatau meristem tunas aksilar.
Pada ujung pucuk, jaringan ini berada dibagian dalam, oleh karena itu, untuk
mengambil jaringan ini agar dapat digunakan sebagai eksplan, kita membutuhkan
mikroskop.
Jadi
pada setiap pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan pengirisan bagian
pucuk secara transversal, lalu jaringan meristem yang tertutupi oleh primordia
daun akan dapat diambil, semua kegiatan ini dilakukan dibawah mikroskop. Apabila
kultur meristem ini adalah untuk mengeliminir penyakit, terutama virus, karena
jaringannya jauh berada dibagian dalam, sehingga penetrasi penyakit diharapkan
belum menjauhkan jaringan ini, penyimpanan plasma nutfah bebas virus.
Kultur
meristem telah banyak diterapkan pada berbagai tanaman. Pada anggrek cymbidium,
ternyata dengan teknik ini dapat dihasilkan kelipatan jumlah planlet dibanding
kultur lainnya. Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem ini berasal dari
jaringan vegetatif, sehingga planlet yang dihasilkan berupa klon ( seragam ).
Untuk
pelaksanaan perbanyakan mikro dengan teknik kultur jaringan ini, apabila kita
mengguanakan eksplannya adalah daerah meristem pucuk (yaitu bagian ujung dari
pucuk, dimana jaringannya terdapat dibagian dalam dan banyak dilapisi oleh
jaringan – jaringan primordial yang nantinya akan membentuk tunas dan daun )
yang berukuran sangat kecil ( 0,2 mm ), dan dalam pelaksanaanya digunakan
perlakuan pemberian zat kimia untuk membunuh penyakit, maka hasi yang diperoleh
kemungkinan besar adalah bebas patogen.
Tanaman
yang dihasilkan dari kultur meristem disebut meriklon ( mericlone ). Saat ini
sudah banyak beredar anggrek meriklon terutama, vanda dan cymbidium, karena
harganya yang cukup mahal. Namun sayangnya anggrek – anggrek tersebut adalah
hasil import dari negara Taiwan. Tanaman meriklon lainnya adalah kedelai,
kentang, anyelir, capsella.
Melalui
kultur m eristem, jaringan meristem sebagai sumber eksplan dapat langsung
diregenerasikan untuk membentuk tunas dengan subkultur berulang dan menggunakan
variasi ZPT, atau melalui fase kalus terlebih dahulu, seperti yang telah
dilakukan ahli kultur jaringan morel, yang memperoleh meristem poucuk anggrek
yang bebas virus, kemudian dikulturkan membentuk kalus, kemudian dikulturkan
untuk membentuk protocorm dan akhirnya dikulturkan untuk berdiferensiasi lebih
lanjut guna membentuk tunas dan akar.
2. Kultur protoplasma
Protoplas
adalah sel dalam keadaan telanjang. Fusi protoplas (yang terjadi didalam sel
tanpa campur tangan manusia) adalah proses alamiah yang terjadi pada tumbuhan
rendah sampai tingkat tinngi. Pada proses pembuahan terjadi penyatuan gamet
jantan (sub protoplas) dengan gamet betina (protoplas) menjadi zigot (hibrida
seksual). Sel-sel tanaman tingkat tinggi berhubungan satu dengan lainnya
melalui plasmodesmata, hubungan sel melalui plasmodesmata ini merupakan fusi
protoplas dengan protoplas terapi terjadi secara alamiah.
Modifikasi genetik dengan fusi
protoplas bertujuan untuk :
v Mengatasi
masalah ilompatibilitas
v Mengatasi
masalah sterilitas
v Mendapatkan
sifat yang diinginkan
v Melalui
fusi sel guna menghasilkan hibrida somatik
v Mendapatkan
tanaman bebas virus, penyakit
v Mendapatkan
tanaman dengan variasi somaklonal yang baik
Protoplas
dapat diisolasi secara mekanik dengan menggunakan prinsip proses plasmolisis sel, juga dapat diisolasi secara
enzimatis. Umummnya saat ini digunakan cara terakhir ini. Enzim-enzim digunakan
untuk mengisolasi protoplas antara lain : sellulase, driselase. Zymolase,
pectiolyase, pectinase, hemisellulase, maserase.
Sumber
protoplas yang umum untuk diisolasi adalah : daun (paling sering digunakan),
pucuk, buah, akar, nodul akar. Jaringan mesofil daun (diutamakan berasal dari
in-vitro) yang paling mudah diisolasi karena susunannya yang jarang sehingga
penetresi enzim lebih cepat.
Seluruh
rangkaian isolasi protoplas, menurut sterilitas lebih tinggi dibanding dengan
kultur in vintro biasa. Hal ini di karenakan kita bekerja dengan sel telanjang.
Media untuk mengkulturkan protoplas maupun hasil fusi hasil protoplas umumnya
adalah media Ms atau Bs dengan berbagai modifikasi garam mineral ZPT.
Osmotikum
sangat dibutuhkan mulai dari prosesi isolasi mengkulturkan hasil fusi
protoplas, hingga terbentuk dinding sel. Larutan osmotikum biasanya digunakan
mannitol dan sorbitol. Setelah dinding sel terbentuk maka harus diteteskan
media tanpa manitol atau sorbitol, untuk menurunkan tekanan osmotik. Jika
tekanan osmotik tetap tinggi dan regenerasi sel menjadi terhambat.
Fusi
sel (protoplas) tanaman dilakukan dengan cara memfusikan dua macam protoplas
yang sama atau berbeda. Teknik fusi protoplas yang dikembangkan saat ini:
v
Fusi antara protoplas
dengan protoplas
v
Fusi antara sub
prtoplas dengan protoplas
v
Fusi antara sub
protoplas dengan sub protoplas sub protoplas terdiri dari sitoplasma (
protoplas tanpa inti ), inti (karyoplas, protoplas mini), kloroplas
mitokondria.
3. Kultur Kalus
Pada
awal kultur kalus bertujuan untuk mempelajari proses dediferensiasi dan
diferensiasi sel dan jaringan pada kultur in vitro dan memperoleh kalus dari
eksplan yang dikulturkan. Saat ini kultur kalus dan suspensi sel banyak
dilakukan dalam penelitian untuk menghasilkan metabolit sekunder.
Kalus
adalah kumpulan masa sel yang amorphus yang terdiri dari sel-sel atau
jaringan-jaringan yang membelah diri terus menerus. Kalus tersusun oleh sel-sel
parenkim yang mana ikatannya dengan sel lainnya sangat rengggang. Jaringan ini
belum mengalami deferensiasi lanjut. Untuk menginduksi terbentuknya tunas
diperlukan media regenerasi dengan modifikasi
ZPT.
Kemampuan
jaringan dalam menbentuk kalus sangat terkait dengan:
v Umur
fisiologi jaringan waktu isolasi dilakukan. Jaringan yang masih meristematis
lebih mudah penanganannya dibanding jaringan yang sudah berdeferensiasi
v Musim
pada saat tanaman diisolasi
v Jenis
tanaman-tanaman berkayu seperti manggis sangat sulit untuk mendapatkan kalus
yang variable.
v Bagian
tanaman yang diisolasi, bagian yang sudah tua akan memerlukan modifikaasi
dengan merejuvenilisasikan sel nya kembali.
Medium
yang digunakan untuk kultur kalus adalah medium dasar dengan modifikasi ZPT.
Umumnya digunakan auksin 2,4-0, kadang-kadang digunakan bahan organik kompleks
seperti sari pisang, air kelapa.
Eksplan
yang digunakan untuk menginduksi kalus adalah : batang, akar, daun, embrio,
kotiledon dan lainnya. Eksplan awal ini kemudian ditempatkan pada media padat.
Kalus yang tumbuh, harus disubkultur ke media baru dalam kurun waktu tertentu,
agar keterwidiaan hara dan airnya tetap ada dan mencegah terhambatnya
pertumbuhan kalus akibat keluarnya senyawa-senyawa hasil metabolisme kalus
tersebut.
Subkultur
dapat dilakukan ke media yang sama atau media regenerasi. Hal ini tergantung
kepada tujuan subkultur tersebut. Untuk tujuan menghasilkan senyawa atau
metabolit sekunder maka jangan menggunakan media regenerasi. Namun subkultur
yang berulang-ulang dengan sumber eksplan yang terdiri dari sel-sel yang
heterogen yang dapat menyebebkan perubahan berupa :
v Aberasi
kromosom, dapat terjadi pematahan kromosom, mengakibatkan terjadinya mutasi
gen.
v Poliploidi,
yang disebabkan oleh pembelahan kromosom yang tidak diikuti dengan terbentuknya
dinding sel anak, sehingga terjadi penggandaan jumlah kromosom.
v Delesi,
translokasi, substitusi
Untuk
melakukan praktek kultur kalus, dari pengalaman penulis menunjukkan, penempatan
pada daerah gelap tanpa sinar akan lebih memacu pembentukan kalus. Hal ini
dapat kita pahami bersama karena untuk proses pembentukan kalus, zat pengatur
tumbuh yang sangat berperan adalah auksin. Auksin akan sangat baik bekerja
dengan kondisi gelap. Sementara dengan adanya cahaya maka kerja auksin akan
terganggu, sehingga kalus yang dihasilkan juga tidak baik kualitasnya.
Perlakuan
membungkus dengan kain hitam pada tanaman yang akan diinduksi kalusnya, pada
tanaman krisan menunjukkan respon yang sangat baik, dengan memperlihatkan
kumpulan kalus yang terbentuk lebih banyak dibanding botol yang tidak dibungkus
kain hitam.
Kalus
yang baik adalah kalus yang uriable dan mempunyai spot-spot hijau pada
permukaan atasnya. Kalus yang padat akan sulit beregenerasi membentuk emrio
somatik dan tunas.
4. Kultur Suspensi
Kultur
suspensi sangat berguna dalam penelitian metabolit primer maupun sekunder, juga
untuk regulasi nitrogen didalam organ dan asimilasi sulfur, metabolisme
karbohidrat dan karbon fotosintetik. Namun kultur sel kulit dipakai untuk
penelitian-penelitian path-way (biosintesis) senyawa tertentu.
Penelitian
skoog dan miller (1957), mengenai keseimbangan hormon menjadi dasar penelitian
selanjutnya, sampai pada penelitian mengenai transformasi dengan modifikasi
menggunakan agrobacterium T-DNA.
Kultur
sel dilakukan dengan menggunakan eksplan adalah kalus. Kalus dipindahkan ke
media cair untuk menginduksi sel-sel independen atau inisiasi suspensi sel.
Pada kutur sel ini juga harus dilakukan subkultur secara periodik, tergantung
tujuannya yaitu ke media yang sama atau modifikasi untuk memperbanyak suspensi
sel atau ke media regenerasi (media padat).
Untuk regenerasi harus didahulukan menginduksi munculnya tunas, setelah
muncul tunas kemudian baru diinduksi pembentukan akar.
Umumnya
kultur sel digunakan untuk :
v Sumber
protoplas
v Perlakuan
dengan mutagen kimia, penyakit dan lain-lain.
v Memproduksi
metabolit sekunder
v Untuk
keperluan seleksi in vitro dalam pemuliaan tanaman
Kultur
sel harus terus berkembang terutama untuk melihat hubungan tanaman dengan
mikroba, tidak hanya dalam pembentukan tunas tetapi juga dalam proses biokimia
dan perkembangan virus, phytotoksin, resistensi penyakit.
5. kultur
anther/haploid
Kultur anther (anther culture)
sering juga disebut kultur haploid jika serbuk sari yang digunakan sebagai
sumber eksplan maka disebut kultur serbuk sari (polen culture). Kultur serbuk
sari ini lebih tepat disebut kultur haploid dibanding dengan kultur anther.
Kultur haploid lain adalah kultur ovul, dimana sebagai sumber eksplannya
adalaah ovul. Kultur haploid adalah kultur yang menghasilkan tanaman haploid.
Tanaman haploid adalah tanaman yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan
jumlah kromosom gamet (N).jadi tidak harus sama dengan kromosom dasar. Untuk
tanaman diploid (2N), jumlah kromosom gamet (N) adalah sama dengan kromosom
dasar, tetapi untuk tanaman tetraploid (4N) maka jumlah kromosom gamet adalah 2
kali kromosom dasar (N=2X). Dengan demikian istilah haploid pada tanaman
tetraploid dibedakan atas dihaploid (N=2X) dan monohaploid (N=X)
Keuntungan dari tanaman haploid
adalah :
v Semua
sifat ditampilkan dalam kondisi monohaploid, baik sifat dominan ataupun resesif
v Seleksi
pada level haploid jauh lebih mudah dibanding level ploidi yang tinggi
v Penggandaan
kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman dihaploid yang homozigot,
penggandaan kromosom berikutnya akan menghasilkan tanaman tetraploid homozigot
v Hibridisasi
seksual dengan tanaman diploid akan menghasilkan tanaman triploid
2.6 Media Kultur
Jaringan Tumbuhan
Media Kultur Jaringan
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan kultur jaringan. Komposisi media
yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media
kultur yang baik seharusnya menyediakan
unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino.
Sumber karbohidrat , zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan
seperti air kelapa, ekstrak buah, dll. Bahan pemadat berupa agar-agar dan
gelrite dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu beberapa tanaman.
Unsur hara makro dan mikro diberikan
dalam bentuk garam-garam anorganik. Pada umumnya biasa diberikan dalam
komposisi tertentu seperti media berupa MS, WPM, BS dll, tergantung dari jenis
tanaman yang akan dikulturkan. Vitamin yang banyak digunakan adalah vitamin B12
(thiamin), nicotinic acid, vitamin B6, dan vitamin E atau C untuk antioksidan.
Asam amino yang akan dipakai sebagai sumber N organik, yang biasa digunakan
adalah glycine, asparagin, glutamine, alanin dan threonin.
Media yang baik harus selalu berada
pada PH yang optimal yaitu 5,5 – 5,8. Selain itu, harus dibuat dalam tempat
steril, autoclave sering dipakai untuk sterilisasi dalam pembuatan media kultur
jaringan.
Salah
satu media kultur jaringan adalah :
A. GARAM-GARAM
ANORGANIK
Garam-garam mineral merupakan
gabungan unsur-unsur esensial makro dan mikro. Konsentrasi optimum dari
tiap-tiap komponen untuk mencapai kecepatan pertumbuhan yang maksimal untuk
berbagai tanaman sangatlah bervariasi.
A.1
Unsur Makro
Merupakan
unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar yang terdiri atas : C, H, O, N, S, P,
K, Ca, dan Mg.
A.2
Unsur Mikro
Merupakan
unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang terdiri atas : Cl, B, Mo, Mn,
Cu, Fe, Zn, Co.
B. ZAT-ZAT ORGANIK
Zat-zat
organik yang biasanya ditambahkan pada medium kultur jaringan adalah gula,
myo-inosito, vitamin, asam-asam amino, dan zat pengatur tumbuh.
·
Gula
Gula diberikan pada
medium kultur jarinagan berfungsi untuk sumber energy yang diperlukan untuk
induksi dan pertumbuhan sel, kalus, tunas tanaman.
·
Myo-inositol
Myo-inositol
ditambahkan pada medium untuk membantu differensiasi dan pertumbuhan jaringan.
Myo-inositol merupakan perantara pada perubahan glukosa menjadi asam
galakturonat, juga berperan sebagai precursor untuk pembentukan pektin dan
penyusunan dinding sel.
·
Vitamin
Vitamin
ditambahkan pada medium untuk mempercepat pertumbuhan dan differensiasi kalus,
serta menurunkan stress tanaman/eksplan. George dan Sherringtone mengungkapkan
beberapa macam vitamin yang umum digunakan pada berbagai macam medium dasar
antara lain : Thiamin-HCl, Nicotinic, Acid, Pyridoxin HCl, Ca D-Pantotenate,
Biotic, Folic, dan lain-lain.
·
Asam-asam Amino
Asam
amino merupakan sumber N organik yang lebih cepat diambil daripada N anorganik
didalam medium yang sama. Sumber N yang berbeda ini, akan memberikan pengaruh
yang berbeda juga. Adapun asam-asam amino yang sering digunakan pada medium
dasar, pada umumnya adalah : L-Argarin, L-Apartic acid, L-Cystein, L-Glutamate,
L-Asparagin, L-Methionine, L-Tyrosine, Glycine.
·
Zat Pengatur Tumbuh
Merupakan
komponen yang dibutuhkan untuk pembuatan media.
C. SUBSTANSI ORGANIK
KOMPLEKS
Banyak jenis subtansi
organic kompleks yang telah dicobakan ke medium kultur jaringan antara lain
yeast ekstraks, mal ekstraks, bermacam-macam bahan tanaman seperti air kelapa, endosperm
jagung, orange juice, tomato juice, dll.
Beberapa yang sudah digunakan adalah
air kelapa, yang diindikasikan mengandung sitokinin endogen yang tinggi
sehingga diharapkan dapat menginduksi tunas tanaman. Penelitian terakhir
mendapatkan kandungan air kelapa yaitu asam amino, asam organic, asam nukleat,
purin, gula, gula alcohol, vitamin, mineral, zat pengatur tumbuh.
ZPT yang terdapa didalam air kelapa
adalah :
1. 9-B-D
ribofuranosyl zeatin
2. Zeatin
3. N-N-Diphenyl
urea
4. 2(3-methyl
but 2-eyl amino)-purin 6-one
Beberapa
kelemahan subtansi organik kompleks ini (kecuali air kelapa) adalah tidak
konsisten kadarnya dan tidak diketahui dengan pasti komposisinya.
Media
kultur jaringan tumbuhan sangat ditentukan oleh :
PH Media
PH tertentu dibutuhkan untuk pertumbuhan
jaringan tanaman agar tidak mengganggu fungsi membrane sel dan PH sitoplasma.
Jaringan yang ditumbuhkan pada medium kultur biasanya mempunyai PH berkisar
antara 4,8-5,8. PH ini perlu dipertahankan selama medium kultur digunakan.
Bahan Pemadat
Medium yang komposisinya sudah
ditetapkan, diberi bahan pemadat. Bahan pemadat yang sering digunakan adalah
agar-agar sejumlah 7-10 gr/l. Bahan pemadat lain yang jarang digunakan adalah
gelrite, yakni bahan yang lebih bening dari pada agar-agar. Pemakaian gelrite
juga lebih sedikit dibanding dengan agar-agar untuk mencapai kepadatan yang
sama sekitar 2 gr/l.
Penggunaan bahan pemadat baik
gelrite maupun agar-agar memiliki banyak kelemahan yaitu :hanya sebagian
eksplan yang kontak dengan medium terjadi gradient nutrisi yang tidak sama,
mobilitas zat hara menjadi kurang baik dan terjadi akumulasi zat-zat toksik
yang dikeluarkan oleh eksplan.
Arang Aktif
Arang aktif merupakan arang yang
dihasilkan dari proses pemanasan yang menggunakan uap atau udara yang panas.
Bahan ini dapat mengabsorbsi berbagai bahan(zat). Banyak digunakan dalam medium
inisiasi, regenasi, dan pengakaran tanaman kultur.
Beberapa pengaruh zat arang aktif
didalam kultur jaringan tumbuhan adalah :
ü Mengabsorbsi
senyawa toksik yang terdapat dalam media.
ü Mengabsorbsi
ZPT.
ü Merangsang
perakaran.
ü Memacu
pertumbuhan jumlah anakan.\
2.7 Metode Kultur
Jaringan Tumbuhan
Metode kultur jaringan dikembangkan
untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak
terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan
prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan
tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi
aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu
teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa
Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di
dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur
in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian
tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas
jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil
ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.
Metode perbanyakan tanaman secara in
vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari
mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis
somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada
beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur
jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan
masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang
tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas
aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan
yang kedua adalah jaringan parenkim, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang
sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan
tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang
atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
Tahapan Pelaksanaan Kultur Jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam
perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1)
Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam
perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan
biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat
pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf.
2) Inisiasi
2) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan
dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan
untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3) Sterilisasi
3) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala
kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di
laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur
jaringan juga harus steril.
4) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan
memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini
dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan
gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar.
5) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana
eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses
kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan
dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta
untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan
memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan
secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup
digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit
karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
2.8 Hormon Kultur
Jaringan Tumbuhan
Istilah
hormon mula-mula dipakai oleh ahli fisiologi hewan. Mereka maksudkan hormon
adalah senyawa-senyawa organik, efektif
dalam konsentrasi rendah dibuat didalam sel pada bagian tertentu dari organisme
dan diangkut kebagian lain dari
organisme tersebut dimana dihasilkan suatu perubahan fisiologi yang khusus. Oleh
karena hewan mempunyai sistem sirkulasi yang lebih teratur, hormon-hormon itu
dapat dikoleksi dalam jumlah yang banyak dan diidentifikasi. Para ahli juga
dapat menelusuri tempat-tempat yang menjadi sasaran hormon tersebut.
Ahli-ahli
fisiologi tumbuhan sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep hormon hewan ini dan
mereka mencari zat-zat yang serupa pada tumbuh-tumbuhan. Sifat beberapa zat
pada tumbuh-tumbuhan. Sifat beberapa zat
pada tumbuh-tumbuhan dianggap menyerupai sifat-sifat hormon hewan sehingga meyakinkan para ahli untuk memakai nama fithohormon
atau hormon atau hormon tumbuhan. Penelitian akhir-akhir ini memungkinkan bahwa
model hormon hewan tidak sesuai untuk model hormon tumbuhan.
Konsep
hormon yang dikembangkan oleh para ahli fisiologi hewan bahwa hormon adalah
bahan bukan nutrisi yang aktif dalam
konsentrasi rendah dapat termasuk baik senyawa-senyawa organik maupun ion-ion
anorganik.
Kebanyakan
ahli fisiologi tumbuhan menggunakan istilah Zat Pengatu Tumbuh tanaman (plant
growth substance) daripada istilah hormon tanaman. Karena istilah tersebut
dapat mencakup baik zat-zat endogen maupun zat eksogen (sintetic) ypertumbuhan
tnaman. Zat pengatur tumbuh yang dapat mengubah pertumbuhan tanaman. Zat
pengatur tanaman (ZPT) yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetic disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetic.
Hormon
tanaman harus memenuhi beberapa syarat berikut, yaitu :
1).
Senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman sendiri
2)
Harus dapat ditranslokasikan
3)
Tempat sintesis dan kerja berbeda
4)
Aktif dalam konsentrasi rendah.
Dikenal
5 golongan fitohormon yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam absitat dan
etilen. Fitohormon ini terdapat di dalam tanaman dalam berbagai bentuk,
sehingga sulit untuk mengerti cara kerja fitohormon itu dengan cara baik.
Selain itu tanaman juga mengandung senyawa-senyawa lain yang turut aktif dalam
berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan. Senyawa-senyawa itu, antara lain
adalah asam polifenolik, vitamin, siklitol dan berbagai senyawa lain.
A. Auksin
1.
Pengaruh Fisologis dari Auksin
IAA
dan auksin lain berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Beberapa aspek diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Pembesaran
Sel
Studi
mengenai pertumbuhan koleoptil menunjukkan bahwa IAA dan auksin-auksin yang
lain mendorong pembesaran sel tersebut. Perpanjangan koleoptil atau batang
merupakan hasil dari pembesaran sel tersebut. Penyebaran yang tidak sama dari
auksin ini menyebabkan pembesaran sel yang tidak merata dan terjadi
pembengkokan dari koleoptil atau organ tanaman (geotropisma dan fototropisma.
b. Penghambatan
mata tunas samping
Pertumbuhan
dari mata tunas samping dihambat oleh IAA yang diproduksi pada meristem apical
yang diangkut secara basepetal. Konsentrasi auksin yang tinggi menghambat
pertumbuhan mata tunas tersebut. Jika sumber auksin ini dihilangkan dengan
jalan memotong meristem apical itu maka tunas samping ini akan tumbuh menjadi
tunas.
c. Absisi
(pengguran daun)
Pengguran
daun terjadi sebagai akibat dari proses absisi (proses-proses fisik dan
biokimia) yang terjadi didaerah absisi. Daerah absisi adalah kumpulan sel yang
terdapat pada pangkal tangkai daun. Proses absisi ada hubungannya dengan IAA
pada sel-sel didaerah absisi.
d. Aktivitas
daripada kambium
Pertumbuhan
sekunder termasuk pembelahan sel-sel di daerah kambium dan pembentukan jaringan
xylem dan floem dipengaruhi oleh IAA. Pembelahan sel-sel di daerah kambium
dirangsang oleh IAA.
e. Pertumbuhan
akar
Selang
konsentrasi auksin untuk pembesaran sel-sel pada batang, menjadi penghambat
pada pembesaran sel-sel akar. Selang konsentrasi yang mendorong pembesaran
sel-sel pada akar adalah sangat rendah.
B. Giberelin
Zat
pengatur tumbuh (ZPT) lain yang sering ditambahkan kedalam medium adalah
giberelin, ZPT yang dalam bentuk larutan pada temperatur tinggi mudah
kehilangan sifatnya sebagai ZPT. Giberelin dalam dosis tinggi menyebabkan
gigantisme, sesuai dari penemuan awal yang menunjukkan bahwa ZPT ini berefek
meningkatkan pertumbuhan sampai beberapa kali. Giberelin berpengaruh terhadap
pembesaran dan pembelahan sel, pengaruh giberelin ini mirip dengan auksin yaitu
antara lain pada pembentukan akar. Giberelin dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah auksin endogen.
1. Giberelin
pada Tumbuhan Berhijau Daun
Dengan
dikembangkannya cara-cara analisis yang baru di dapat bahwa ekstrak dari
kebanyakan tumbuhan mempunyai aktivitas GAL. Studi selanjutnya men unjukkan
bahwa tumbuh-tumbuhan yang berhijau daun mengandung jenis-jenis GA yang serupa
dengan GA yang disolasi dari Gibberella fujikuroi maupun bebrapa jenis GA yang
baru.
GA yang paling
umum adalah GA, GA3-8, dan GA17-20. Jadi GA hukan saja
hasil metabolisme dari cendawan dengan pengaruh fisiologis yang menarik pada
tumbuh-tumbuhan, tetapi juga merupakan zat pengatur tumbuh yang endogen. GA ini
terdapat pada berbagai organ dan jaringan tumbuhan seperti akar, tunas, mata
tunas, daun, bunga, bintil akar, buah dan jaringan kalus.
2. Pengaruh
Fisiologis dari Giberelin
Pengaruh
GA terutama didalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh bertambah
besar dan jumlah sel-sel pada ruas-ruas tersebut. Selain perpanjangan batang,
giberelin juga memerperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, jika
disemprot GA. Demikian juga terhadap besar bunga dan buah. Besar bunga dari
tanaman Camelia dan Gerannium akan bertambah besar jika diberi GA. Giberrelin
juga mendorong pembentukan buah partenokapri (tanpa biji) pada buah anggur dan
pada buah-buahan lain.
Telah diselidiki
juga bahwa proses dormansi dari beberapa biji dan mata tunas dapat dihilanhgkan
dengan pemberian GA. Pada biji-biji tersebut perkecambahan dapat diawali dengan
naiknya kadar GA endogen biji. Pada biji-biji tersebut dormansi disebabkan oleh
rendahnya kadar GA endogen sehingga dormansi dapat diatasi dengan pemberian GA
eksogen. Mekanisme yang serupa juga terdapat pada mata tunas tidur (dorman).
C. Sitokinin
Sitokinin
berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin
yang pertama kali ditemukan adalah kinetin. Kinetin bersama-sama dengan auksin
memberikan pengaruh interaksi terhadap diferensiasi jaringan. Pada pemberian
auksin dengan konsentrai relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung kearah
pembentukan primordia akar, sedangkan pada pemberian kinetin yang relatif
tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan primordia batang atau
tunas.
1.
Efek Fisiologis dari Sitokinin
Sitokinin
memepengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman. Aktivitas yang
terutama ialah mendorong pembelahan sel dan aktivitas ini yang menjadi kriteria
utama untuk menggolongkan suatu zat ke dalam sitokinin.
Baik
efek yang menghambat maupun efek yang mendorong proses pembelahan sel oleh
sitokinin tergantung oleh adanya fitohormon lainnya terutama auksin.
Sitokinin
memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun-ddaun yang terlepas
dari tanaman dan memperlambat proses senence pada daun, buah dan organ-organ
lainnya.
2.
Sitokinin Sintetik
Didapat
sejumlah senyawa-senyawa substansi adenin yang mempunyai aktivitas seperti
sitokinin didalam peertumbuhan kalus tembakau. 6-Benzile adenin (BA) mempunyai
struktur yang serupa dengan kinetin. BA ini sangat aktif dalam mendorong
pertumbuhan kalus tembakau. Bentuk isomernya 1-benzil adenin harus diubah
menjadi 6-benzil adenin.
D. Etilen
Etilen
adalah suatu gas dari pembakaran gas yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa
yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam.
Merupakan komponen dari asap-asap yang dikeluarkan oleh kendaraan-kendaraan
bermotor dan industri-industri yang mempergunakan bahan bakar gas.
Efek
Fisiologi dari Etilen
Telah
diketahui bahwa etilen menjadi penyebab beberapa respon tanaman seperti
pengguran daun, pembengkakan batang , pemasakan bauah dan hilangnya warna buah.
Etilen mengahambat pertumbuhan kearah memanjang (longitudinal) dan mendorong
pertumbuhan ke arah melintang (transversal) sehingga batang kecambah terlihat
membengkak. Etilen juga merubah respon geotropisma, mendorong pengguran daun,
bunga dan buah. Respon geotropisma bukan saja dipengaruhi oleh etilen tetapi
juga oleh auksin, demikian juga dengan proses penuaan. Etilen sangat berperan
dalam aspek-aspejk praktis penyimpanan buah.
E. Asam Absisat
Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang
merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh
tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini
ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil
mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II
kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua
kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van
Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.
Hormon asam absisat merupakan senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat)
yang cara kerjanya berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin. Salah satu
fungsi auksin adalah untuk memacu proses pemanjangan sel dan pembentukan buah
tanpa biji. Sedangkan salah satu fungsi dari giberelin adalah untuk mengakhiri
proses dormansi pada biji yang terpengaruhi oleh asam absisat.
Tahapan lain dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila
pertumbuhan dihentikan adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan kemungkinan
asam abisatlah yang bertindak sebagai penghambat pertumbuhan. Biji akan
berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan
membuangnya atau melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa
tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya ketika hujan lebat melunturkan ABA dari
biji. Biji tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu
perombakan asam abisat. Pada sebagian besar kasus, rasio ABA terhadap giberelin
akan menentukan apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah.
Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah
besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu
ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram,
dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan
rawan tersebut.
Tempat produksi atau lokasi hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di
daun, batang, akar dan buah hijau. Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat
pertumbuhan, menutup stomata selama kekurangan air, menghambat pemutusan
dormansi.
Pada daun, ABA berada pada 3 bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada
sitosol, dimana disintesis, (2) pada kloroplas dimana ABA diakumulasikan,
dan (3) pada dinding sel. Para ahli fisiologi berpendapat bahwa ABA dapat
merangsang penutupan stomata adalah ABA yang berada pada dinding sel. ABA pada
dinding sel ini berasal dari sel-sel mesofil daun tempat di mana ABA ini
disintesis.
Asam Absisat diangkut oleh tumbuhan secara alami melalui xilem floem dan parenkim
baik itu naik atau turun, proses pengangkutan menuju daun dalam penutupan
stomata dari akar menuju floem yang dekonsentrasi pada daun yang dapat
dipengaruhi oleh tingkat kegaraman yang tinggi. Begitupun dari daun menuju akar
dan menuju batang dalam penghambatan penambahan panjang dan lebar batang pada
tanaman.
Pembentukan Asam Absisat pada Tumbuhan dan Cara Kerjanya
Hormon Asam Absisat pada tumbuhan dapat diperoleh dengan cara alami melaui
proses di dalam tumbuhan itu sendiri (endogen) dan melalui pemberian dari luar
oleh campur tangan manusia (eksogen). Namun secara alami tumbuhan dapat
menghasilkan hormon Asam Absisat di dalam tubuhnya walaupun tidak dalam jumlah
yang besar dengan beberapa proses yaitu :
·
Biosintesis/pembentukan
ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui
peruraian karotenoid (zat warna merah, kuning dan Orange) tertentu (40 karbon)
yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan
pergerakan giberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan
juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
·
Rangkaian pose secara
kimia, yaitu
a. Jalur Asam mevalonat : Asam
mevalonat → farnesylpyrofosfat → ABA
b. Jalur Violaxanthin : Violaxanthin →
Xanthoxin → ABA - Cahaya
Secara non-alami, Asam Absisat diperoleh melalui pemberian dari luar tubuh
baik itu Asam Absisat Sintetik maupun yang diekstrak dari tumbuhan lain,
misalnya Alga.
Cara kerja dari asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada
waktu kekurangan air, mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat di daun,
batang, akar, buah berwarna hijau. Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik
di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi
ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman
tinggi).
Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus
hidupnya. Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa
merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.
Daun dan buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena adanya pengaruh kerja hormon Asam Absisat (ABA). hormon ini menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel. karena itu, jika hormon ini bekerja, proses yag terjadi di dalam sel akan berkurang dan kelamaan akan berhenti. berhentinya aktivitas sel, berarti juga berhentinya asupan nutrisi ke dalam sel tumbuhan tersebut, sehingga, bagian tumbuhan seperti daun akan kekurangan nutrisi, dan kering karena penguapan terus terjadi, namun tidak ada asupan air, dan kelamaan daun akan rontok.
Gambar : Tumbuhan
kekeringan tanpa asam absisat (atas) dan cambah (A) yang tumbuh cepat dengan
ditiadakannya asam absisat (bawah)
Hormon ini dapat menutup stomata pada daun dengan menurunkan tekanan
osmotik dalam sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya, cairan tanaman hilang
yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga
mencegah kehilangan air dari tanaman dengan membentuk lapisan epikutikula atau
lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui
akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi
lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.
Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam
yang tinggi pada akar.. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan
pertumbuhan primer dan sekunder. Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini
akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi
sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan
menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
Terdapat beberapa kondisi Dimana hormon Asm Absisat terbentuk pada bagian
tumbuhan, diantaranya pada daun, tumbuhan yang mengalami cekaman air :
(kekeringan); konsentrasi ABA naik sampai lebih dari 50 kalinya hanya
dalam waktu 4-8 jam (400 ng per g berat basah); sebagai respon dari
meningkatkan laju biosintesisnya. Namun jika tumbuhan diberi air kembali;
konsentrasi ABA turun sampai ke konsentrasi sebelum cekaman dalam waktu
4-8 jam; sebagai respon menurunnya laju biosintesis.
Biji yang sedang berkembang konsentrasi ABA sangat tinggi (100 x) ;
lalu semakin menurun seiring dengan semakin dewasanya biji karena
tumbuhan sudah semakin kuat dan dapat menghasilkan makanan dalam jumlah besar
serta penyerapan air yang lebih optimal melalui akar.
Kegunaan Asam Absisat bagi Tumbuhan
Seperti
yang telah dijelaskan diatas, hormon Asam Absisat berfungsi dalam menghambat
pertumbuhan, hal ini dilakukan untuk membantu tumbuhan untuk bertahan dalam
kondisi yang sulit, sehingga hormon absisat hanya diproduksi jika tumbuhan mengalamai
kondisi seperti kekurangan air, pada musim dingin, musim kering, dan musim
gugur sehingga terjadi proses-proses untuk menghambat pertumbuhan. Secara
Keseluruhan, Asam Absisat berfungsi dalam :
1. Secara fisiologis berfungsi dalam
Pengaturan perkecambahan biji, Mendorong sintesis protein simpanan, Mengurangi
efek kekurangan air, Peristiwa absisi, Dormansi tunas, Memacu transpor
fotosintat yang sedang berkembang
2. Dormansi tunas
3. Menghambat
perkecambahan biji
4. Mempengaruhi
pembungaan tanaman
5. Memperpanjang
masa dormansi umbi-umbian
6. Mempengaruhi
pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi
7. Untuk maturasi biji dan
menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan
8. Untuk menghadapi
lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi
9. Menghambat
pembelahan sel kambium pembuluh.
2.9 Kelebihan dan
Kekurangan Kultur Jaringan Tumbuhan
Kelebihan
1.Bibit
(hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
2.Sifat
identik dengan induk
3.Dapat
diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
4.Metabolit
sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
Kerugian
- Bibit
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar
- Bagi
orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
- Membutuhkan
modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus),
peralatan dan perlengkapan.
- Diperlukan
persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan
agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan
- Produk
kultur jaringan pd akarnya kurang kokoh
- Mahal
2.10 Laboratorium
Kultur Jaringan Tumbuhan
Laboratorium
kultur jaringan menuntut aseptisasi yang sangat tinggi. Seluruh tahapan atau
prosedur teknik kultur jaringan juga harus dalam kondisi aseptic. Oleh karena
itu seluruh ruangan didalam laboratorium hendaknya dalam keadaan aseptik,
terutama ruangan kultur atau inkubasi harus dalam kondidi benar-benar aseptic.
Pada ruangan kultur seluruh tanaman hasil perbanyakan atau hasil perlakuan
ditumbuhkan.
Laboratorium kultur jaringan
sebaiknya dibangun pada daerah yang memiliki udara bersih, jauh dari debu dan
polutan lainnya, hal ini untuk mengeliminir terjadinya kontaminasi. Oleh karena
itu biasanya bangunan ini dibuat ditempat jauh dari keramaian. Bangunan
laboratorium sebaiknya memiliki pembagian ruangan yang teratur sehingga setiap
aktivitas yang berbeda dilakukan pada ruangan yang berbeda, tetapi seluruh
ruangan harus saling berhubungan.
Ruangan-ruangan pada laboratorium
kultur jaringan menghendaki beberapa ruangan standart, namun dalam kenyataannya
selalu dilakukan modifikasi dan hal ini sudah dilakukan oleh penulis dalam
mendesain beberapa laboratorium kultur jaringan. Di bawah ini adalah beberapa
ruangan yang harus ada dalam sebuah laboratorium kultur jaringan :
1. Ruangan
Analisa/Serbaguna
Ruangan ini
biasanya digunakan untuk tempat menganalisis, mengamati, mendiskusikan hasil
perlakuan terhadap eksplan yang telah ditanam terlebih dahulu. Hasil perlakuan
yang telah dilakukan terhadap eksplan tertentu perlu diamati untuk melihat
perbedaannya dan untuk membandingkannya dengan keadaan awal eksplan sewaktu
ditanam. Oleh sebab itu dibutuhkan alat-alat dan ruangan untuk analisa lebih
lanjut.
Alat-alat
dan bahan yang ada di ruangan analisa, antara lain adalah
·
Gambar-gambar informasi
tentang kultur jaringan
·
Bahan-bahan media(di
dalam lemari)
·
Alat-alat yang
dibutuhkan untuk pengamatan hasil kultur jaringan(milimeter blok, jangka
sorong, mistar) biasanya disimpan di lemari
Di
dalam ruangan ini umumnya terdapat mikroskop, objek glass dan cover glass,
mikrotome dan perlengkapannya dan lup
Untuk kebutuhan
yang lebih tinggi/canggih, alat-alat yang berhubungan dengan pengamatan DNA
juga diperlukan seperti: inkubator atau water bath, lemari es, sentrifuge,
elektroforesis, pipet mikro dengan berbagai ukuran, eppendorf 1,5 ml dan 25µl,
ujung tip dengan berbagai ukuran dan perlengkapan pengamatan(larutan atidium
bromide), kamera foto folaroid tipe tertentu atau komputer yang dilengkapi
dengan kamera khusus untuk pengamatan DNA.
2. Ruangan
Sterilisasi
Ruangan sterilisasi
adalah ruangan tempat dimana seluruh alat kultur jaringan dibersihkan. Sebaiknya
ruangan sterilisasi dibagi dua bagian, yaitu ruangan pertama digunakan untuk
mensterilkan alat-alat yang terkontaminasi, ruangan kedua digunakan untuk
mensterilkan alat-alat yang terkontaminasi. Untuk mensterilkan alat yang tidak
terkontaminasi alat yang dibutuhkan di dalam ruangan ini adalah wastafel dan
autoklaf.
Untuk
mensterilakan alat-alat atau botol yang terkontaminasi haruslah dipisahkan
ruangan dan peralatan yang digunakan. Pada laboratorium berskala besar, ruangan
ini dilengkapi dengan autoklaf yang khusus digunakan untuk mensterilkan botol
yang terkontaminasi, jadi botol-botol yang berisi tanaman yang terkontaminasi
terlebih dahulu di autoklaf sebelum dicuci secara bersih di wastafel.
Pengalaman
penulis selama melakukan penelitian, alat-alat yang digunakan untuk mencuci
botol yang terkontaminasi haruslah dibedakan atau dipisah deangan alat untuk
mencuci botol yang tidak terkontaminasi, baik kain pencuci, batang kayu dan
wadahnya.
Jika
kita tidak memiliki autoklaf dalam jumlah banyak, kondisi ini dapat diatasi
dengan cara memisahkan tempat dan alat pencuci botol terkontaminasi dengan
botol yang tidak terkontamiasi. Pengalaman memnunjukkan botol terkontaminasi
harus dicuci dua kali untuk memastikan botol benar-benar bersih sebelum dilanjutkan
dengan mengautoklafnya.
Pembagian ruangan sterilisasi dpat
juga dengan cara sebagai berikut :
·
Kamar mandi, digunakan
untuk tempat pencuci botol yang terkontaminasi.
·
Ruangan yang memiliki
wastafel, untuk tempat pencucian alat-alat yang bersih
Alat
dan bahan yang harus ada pada ruangan ini antara lain: alat pencuci botol
seperti kain atau sabut pencuci, sikat gigi, sikat panjang, batang kayu (untuk
mencuci botol besar), autoklaf.
Autoklaf ada
beberapa jenis, autoklaf sederhana dengan sumber listrik dan dengan kompor gas
dan autoklaf programmable. Autoklaf jenis ini memiliki perangkat pengukur
tekanan dan timer untuk mengukur waktu.
3. Ruangan
Preparasi
Ruangan
preparasi adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan eksplan, membuat
media dan hal lainnya. Pada ruangan ini dibutuhkan fasilitas, seperti meja
untuk mempersiapkan bahan tanaman, untuk meletakkan alat-alat. Ruanagan
persiapan dibutuhkan untuk :
·
Mempersiapkan atau
membuat media kultur jaringan, mempersiapkan dan mensterilisasi eksplan dari
lapang yang akan digunakan
·
Tempat mencuci alat
membuat media
·
Tempat penyimpanan
alat-alat gelas
·
Tempat penyimpanan zat
kimia, media kultur jaringan
Alat-alat kultur
jaringan yang umumnya terdapat dalam ruangan preparasi ini adalah :
1. Alat
gelas standard
ü Beaker
glass dengan berbagai ukuran, misalnya : 100 ml, 500 ml
ü Gelas
ukur : 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 500 ml, 1000 ml
ü Pipet
tetes
ü Pipet
dengan berbagai ukuran
ü Erlenmeyer
: 100 ml, 500 ml, 1000 ml
ü Petridish
ü Pipet
mikro
ü Botol
kultur kecil : tempat alat tanam pada saat penanaman
ü Botol
kultur besar : tempat media dan plan ditumbuhkan batang pengaduk
2. Alat-alat tanam yang telah bersih :
gunting, pinset, pisau, spatula, petridish, scalpel dan lain-lain.
3. Spatula
4. Timbangan analitik
5. Lemari es : untuk menyimpan larutan stok,
vitamin dan zat pengatur tumbuh.
6. Hot plate dengan magnetik stirer
7. Lampu bunsen
8. Open atau inkubator
9. PH
meter (pH meter manual atau digital) atau kertas indikator.
10. Autoklaf
11. Panci
` 12. Alat pencuci
13. Rak piring kecil untuk pengeringan alat
14. Lemari, tempat alat-alat, bahan kimia dan
alat lain seperti aluminium foil, karet, plastik.
15. Sentrifuse (untuk pengembangan
laboratorium)
16. Shaker (untuk pengembangan laboratorium)
17. Lemari asam (jika diperlukan)
18.
Kereta dorong atau troli, untuk mengangkat media dan alat setelah di autoklaf
ke ruangan isolasi atau transfer
4. Ruangan
Transfer
Pada ruangan transfer ini, kondisi harus
benar-benar aseptik. Di dalam ruangan inilah dilakukan isolasi bagian tanaman
yang hendak ditanam, sterilisasi eksplan tahap kedua, dan penananman ke media
tanam. Pintu-pintu penghubung harus senantiasa tertutup rapat sehingga
kemungkinan debu yang akan masuk sangat kecil.
Ruangan ini harus berhubungan dengan
ruangan kultur, karena setelah penanaman, maka botol berisi tanaman dibawa ke
ruang kultur. Juga harus berhubungan dengan ruang preparasi, untuk kemudahan
pengangkatan botol berisi media, alat tanam dan yang lainnya. Ruangan ini juga
harus berhubungan dengan ruang analisa, untuk
keperluan pengamatan mikroskopis. Ruangan senantiasa dibersihkan dengan
desinfektan seperti karbol. Idealnya ruanagn-ruangan di dalam laboratorium
hendaknya saling berhubungan.
Didalam ruangan ini terdapat alat-alat
antara lain :
-
Laminar Air Flow
Cabinet
-
Mikroskop
-
Meja dorong (di dalam
skala besar digunakan troli) untuk mengangkat media yang akan digunakan
-
Alat-alat tanam
seperti: pisau, gunting, pinset, petridish, botol mini tempat alkohol,
disposible filter atau milipore, yang berguna untuk sterilisasi bahan-bahan
yang tidak tahan terhadap suhu tinggi
-
Hand prayer yang diisi
alkohol 70 %
-
Lampu bunsen beserta
isinya yaitu spirtus
-
Lemari: tempat
alat-alat dan alkohol
-
Timbangan digital
5. Ruangan
Kultur
Ruangan
ini merupakan ruangan terbesar dari seluruh ruangan yang diperlukan dan harus
dimungkinkan untuk melakukan perluasan, karena kemungkinan senantiasa terjadi
pertambahan kultur setiap periode tertentu. Kultur yang tumbuh dan mampu
memperbanyak diri, maka harus senantiasa disubkultur setelah 2-3 bulan
tergantung jenis tanamannya.
Tingkat
aseptisitas ruangan ini harus lebih baik dari seluruh ruangan yang ada, hal ini
dikarenakan di ruangan inilah tanaman botol diletakkan. Botol kultur berisi
tanaman disususn pada rak-rak. Jarak antar rak harus diatur sedemikian rupa,
sehingga memudahkan kita memeriksa tanaman di rak kultur.
Pada
ruangan ini senantiasa AC hidup, yang berguan untuk penyaringan udara yang
masuk dan juga untuk mempertahankan tanaman supaya tetap hidup dengan
mempertahankan pada kondisi suhu tertentu.
Ruangan
kultur harus memiliki pengaturan terhadap suhu (dengan menggunakan AC) dan
cahaya (dengan pemberian lampu). Walaupun diketahiu bahwa proses pada tanaman
yang ditanam pada kultur jaringan bukanlah fotosintesis murni, melainkan foto
organogenesis melalui pemenuhan kebutuhan karbohidrat dari gula dan juga bahan
hara lainnya di dalam media, namun cahaya sangat diperlukan untuk mengendalikan
perkembangan eksplan.
Kualitas cahaya yang baik untuk perkembangan tanaman
harus diperhatikan. Lampu flourescens jauh lebih baik dibandingkan lampu pijar,
karena panasnya relatif rendah. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar:
1000 – 4000 lux. Intensitas cahaya diatur dengan menempatkan lampu dengan kekuatan tertentu,
dengan jarak 40-50 cm dari tabung kultur dan untuk luas tertentu. Umumnya
tanaman kultur jaringan membutuhkan sekitar 14-16 jam untuk panjanng penyinaran
yang dibutuhkan. Untuk laboratorium berskala besar dan untuk akurasi
penyinaran, timer otomatis digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran.
Suhu di dalam ruangan kultur juga merupakan aspek penting
yang harus diperhatikan, umumnya suhu 18-25°C selalu diterapkan, namun beberapa
tanaman membutuhkan temperatur yang lebih rendah. Untuk penelitian dan
perlakuan tertentu, misalnya pengumbian kentang yang dilakukan di PPSHB
Bioteknologi IPB, suhu 20°C dan penggunaan ruang gelap mutlak diperlukan untuk
proses mendapatkan umbi mikro kentang.
Alat yang harus tersedia di ruang kultur
adalah :
-
Rak kultur yang
dilengkapi dengan lampu florescens
-
Timer, untuk pengukuran
waktu
-
AC, untuk pengaturan
suhu dan penyaringan udara
-
Mikroskop, loupe,
penggaris, milimeter blok
-
Shaker
6. Ruangan
Stok
Untuk pembuatan media kultur jaringan,
dibutuhkan zat hara makro, mikro dan trace element lainnya. Untuk kemudahan
pembuatan media dan mengeliminir kesalahan, maka zat-zat hara yang hanya
dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit tersebut, dibuat dalam bentuk stok
larutan, artinya dilakukan pemekatan larutan, sehingga dalam pembuatan media,
kita hanya melakukan pemipetan dalam jumlah kecil sesuai dosis yang dibutuhkan.
Oleh karena itu dibutuhkan ruangan yang berfungsi untuk menyimpan stok yang
telah dibuat tersebut. Ruangan ini berhubungan dengan ruang preparasi dan ruang
kultur. Umumnya alat yang ada di ruangan ini adalah lemari es, untuk menyimpan
stok dalam bentuk larutan dan beberapa zat kimia lainnya.
2.11 Aklimatisasi
Tanaman Hasil Kultur In Vitro
Aklimatisasi adalah suatu tahapan penyesuain diri tanaman hasil kultur
jaringan terhadap lingkungan sekitar. Aklimatisasi dapat disebut juga sebagai
tahapan penyesuaian diri, sebelum pada akhirnya tanaman mampu hidup di
lapangan. Tahapan ini sering diabaikan oleh banyak orang, mereka senantiasa
lebih terfokus pada perawatan tanaman in vitronya. Padahal, seunggul apapun
tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan tersebut, jika tidak
dilakukan proses aklimatisasi dengan benar maka tanaman yang dihasilkan dari
teknik kultur jaringan tersebut akan mati.
Dibawah ini dituliskan beberapa saran dan petunjuk untuk melakukan
aklimatisasi pada berbagai jenis tanaman, untuk lebih lengkapnya tentang
aklimatisasi yaitu:
1.
Proses aklimatisasi
adalah proses penyesuaian diri, disarankan jika tanaman kultur hendak dipindah,
maka harus diperhatikan media tumbuh yang tepat untuk tanaman tersebut.
2.
Sebelum digunakan, media
tumbuh harus “dijenuhi dengan air”. Hal ini dilakukan karena tanaman berikut
media tumbuh (biasanya ditanam dengan pot gelas aqua), harus disungkup selama
1-2 hari, sehingga diperlukan sedikit kelembaban.
3.
Pemakaian tray untuk
tempat aklimatisaasi juga dapat digunakan, tetapi harus menggunakan sungkup
plastik selama beberapa hari sebelum sungkup dibuka.
4.
Tanaman diletakkan pada
ruang kultur selama 1-2 hari, setelah itu baru dipindah ke luar ruangan.
Penutup/sungkup dibuka sedikit demi sedikit agar tanaman secara perlahan-lahan
mampu menerima kondisi alam luar.
5.
Tanaman tidak langsung
ditanam dilapangan, tetapi masih memerlukan naungan untuk beberapa hari sampai
tanaman tersebut benar-benar kuat untuk ditanam dilapang.
6.
Berdasarkan pengalaman
penulis, untuk tanaman nenas, daun dewa, krisan, pertumbuhan anakan lanjutan
dapat dilakukan langsung dibawah terik matahari. Untuk tanaman anggrek memerlukan
naungan 30-50% sesuai habitat aslinya. Khusus untuk tanaman manggis, mulai saat
dikeluarkan dari botol kultur, masa anakan sampai umur 3 tahun, manggis
memerlukan naungan sekitar 50%, biasanya digunakan paranet ataupun nipah yang
berlubang.
2.12 Kultur Jaringan
Tanaman Manggis
BAHAN DAN METODE
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Laboratorium Molekuler dan
Selluler Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi IPB dari bulan September 2001
sampai Mei 2002
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji
manggis dengan berat 1 gram, dan media tumbuh yang digunakan adalah media
Murashige dan Skoog (MS) dengan kandungan Nitrogen ½ N, MS, Woody Plant Medium
(WPM).
Alat yang digunakan adalah botol,
gelas ukur, gelas piala, cawan petri, timbangan analitik, kertas lakmus,
autoclave, laminar air flow cabinet, pinset, pisau, scalpel, lampu spirtus,
sprayer, dan rak kultur.
RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan untuk media
pertumbuhan adalah rancangan acak lengkap (RAL) factorial yang terdiri dari dua
faktor yaitu :
1. Konsentrasi
BAP yang digunakan sebanyak 5 taraf yaitu :
a. 0
ppm
b. 2,5
ppm
c. 5
ppm
d. 7,5
ppm
e. 10
ppm
2. Pola
Pemotongan eksplan sebanyak 7 taraf yaitu :
a. Biji
utuh
b. Biji
dipotong dua
c. Biji
dibelah dua
d. Biji
dipotong tiga
e. Biji
dibelah tiga
f. Biji
dibelah potong empat
g. Biji
dibelah empat
Rancangan percobaaan
untuk optimasi media perakaran adalah rancangan acak lengkap satu faktor.
Beberapa diantara media yang digunakan adalah hasil penelitian oleh peneliti
dahulu : media 2, media 4, media 8, media 9, media 10, dan media 11.
Komposisi media
pengakaran tersebut adalah :
o MS
+ IBA 4 mg + NAA mg/l
o MS
½ N + IBA 4 mg + NAA 3 mg/l
o WPM
+ IBA 4 mg + NAA 3 mg/l
o MS
½ N + IBA 3 mg + NAA 4 mg/l
o WPM
+ IBA 3 mg + NAA 4 mg/l
o Eksplan
direndam selama 5 hari dalam media MS ½ N + IAA 500 mg/l, kemudian dipindah ke
media MS ½ N + BAP 1 mg/l + NAA 1 mg/l
o Eksplan
direndam selama 5 hari dalam media MS ½ N + IAA 1000 mg/l, kemudian dipindah ke
media MS ½ N + BAP 1 mg/l + NAA 1 mg/l
o Eksplan
direndam selama 5 hari dalam media MS ½ N + IBA 500 mg/l, kemudian dipindah ke
media MS ½ N + BAP 1 mg/l + NAA 1 mg/l
o Eksplan
direndam selama 5 hari dalam media MS ½ N + IBA 1000 mg/l, kemudian dipindah ke
media MS ½ N + BAP 1 mg/l + NAA 1 mg/l
o Eksplan
direndam selama 5 hari dalam media WPM
+ NAA 500 mg/l, kemudian dipindah
ke media MS ½ N + BAP 1 mg/l + NAA 1 mg/l
o Eksplan
direndam selama 5 hari dalam media WPM
+ NAA 1000 mg/l, kemudian dipindah ke media MS ½ N + BAP
1 mg/l + NAA 1 mg/l
Masing-masing
perlakuan yaitu media pertumbuhan dan pengakaran terdiri dari 10 ulangan, tiap
ulangan terdiri dari 5 botol dengan 1 ekplan/botol.
Pelaksanaan
Penelitian
a. Sterilisasi
Biji
Biji
disterilisasi dengan cara disikat, sambil direndam detergen kemudian dicuci,
seterusnya direndam benlate dan agromycin masing-masing dengan konsentrasi 2
gr/250 ml selama 12 jam. Biji dicuci degan air steril 3x, kemudian direndam
klorox 20% selama 15 menit, dicuci dengan air steril 3x, direndam kembali
dengan klorox 10% selama 20 menit, dicuci dengan air steril 3x, terakhir
direndam dengan amoxilin 500 mg/l sampai penanaman dilakukan.
b. Penanaman
Eksplan
Biji-biji
terpilih dipotong sesuai perlakuan, kemudian eksplan ditanam dalam media MS ½ N
yang dimodifikasi dengan BAP 0 ppm, 2,5 ppm, 5 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm. Biji
diletakkan dengan bagian luka menempel pada media, kemudian diletakkan di rak
kultur. Tunas berukuran tinggi 3 cm, dipotong kemudian ditanam pada berbagai
media pengakaran.
c. Pengamatan
dilakukan terhadap beberapa peubah
o Waktu
munculnya tunas dan daun
o Pengamatan
visual berupa penampilan tunas yang muncul
o Jumlah
dan persentase eksplan bertunas
o Jumlah
tunas setiap eksplan yang diamati setiap minggu. Tunas yang dihitung adalag tunas
yang sudah membentuk primordial daun.
o Jumlah
daun setiap tunas yang diamati setiap minggu. Dihitung mulai dari daun yang
paling bawah sampai daun yang masih agak kuncup.
o Jumlah
ruas, diamati setiap minggu yang dihtung mulai dari pangkal ruas paling bawah
hingga ruas dibawah daun paling atas.
o Jumlah
dan persentase tunas yang berakar
o Jumlah
akar
o Panjang
akar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Optimasi Media
Pertumbuhan
Tabel
1. Pengaruh ZPT BAP dan pola pemotongan eksplan terhadap waktu munculnya tunas,
daun dan persentase eksplan bertunas.
BAP
|
Pola Pemotongan Eksplan
|
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Rataan
(MST)
|
|
Muncul Tunas (MST)
|
|
|||||||
0
|
3
|
3
|
3
|
3
|
5
|
6
|
6
|
4,14
|
2,5
|
2
|
2
|
2
|
2*
|
2
|
3
|
3
|
2,29
|
5
|
2
|
2*
|
2*
|
2
|
2*
|
2*
|
2
|
2,00
|
7,5
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3*
|
3
|
2,29
|
10
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3,43
|
|
Muncul Daun (MST)
|
|
||||||
0
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5,00
|
2,5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3,57
|
5
|
4
|
3
|
3
|
4
|
3
|
2
|
4
|
3,29
|
7,5
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3,71
|
10
|
4
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3
|
4,86
|
|
Persentase Eksplan Bertunas
|
|
||||||
0
|
50(5/10)
|
50(5/10)
|
50(5/10)
|
40(4/10)
|
30(3/10)
|
40(4/10)
|
30(3/10)
|
41,43
|
2,5
|
80(8/10)
|
80(8/10)
|
90(9/10)
|
80(8/10)
|
80(8/10)
|
90(9/10)
|
80(8/10)
|
82,86
|
5
|
90(9/10)
|
90(9/10)
|
90(9/10)
|
90(9/10)
|
90(9/10)
|
100(10/10)
|
90(9/10)
|
91,43
|
7,5
|
80(8/10)
|
80(8/10)
|
80(8/10)
|
80(8/10)
|
70(7/10)
|
80(8/10)
|
70(7/10)
|
77,14
|
10
|
70(7/10)
|
50(5/10)
|
50(5/10)
|
80(8/10)
|
60(6/10)
|
70(7/10)
|
60(6/10)
|
62,86
|
|
|
*2
tunas berakar
|
*3
tunas berakar
|
*2
tunas berakar
|
*1
tunas berakar
|
*1
tunas berakar
|
|
|
Keterangan
: Pola Pemotongan Eksplan
1
= Biji utuh
2
= Biji dipotong dua
3
= Biji dibelah dua
4
= Biji dipotong tiga
5
= Biji dibelah tiga
6
= Biji dipotong belah empat
7
= Biji dibelah empat
Dari
penelitian ini didapat bahwa BAP sangat berperan untuk menginduksi munculnya
tunas, namun ada batasan konsentrasi optimum, konsentrasi yang sangat tinggi
memperlambat keluarnya tunas. Pengamatan
secara visual pada perlakuan dengan konsentrasi tinggi menunjukkan bahwa
eksplan mengalami pembengkakakn dan memiliki banyak bakal tunas, namun bakal
tunas ini tidak pecah menjadi tunas.
Jumlah Eksplan yan
Membentuk Tunas
Eksplan yang ditanam di media tidak
semuanya dapat membentuk tunas. Tanpa perlakuan BAP dengan semua tipe
pemotongan, hanya 41,43% eksplan membentuk tunas. Dengan perlakuan BAP sebesar
2,5 ; 5 ; 7,5 dan 10 ppm dengan semua pemotongan secara berturut-turut
membentuk tunas 82,86% ; 91,43% ; 77,14% ; 62,86%.
Dari seluruh perlakuan, hanya
eksplan dengan kombinasi perlakuan BAP dengan pola pemotongan 6 yang seluruhnya
dapat membentuk tunas. Sampai akhir
pengamatan (12 MST) terlihat bahwa eksplan dengan perlakuan BAP 5 ppm dengan
semua tipe pemotongan, memperlihatkan respon lebih tinggi, yakni jumlah eksplan
yang membentuk tunas lebh banyak disbanding dengan perlakuan lainnya.
Dari data diatas terlihat bahwa
untuk menginduksi munculnya tunas pada eksplan manggis secara in vito, zat
pengatur tumbuh BAP sangat dibutuhkan. Goh et al melaporkan bahwa penggunaan 5
ppm BAP efektif untuk menginduksi pertunasan pada eksplan daun muda manggis
pada media MS, WPM dan B5.
Jumlah Tunas
Dari pengamatan setiap minggu
terlihat bahwa terjadi kenaikan rat-rata jumlah tunas setiap ekpslan karena
pengaruh BAP.
Jumlah Daun
Berdasarkan pengamatan dari awal
sampai akhir pengamatan, didapatkan bahwa BAP menunjukkan pengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun yang terbentuk. Tipe pemotongan eksplan ini tidak
berpengaruh nyata, Inteaksi BAP dan tipe pemotongan eksplan berpengaruh nyata
dan sangat nyata sampai pengamatan 6 MST, 7 MST sampai akhir pengamatan tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata.
Jumlah Ruas
Berdasarkan pengamatan dari awal
sampai akhir pengamatan, didapatkan bahwa BAP menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah ruas pada taraf 0,01 dari awal (3 MST) hingga akhir pengamatan
(12 MST). Pola pemotongan eksplan umumnya tidak berpengaruh nyata kecuali
pengamatan minggu ke-5. Interaksi BAP dengan pola pemotongan eksplan berpengaruh
nyata dan sangat nyata pada awal pengamatan, namun pada 7 MST sampai akhir
pengamatan tidak berpengaruh.
Optimasi Media
Pengakaran
Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan didapat bahwa perlakuan jenis media berpengaruh sangat nyata
terhadap panjang akar, dan jumlah akar yang terbentuk.
Menurut
Wetherel, agar terjadi pembentukan akar maka komposisi media harus dirubah.
Hormon sitokinin harus dikurangi ata dihilangkan sedangkana auksin penting
sebagai inisiator pertumbuhan akar. Pembentukan akar pada tunas in vitro hanya
memerlukan auksin tanpa atau hanya sedikit sitokinin. Nisbah auksin sitokinin
yang tinggi akan mendorong morfogenesis akar. IBA dan NAA banyak digunakan
untuk mendorong pertumbuhan akar stek tanaman berkayu dan tanaman berbatang lunak.
KESIMPULAN
Zat pengatur tumbuh BAP mempengaruhi
pertumbuhan tanaman manggis dan waktu munculnya tunas. Konsentrasi BAP 5 ppm
memberikan hasil tertinggi pada kemampuan eksplan membentuk tunas, jumlah
tunas, jumlah daun, jumlah ruas batang tanaman manggis.
Pola pemotongan eksplan tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman manggis yang ditanam secara in vitro. Pola
pemotongan eksplan dibelah potong empat dan dipotong dua memberikan hasil yang
paling baik dalam menghasilkan jumlah tunas, daun, ruas tanaman manggis
disbanding pola pemotongan eksplan lain.
Media terbaik untuk menginduksi
terbentuknya tunas manggis yang ditanam secara in vitro adalah MS ½ N + BAP 5
ppm dengan biji dibelah potong empat, sedangkan media pengakaran yang terbaik
untuk tanaman manggis yang ditanam secara in vitro adalah MS ½ N + IBA 3 mg +
NAA 4 mg/l.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kultur
jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan
pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi
yang aseptik, sehingga bagianbagian tersebut dapat memperbayak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Kelebihan Kultur
Jaringan
1.
Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
2.
Sifat identik dengan induk
3.
Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
4.
Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
Kerugian Kultur
Jaringan
- Bibit
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar
- Bagi
orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
- Membutuhkan
modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus),
peralatan dan perlengkapan.
- Diperlukan
persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan
agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan
- Produk
kultur jaringan pd akarnya kurang kokoh
- Mahal
Manfaat Kultur Jaringan
adalah :
v
Mendapatkan tanaman baru dalam jumlah
banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan induknya.
v
Dapat diperoleh sifat-sifat tanaman
yang dikehendaki
v
Metabolit sekunder tanaman segera
didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
v
Produksi tanaman bebas virus dengan
teknik kultur meristem.
v
Pelestarian plasma nutfah tanaman
juga dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan dengan penyimpanan untuk
jangka panjang.
v
Untuk dapat menghasilkan tanaman
dengan jumlah banyak dan beragam.
v
Perbanyakan tanaman secara
besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan
tebu.
v
Usaha yang paling tepat untuk
melestarikan tanaman yang terancam punah.
v
Kultur jaringan juga mempunyai
manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat dihasilkan
metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan.
v
Melalui perbanyakan vegetatif dengan
kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya,
dengan terlaksananya ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan
devisan negara dibidang pertanian.
v
Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim
Komentar
Posting Komentar