MAKALAH PERKEMBANGAN EMBRIO PADA MANUSIA
Makalah
Praktikum Struktur Perkembangan Hewan
PERKEMBANGAN
EMBRIO PADA MANUSIA
Disusun Oleh :
YULI
HARDIYANTI
4122220013
BIOLOGI
NONDIK A 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Perkembangan Embrio pada Manusia” dalam
kajian Biologi sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Praktikum Struktur
Perkembangan Hewan oleh Ibu Dra. Meida Nugrahalia, M.Sc
Adapun
makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan makalah,
Bab 2 beupa pembahasan mengenai perkembangan embrio pada manusia mulai dari
organ reproduksi pada jantan dan betina, fertilisasi, gametogenesis,
organogenesis, kembar siam, kembar normal dan kelainan perkembangan embrio, dan
Bab 3 yang berisi kesimpulan berupa ringkasan dari makalah ini.
Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir
kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Medan,
30 April 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan 1
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 1
Bab II Pembahasan
2.1
Organ Reproduksi
2.1.1
Organ Reproduksi Pria 1
2.1.2
Organ Reproduksi Wanita 4
2.2
Gametogenesis 7
2.2.1
Spermatogenesis 7
2.2.2
Oogenesis 8
2.3
Fertilisasi 11
2.4
Perkembangan Embrio 15
2.4.1
Morula 15
2.4.2
Blastula 16
2.4.3
Gastrula 17
2.4.4
Organogenesis 18
2.5
Kembar Normal dan Kembar Siam 19
2.6
Kelainan pada Embrio 22
Bab III Penutup
3.1
Kesimpulan 27
Daftar Pustaka 29
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar
2.1 Organ Reproduksi Pria 1
Gambar
2.2 Saluran Reproduksi Pria 2
Gambar
2.3 Sebuah Sperma 3
Gambar
2.4 Organ Reproduksi Wanita 4
Gambar
2.5 Siklus Menstruasi 6
Gambar
2.6 Spermatogenesis 8
Gambar
2.7 Oogenesis pada Manusia 8
Gambar
2.8 Tahapan Pra-Ovulasi 9
Gambar
2.9 Tahapan Ovulasi 10
Gambar
2.10 Tahapan Pasca-Ovulasi 11
Gambar
2.11 Fase Penembusan Zona Pelusida 12
Gambar
2.12 Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma 13
Gambar
2.13 Morula 15
Gambar
2.14 Blastula dan Bagian-bagiannya 16
Gambar
2.15 Gastrula 17
Gambar
2.16 Lapisan pada Gastrula 18
Gambar
2.17 Kembar Siam cephalothoraco
omphalophagus 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hampir semua makhluk hidup
suatu generasi baru dimulai dari suatu telur yang telah difertilisasi (dibuahi)
atau zigot yaitu suatu sel yang dibentuk sebagai hasil bersatunya sel telur
induk betina dengan spermatozoa dari yang jantan. Perkembangan merupakan suatu
totalitas proses dimana sifat ini akan dicapai dan perubahan-perubahannya
menjelang dan sepanjang fase dewasa, tua dan akhirnya mati. Struktur utama yang
dicpai oleh organisme ini adalah yang berhubungan dengan ukuran, bentuk dan
konstruksi sel-sel, jaringan-jaringan, dan organ-organnya secara keseluruhan
membangun bentuk dari organisme yang bersangkutan.
Makalah ini akan membicarakan
masalah perkembangan embrio khususnya
pada manusia, dimulai dari sistem reproduksi, gametogenesis dan sampai
ke perkembangan embrio mulai dari 0 hari sampai menjadi embrio dan beberapa
kelainan pada embrio.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
organ reproduksi manusia baik pria maupun wanita?
2. Bagaimana
mekanisme gametogenesis pada manusia?
3. Bagaimana
tahapan perkembangan embrio pada manusia?
4. Bagaimana
kelainan – kelainan yang terjadi pada embrio?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
organ reproduksi manusia baik pria maupun wanita.
2. Mengetahui
mekanisme gametogenesis pada manusia.
3. Mengetahui
tahapan perkembangan embrio pada manusia.
4. Mengetahui
kelainan – kelainan yang terjadi pada embrio.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Organ Reproduksi
Kerja
sistem reproduksi pada manusia, erat kaitannya dengan proses kedewasaan, baik
pada manusia atau organisme lainnya. Anda juga dapat mengamati perubahan yang
terjadi pada diri Anda sendiri, yaitu perubahan yang terjadi pada saat Anda
memasuki masa kematangan seksual. Masyarakat umum menyebut hal ini sebagai pubertas.
Pubertas merupakan kejadian yang normal pada manusia. Ketika memasuki tahap ini,
Anda diberi isyarat bahwa Anda telah memasuki masa subur atau aktif reproduksi.
Adapun sistem reproduksi terdiri atas organ reproduksi baik pria maupun wanita.
2.1.1 Organ Reproduksi
pada Pria
Gambar
2.1 Organ Reroduksi Pria
Di dalam testis, terdapat kumparan tempat sel sperma diproduksi yang disebut tubulus seminiferus. Jika direntangkan, panjang saluran tersebut dapat mencapai 20 meter. Di antara tubulus-tubulus tersebut, terdapat sel interstitial (sel Leydig) yang menyintesis hormon testosteron. Di dalam dinding tubulus seminiferus terdapat bakal sel sperma yang disebut spermatogonia. Selain itu, terdapat juga sel yang berukuran lebih besar yang disebut dengan sel sertoli. Sel ini bertugas memberikan pasokan nutrisi untuk pertumbuhan spermatogonia. Untuk menjadi sel sperma, spermatogonia yang diploid harus mengalami beberapa kali pembelahan sel hingga akhirnya menghasilkan 4 sel sperma yang haploid, proses ini disebut spermatogenesis
Gambar
2.2 Saluran Reproduksi Pria
Dalam
perjalanan keluarnya sperma dari dalam tubuh pria, terdapat beberapa struktur
saluran. Struktur dimulai dari epididimis
yang merupakan gabungan dari beberapa tubulus seminiferus. Epididimis
akan bemuara di sebuah saluran yang disebut vas deferens. Saluran vas deferens membawa sel sperma keluar dari
skrotum ke rongga perut. Epididimis dan vas deferens ini merupakan salah satu
kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara waktu dan tempat
pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Vas deferens akan berlanjut di
saluran yang sama dengan saluran ekskresi, yaitu uretra di kandung kemih. Di pertemuan dua saluran tersebut,
terdapat mekanisme yang mengatur pembuangan urine dan berfungsi juga dalam
penyaluran sel sperma. Uretra berujung di penis. Proses keluarnya sel sperma
dari penis disebut ejakulasi. Penis merupakan organ reproduksi
eksternal yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan sperma ke dalam
tubuh wanita.
Gambar
2.3 Sebuah Sperma
Sperma
keluar tidak hanya dalam bentuk sel sperma saja, tetapi diikuti cairan yang
mengakomodasi pergerakan sel sperma di dalam saluran reproduksi pria ataupun
saluran reproduksi wanita. Sel sperma dan cairan yang diejakulasikan ini
disebut semen. Terdapat tiga buah kelenjar aksesoris yang berfungsi
dalam pembentukan cairan dalam semen, yaitu sebagai berikut.
a. Vesikula seminalis,
menghasilkan cairan sebagai sumber energi untuk sperma.
b. Kelenjar prostat,
memberikan suasana basa pada cairan semen.
c. Kelenjar bulbo-uretralis,
menyekresikan cairan seperti lendir yang berfungsi melicinkan (lubrikasi)
dalam pergerakan sel sperma. Bagi sperma, cairan semen yang dihasilkan
mempunyai fungsi memberikan media dan energi bagi sperma untuk pergerakannya di
saluran vagina. Semen juga akan menetralkan cairan asam vagina yang dapat
membunuh bakteri.
2.1.2 Organ Reproduksi
pada Wanita
Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita
Organ
reproduksi wanita dimulai dari tempat pembentukan sel telur yang disebut ovarium. Ovarium ada sepasang dan
setiap bulannya bergantian menghasilkan sel telur. Pada manusia, sel telur
berkembang di sebuah kantung khusus yang disebut folikel de Graaf. Di kantung ini, sel telur mengalami pertumbuhan
hingga akhirnya dikeluarkan dari ovarium. Proses keluarnya sel telur dari
ovarium disebut ovulasi.
Sel
telur yang diovulasikan akan bergerak menuju dinding rahim melalui sebuah
saluran yang dinamakan tuba Fallopi.
Di saluran inilah umumnya fertilisasi oleh sperma terjadi. Sel telur yang
dibuahi atau yang tidak dibuahi akan mencapai uterus dalam jangka waktu satu
minggu. Dinding uterus mengandung banyak pembuluh darah yang menyediakan suplai
makanan dan oksigen bagi calon bayi. Rahim mempunyai ukuran panjang sekitar 7
cm dan lebar sekitar 4–5 cm. Namun, akan mampu menampung bayi dengan panjang 45
cm dan berat hingga 4 kg. Jika tidak terjadi pembuahan, dinding endometrium
rahim akan meluruh sehingga terjadilah menstruasi pada wanita. Proses tersebut
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang saling bekerja sama untuk mempersiapkan
kehamilan.
Vagina
merupakan saluran dengan dinding tebal, tempat masuknya sperma dan keluarnya
bayi ketika dilahirkan. Proses masuknya sel sperma didahului dengan masuknya
penis pada lubang vagina. Proses ini dinamakan dengan coitus atau senggama.
Vagina memiliki beberapa aksesoris yang terdiri atas klitoris, bagian kulit
penutup vagina, serta selaput dara (hymen).
Bagian kulit penutup bagian luar dengan kulit yang lebih tebal dinamakan labia mayor dan bagian kulit penutup
di bagian dalam disebut labia minor.
Selaput dara merupakan jaringan kulit tipis yang melindungi vagina pada saat
membuka. Bagian tersebut mudah sekali terkoyak oleh gesekan, baik oleh benda
keras maupun proses senggama. Sebelum memasuki rahim, terdapat saluran
reproduksi yang disebut leher rahim (cervix). Pada bagian ini, disekresikan
cairan yang berguna mencegah masuknya bakteri dan kuman lainnya penyebab
infeksi. Pada masa ovulasi, cairan ini akan sangat kondusif terhadap pergerakan
sperma. Namun, setelah masa ovulasi cairan tersebut biasanya akan mengental
untuk mencegah masuknya sel sperma.
Menstruasi
Pada
siklus ovulasi, sel telur yang tidak dibuahi harus dikeluarkan dari dalam tubuh
bersamaan dengan pendukung implantasi bayi di dinding rahim, yaitu endometrium.
Proses peluruhan dinding rahim dan dibuangnya sel telur yang tidak dibuahi ini,
disebut menstruasi.
Secara
hormonal, proses ini diawali dengan diproduksinya hormone gonadotropin (gonadotropin
releasing hormone) yang akan memerintahkan pituitari untuk menghasilkan
hormon FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone).
FSH dan LH ini akan menginisiasi (merangsang) pembentukan folikel tempat
pematangan sel telur di dalam ovarium. Folikel yang berkembang akan
menghasilkan hormon estrogen. FSH, LH, dan hormon estrogen akan berpengaruh
terhadap pematangan sel telur selama lebih kurang dua minggu hingga tiba waktu
ovulasi. Estrogen yang dihasilkan akan berpengaruh pada perkembangan folikel,
merangsang pembentukan endometrium, serta merangsang diproduksinya FSH dan LH lebih
banyak. Hormon FSH dan LH yang melimpah di hari ke-12 siklus menstruasi akan
memengaruhi masa meiosis II hingga terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi di hari
ke-14 dan pada waktu ini seorang wanita dikatakan berada dalam keadaan subur.
Masa subur tersebut berlangsung selama lebih kurang 24 jam saja. Folikel yang
telah ditinggalkan oleh sel telur disebut badan kuning atau corpus
luteum yang menghasilkan hormon estrogen serta progesteron. Kedua hormon
ini bekerja menghambat sintesis FSH dan LH sehingga jumlahnya menjadi lebih
sedikit. Selain itu, mengakibatkan penghambatan pematangan folikel lain di
ovarium. Estrogen dan progesteron bersama-sama mempersiapkan kehamilan dengan
mempertebal dinding endometrium hingga mencapai ketebalan 5 mm. Jika tidak
terjadi kehamilan atau fertilisasi, corpus luteum akan berdegenerasi sehingga
produksi estrogen dan progesteron menurun. Jika kedua hormon ini menurun, tidak
ada lagi yang mempertahankan keberadaan endometrium sehingga endometrium
mengalami degenerasi. Proses ini terjadi di hari ke-27 atau 28 dan terjadilah
menstruasi.
Gambar 2.5 Siklus Menstruasi
2.2 Gametogenesis
Gametogenesis adalah
suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat
terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk kemudian menjadi
individu baru. Proses ini pada individu jantan disebut spermatogenesis dan pada
betina disebut oogenesis.
Secara
umum gametogenesis terdiri atas 4 tahapan yakni :
·
Asal dan migrasi bakal
sel kelamin ke gonad.
·
Perbanyakan bakal sel
kelamin secara mitosis didalam gonad.
·
Reduksi jumlah kromosom
sel kelamin menjadi setengah secara meiosis di dalam gonad.
·
Pemasakan dan
differensiasi gamet menjadi sperma atau ovum.
2.2.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses sel
sperma di dalam testis. Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus
mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi
secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid
sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu
juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid. Pembelahan mitosis hanya
terjadi pada spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi
spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi pembelahan meiosis yang
pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya, terjadi pembelahan meiosis yang
kedua dan menghasilkan sel spermatid.
Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan menjadi sel sperma. Produksi sel sperma di
tubuh pria dilakukan sepanjang hidupnya, siklus waktunya adalah tiga hari.
Proses pematangan sel sperma dipicu oleh hadirnya hormon testosteron di testis,
tepatnya di bagian sel interstitial. Setiap hari, seorang pria dewasa
memproduksi 100 juta sel spermatid yang disimpan di duktus epididimis, lalu
menuju vas deferens untuk mengalami pematangan. Pematangan sel spermatid pada
manusia, umumnya terjadi dalam waktu sekitar dua minggu.
Gambar
2.6 Spermatogenesis
2.2.2 Oogenesis
Gambar 2.7 Oogenesis pada Manusia
Ovulasi
terbagi atas 3 fase yaitu:
a.
Fase pra-ovulasi
Oosit
dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga
terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin yang
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan
folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel
primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi
matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam
uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai
fase poliferasi.
b.
Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan
sel telur yang telah matang dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba
fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari
ke-14 terjadi perubahan produksi egativ. Peningkatan kadar estrogen selama fase
pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik egative atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi
terjadi pada hari ke-14.
Gambar 2.9
Ovulasi
c.
Fase pasca-ovulasi
Pada
fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder
karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar
susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut
berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi
pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15
sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki
kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi
estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi
aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Gambar 2.10 Pasca Ovulasi
2.3 Fertilisasi
Fertilisasi
peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk
membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan
penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami).
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk.
Namun, pada fertilisasi mencakup 3
fase yakni sebagai berikut :
o Fase 1: Penembusan korona
radiata. Dari 200-300 juta spermatozoa yang
dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat
pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga
bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus
sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi
dengan bebas menembus sel korona.
o Fase 2: Penembusan zona
pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai
glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan
sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom
memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan
membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma
menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom
dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada
gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi
zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat
reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies.
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang
menembus oosit.
Gambar 2.11 Fase
Penembusan Zona Pelusida
o Fase 3: Penyatuan oosit dan
membrane sel sperma setelah spermatozoa
menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena
selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom,
penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang
meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor
spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di
permukaan oosit.
Gambar 2.12 Penyatuan Oosit dan Membran
Sel Sperma
Sperma dapat menembus oosit sekunder
karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau
senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada
sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
ü Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
ü Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
ü Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada
oosit sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu
fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
a.
Mengaktifkan sperma agar
bergerak lebih cepat.
b.
Menarik sperma secara
kemotaksis positif.
c.
Mengumpulkan sperma di
sekeliling oosit sekunder.
Setelah spermatozoa memasuki oosit,
sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :
1.
Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal
oosit.
a. Selaput oosit tidak
dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. Zona pelusida mengubah struktur dan
komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini
terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit
menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk.
Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal
sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive.
Kromosomnya (22 + X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal
sebagai pronukleus wanita.
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor
penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan
diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler
yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak
maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan
membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis,
pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling
rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik
pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya.
Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai
DNA separuh dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom
tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23
kromosom ibu dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan
kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak kearah kutub yang
berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah
kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak
kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang dalam pada permukaan
sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
2.4 Perkembangan Embrio
Pertumbuhan dan perkembangan
embrionik adalah fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa
embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya
janin di dalam tubuh induk betina.
2.13 Morula
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel
berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer
yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk
menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini
ukuran sel mulai beragam. Sel membelah secara melintang dan mulai
membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutup anima. Stadium morula
berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer. Blastomer
kemudian memadat menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel.
Pada
akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel
utama (blastoderm), yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam
(inner mass cells),fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok
sel-sel pelengkap, yang meliputi trophoblast, periblast, dan eepingu cells.
Fungsinya melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk atau lingkungan
luas.
Tropoblast
melekat pada dinding uterus. Sel-selnya memperbanyak diri dengan cepat dan
memasuki eepingum uterus pada tahap awal implantasi. Setelah 9
hari, seluruh blastokista tertahan dalam dinding uterus. Sewaktu
ini berlangsung, sel-sel yang berada disebelah bawah dari masa sel dalam
menyusun diri menjadi suatu lapisan yang disebut endoderm primer yang akan
membentuk saluran pencernaan makanan. Sel-sel sisa dari masa sel dalam
memipihmembentuk suatu eeping yaitu eeping embrio.Antara eeping embrio
dantropoblast yang menutupi timbulnya suatu rongga (rongga amnion) berisi
carian.Dinding rongga yaitu amnion, menyebar mengelilingi embrio dan
dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.
Gambar 2.14
Blastula dan Bagian-bagiannya
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu
campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai
blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri
dari neural, epidermal, notochordal,mesodermal, dan endodermal yang merupakan
bakal pembentuk organ-organ.Dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari
sel-sel datar membentuk blastocoeldan blastodisk berada di lubang vegetal
berpindah menutupi sebagian besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat daerah
yang berdifferensiasi membentuk organ-organ tertentu seperti sel saluran
pencernaan, notochord syaraf eksoderm, ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pada
manusia, hasil pembelahan berbentuk suatu bola padat (morulla).Lapisan luar
dari blastula ini membentuk lapisan yang mengelilingi embriosebenarnya,
sedangkan embrio dibentuk dari bagian morulla (inner cells mass ataumasa sel
dalam)./lapisan luar (tropoblast) pada satu sisi masa sel dalammelepaskan diri,
membentuk suatu bentuk yang mirip suatu blastula dan struktur ini disebut
sebagai blastokista embrio akan menempel dan menetap pada
dinding uterus untuk periode waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan
mendapatkan makanan sampai dilahirkan
Gambar 2.15 Gastrula
Gastrulasi
merupakan proses dimana sel-sel berkembang dan bermigrasi dalam embrio untuk
mengubah masa sel dalam tahap blastokista menjadi embrio yang berisi tiga
lapisan germinal primer. Migrasi sel-sel tersebut terjadi secara terintegrasi
yang dilakukan melalui berbagai macam gerakan-gerakan morfogenik. Hasil penting
gastrulasi adalah bahwa beberapa sel pada atau dekat permukaan blastula
berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam.hal ini akan mentransformasikan
blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut dengan gastrula. Saat blastula
terimplantasi di uterus, masa sel bagian dalam membentuk cakram pipih dengan
lapisan sel bagian atas (epiblast) dan lapisan sel bagian bawah (hipoblast).
Lapisan-lapisan ini homolog dengan lapisan pada cakram embrio burung.
Seperti
pada burung, embrio manusia akan berkembang secara keseluruhan dari sel-sel
epiblast, sementara sel-sel hipoblast membentuk kuning telur (yolk sac).
Gastrulasi terjadi melalui pergerakan ke arah dalam sel-sel lapisan atas
melalui primitive streak untuk membentuk mesoderm dan endoderm.
Gambar 2.16 Lapisan pada Gastrula
2.4.4
Organogenesis
Organogenesis
yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan
manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh
embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan
Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf),
integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan
Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat
reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti
ren.
c. Lapisan
Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan
alat respirasi seperti pulmo.
Pada mammalia, embrionya memiliki
selaput embrio, yaitu amnion, korion, sakus vitelinus, dan alantois. Selaput
embrio berfungsi melindungi embrio terhadap kekeringan, goncangan, membantu
pernapasan, ekskresi, serta fungsi penting lainnya selama berada di dalam rahim
induknya.
2.5 Kembar Normal dan
Kembar Siam
Kehamilan
multifetus atau ganda atau kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau
embrio atau lebih dalam satu gestasi. Kehamilan dengan dua janin disebut
kehamilan kembar, tiga janin disebut triplet, empat janin disebut kuadriplet
dan lima janin disebut quintuplet.
Janin
yang kembar lebih sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum yang terpisah
(ovum ganda, kembar dizigot atau kembar "fraternal"). Sekitar
sepertiga di antara kehamilan kembar berasal dari ovum tunggal yang dibuahi,
dan selanjutnya membagi diri menjadi dua buah struktur serupa, masing-masing
dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum tunggal tersendiri (kehamilan
monozigot atau kembar "identik"). Salah satu atau kedua proses dapat
terlibat dalam pembentukan fetus dengan jumlah yang lebih besar. Faktor resiko
untuk kemungkinan terjadinya kehamilan kembar dapat dibagi menjadi secara
natural dan hasil induksi. Secara natural faktor resiko tersebut adalah riwayat
keluarga yang merupakan kembar dizigotik, ras, bertambahnya paritas dan usia
maternal, dan ukuran fisik ibu. Sedangkan yang secara induksi adalah induksi
ovulasi dan fertilisasi in vitro.
Pada
wanita dengan faktor risiko tertentu dapat dicurigai sebagai kehamilan kembar.
Sebagai faktbor penentu kehamilan kembar, genotip ibu jauh lebih penting
daripada genotip ayah. Kehamilan kembar lebih sering terjadi sebagai akibat
fertilisasi dua ovum yang terpisah, yang dikenal dengan kembar dizigot.
Walaupun beberapa ahli mengatakan bahwa kembar dizigot bukanlah kembar sejati
oleh karena berasal dari maturasi dan fertilisasi dua buah ovum selama siklus ovulatoir
tunggal. Sedangkan sekitar sepertiga diantara kehamilan kembar berasal dari
ovum tunggal yang dibuahi, dan selanjutnya membagi diri menjadi dua buah struktur
serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum tunggal
tersendiri (kehamilan monozigot atau kembar identik).
Kembar
identik atau kembar monozigot terjadi saat 1 telur yang dibuahi membelah selama
2 minggu pertama setelah konsepsi yang akan menghasilkan bayi dengan rupa yang
sama atau bayangan cermin dimana mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan ukuran
antropologik pun sama. Satu bayi kembar mungkin kidal dan yang lainnya kanan
karena lokasi daerah motorik di korteks serebri pada kedua bayi berlawanan.
Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor penghambat
dalam segmentasi atau pembelahan, misalnya hambatan dalam tingkat segmentasi
(2-4 hari), hambatan dalam tingkat blastula (4-7 hari)serta hambatan setelah
amnion dibentuk tapi sebelum primitif streak.
Kembar
identik atau kembar monozigot timbul dari pembelahan ovum yang sudah dibuahi
pada berbagai tahap perkembangan awal sebagai berikut :
1.
Bila pembelahan terjadi
sebelum inner cell mass terbentuk. dan lapisan luar blastokist belum
berubah menjadi korion, yaitu dalam 72 jam pertama setelah fertilisasi, maka
akan terbentuk dua embrio dengan dua amnion dan dua korion. Keadaan ini
menghasilkan kehamilan kembar monozigot dengan diamnion dan dikorion.
Bisa terdapat dua plasenta yang berbeda atau satu plasenta. Sekitar sepertiga
dari kembar monozigotik memiliki 2 amnion 2 korion dan 2 plasenta yang
kadangkadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat
dibedakan dengan kembar dizigotik.
2.
Jika pembelahan terjadi
antara hari keempat dan kedelapan setelah inner cell mass dibentuk dan sel-sel
yang akan menjadi korion sudah mengalami differensiasi namun sel-sel yang akan
menjadi amnion belum, maka akan terbentuk dua buah embrio, masing-masing dalam
kantong ketuban yang terpisah. Kedua kantong ketuban akhirnya akan diseubungi
oleh satu karion bersama, sehingga terjadi kehamilan kembar identik diamnion, monokorion.
Sekitar 70% kembar indentik seperti itu cara pembelahannya.
3.
Namun, jika amnion
sudah terbentuk, yang terjadi sekitar hari ke 8 sesudah fertilisasi, pembelahan
akan menghasilkan dua embrio di dalam satu kantong ketuban bersama atau
mengakibatkan kehamilan kembar identik monoamnion, monokarion.
4.
Bila pembelahan terjadi
lebih belakangan lagi yaitu sesudah diskus embrionik terbentuk, pada hari ke 9
sampai 12 setelah fertilisasi maka akan timbul 1 korion 1 amnion. Pembelahan
berlangsung tidak lengkap dan akan terbentuk kembar siam. Kembar siam dapat dibagi atas beberapa jenis sesuai
dengan lokasi anatomis menjadi satu bagian tubuh yakni torakopagus (40%),
sifoomfalopagus (34%), pigopagus (18%), iskiopagus (6%) dan kraniopagus (2%).
Kembar siam biasanya
diklasifikasikan berdasarkan pada bagian tubuh yang menyatu dengan penambahan
akhiran pagus.5,6 Berdasarkan dari sisi tubuh dimana penyatuan terjadi,
maka secara garis besar kembar siam dibagi menjadi tiga:
1.
Penyatuan dari bagian ventral, misalnya thoracopagus (menyatu dibagian
dada).
2.
Penyatuan dari bagian lateral, misalnya parapagus
(menyatu dibagian pelvis).
3.
Penyatuan dari bagian dorsal, misalnya pygopagus (menyatu dibagian
bokong).
Gambar
2.17 Kembar Siam cephalothoraco omphalophagus
Pada
kasus ini bayi menyatu dari bagian kepala, thorax dan abdomen. Ada satu kepala
yang menyatu dengan 2 pasang telinga (Sepasang dibagian belakang kepala, gambar
6A), sepasang ekstremitas superior dan sepasang ekstremitas inferior. Pada literatur,
disebutkan kembar siam yang terjadi pada kepala dan thorax dapat disebut dengan
janiceps. Kasus ini berdasarkan anatomi bersatunya bagian tubuh yang
menyatu maka ini adalah kembar siam cephalothoraco omphalophagus.
Placenta pada kasus ini satu placenta, dengan 2 tali pusat, dimana salah
satunya dengan insersi velamentosa, dan pada bagian umbilicus janin ada 2,
dengan letak yang bersebelahan.
2.6 Kelainan pada
Embrio
Tidak semua janin dapat berkembang
dengan sempurna, ada kalanya terjadi kelainan-kelainan pada janin, Kelainan-kelainan
pada janin dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:
a. Pengaruh bahan berbahaya dari
lingkungan luar selama periode awal perkembangan
b. Penerusan abnormalitas genetik dari induknya.
b. Penerusan abnormalitas genetik dari induknya.
c. Aberasi kromosom yang terdapat
pada salah satu gamet atau yang timbul pada pembelahan pertama.
Kelainan-kelainan pada janin diantaranya adalah :
a. Teratoma
Teratoma
adalah tumor yang mengandung jaringan derivat dua, tiga lapis benih. Terjadi
saat janin masih embrio. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal (tingkat
clivage, blastula, awal grastula) lepas dari kontrol organizer. Ia seperti
tubuh yang kembar tidak seimbang yang satu dapat tumbuh normal yang lain hanya
gumpalan jaringan yang tidak utuh atau tidak wajar. Teratoma disebut juga fetus
in fetu atau bayi dalam bayi.
b. Sindrom Down
Sindrom
down merupakan kelainan fisik janin dengan ciri - ciri yang khas seperti
retardsi mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia),
leukimia, hingga gangguan penglihatan dan pendengaran,. Kelainan ini terjadi
karena kelainan pada kromosom yaitu pada kromosom 21. Pada penderita ini
memiliki tiga unting kromosom 21 (Corebima, 1997).
c. Sindrom Edward
Sindrom
Edward adalah kelainan pada janin karena kromosom janin mengalami kelainan.
Kelainan ini terjadi karena kromosom 18 nya mengalami kelebihan yaitu terdapat
tiga untai kromosom 18. ciri kelaian janin ini adalah retardasi mental berat,
gangguan pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada tangan
dan kaki.
d. Sindrom Patau
Nama
lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi 13. hal ini karena terjadi
kelainan pada kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai
kromosom 13. Ciri dari kelainan ini adalah bibir sumbing, ganggaun berat pada
perkembangan otak, jantung, ginjal, tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya
sangat berat janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
e. Talasemia
Talasemia
adalah salah satu kelainan pada janin. Talasemia ini memiliki ciri dimana tubuh
kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga penderita
mengalami anemia berat akibatnya harus transfusi darah seumur hidup.
f. Fenilketinoria
f. Fenilketinoria
Fenilketinoria
adalah gangguan metabolisme salah satu jenis asam amino pembentuk protein yaitu
fenilalanin yang menyebabkan hambatan atau radiasi mental. Kelainan ini jika
dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara memberi asupan fenilalanin
yang banyak terdapat pada keju, susu, telur, ikan, daging, pemberian obat atau
vitamin tertentu.
g. Hipotiroid Konginetal
Merupakan
penyakit yang dibawa sejak janin atau bisa disebut dengan kelainan janin. Hal
ni karena tubuh tidak mampu atau hanya mampu sedikit memproduksi hormon tiroid.
Karena hormon tiroid adalah hormon petumbuhan maka jika kekurangan hormon ini
maka pertumbuhan fisik dan mental akan terganggu. Pencegahan dapat dilakukan
dengan memberi suplemen tiroid sejak dini.
h. Fokomelia
Cacat
pada lengan, merupakan cacat yang disebabkan oleh Thalidomide. 10 % dari wanita
hamil yang memakan obat ini periode sensitive akan melahirkan bayi cacat
i. Selosomi
i. Selosomi
Kelainan
pada waktu menutupnya dinding perut. Organ-organ visceral dan terdapat di luar
rongga perut
j. Kraniorakiskisis
Kegagalan
bumbung neural untuk menutup. Tidak ada rongga kepala, tidak berbentuk lengkung
vertebra.
Faktor-Faktor Penyebab Kelainan pada Janin
1. Faktor
Internal
a. Faktor
genetic :
Mutasi
: Perubahan pada susunan nukleutida gen (DNA). Mutasi menimbulkan allel cacat,
yang mungkin dominant, kodominan atau resesif. Ada allel cacat yang rangkai
kelamin artinya diturunkan bersama-sama dengan karakter jenis kelamin. Contoh :
Polydactil, hemofili Aberasi : Perubahan pada susunan kromosom. Contoh :
Sindrom Turner, Sindrom Down.
b. Faktor
umur ibu
Telah
diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir
Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan
angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko
relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan
yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600
untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 -
44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih. c. Faktor
hormonal Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian
kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu
penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan
lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
2. Faktor Eksternal
a. Infeksi Cacat dapat terjadi pada
janin induk yang terkena penyakit infeksi terutama oleh virus. Contoh cacar air
dan campak. Dikenal pula sitomegalovirus (CMV) yang menginveksi ibu yang sedang
hamil yang menyebabkan bayinya menjadi tuli, gangguan hati dan mental
terbelakang.
b. Obat Berbagai macam obat yang
diminum oleh ibu hamil dapat menimbulkan cacat pada janinnya. Contoh obat yaitu
aminopterin yang mempunyai sifat antagonis terhadap asam folat.
c. Radiasi Ibu hamil yang diradiasi
sinar x akan melahirkan bayi cacat pada otak. Ini disebabkan karena mineral
radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahoir cacat bayi di daerah
yang bersangkutan.
d. Defisiensi Ibu yang defisiensi
vitamin atau hormone dapat menimbulkan cacat pada janin. Contohnya devisiensi
vit. A akan menimbulkan cacat mata.
e. Emosi Sumbing dan Labio
palatosciziz (ada celah di langit – langit mulut), kalau terjadi pada minggu
ke-7 sampai ke 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu. Emosi itu
mungkkin lewat system hormone. Stress psikis ibu membuat cortex adrenal
hyperactive, sehingga penggetahan hydrocortisone tinggi, hormone ini, dapat
menginduksi terjadinya langit-langit pecah. Pengaruh emosi itu mungkin juga
lewat otak dulu, terus ke hypothalamus, dan ini merangsang penggetahan
adrenocoriticotropin dari hipofisa, yang akan mendorong korteks adrenal
menggetahkan hormon tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organ reprroduksi jantan terdiri
atas penis, yang merupakan organ
reproduksi eksternal yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan sperma ke
dalam tubuh wanita. Organ repduksi lainnya adalah skrotum, testis, epididimis,
vas deferens, urethra.
Organ reproduksi wanita terdiri dari
organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Organ reproduksi dalam wanita
terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin). Saluran
reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina. Sedangkan
organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.
Gametogenesis adalah suatu proses
yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat
terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk kemudian menjadi
individu baru, yang terdiri atas oogenesis dan spermatogenesis.
Fertilisasi merupakan proses
peleburan dua gamet, antara gamet jantan dan gamet betina. Beberapa fase dalam
fertlisisasi adalah penembusan corona radiata, penembusan zona pellusida, dan
terakhir adalah penyautuan ovum dan sel sperma.
Adapun
tahapan perkembangan embrio setelah fertilisasi adalah :
Morula
– Blastula – Gastrula –Fetus
Kembar adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau embrio atau lebih dalam satu gestasi. Janin yang kembar lebih
sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum yang terpisah (ovum ganda,
kembar dizigot atau kembar "fraternal"). Sekitar sepertiga di
antara kehamilan kembar berasal dari ovum tunggal yang dibuahi, dan selanjutnya
membagi diri menjadi dua buah struktur serupa, masing-masing dengan kemampuan
untuk berkembang menjadi ovum tunggal tersendiri. Apabila pembelahan
berlangsung tidak lengkap dan akan terbentuk kembar siam. Kembar siam dapat
dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan lokasi anatomis menjadi satu bagian
tubuh yakni torakopagus (40%), sifoomfalopagus (34%), pigopagus (18%),
iskiopagus (6%) dan kraniopagus (2%).
Beberapa kelainan pada janin yakni :
Teratoma, Sindrom Down, Sindrom Edward, Sindrom Patau, Talasemia,
Fenilketinoria, Hipotiroid konginetal, Fokomelia, Selosomi dan
Kraniorakiskisis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Embriologi.
Medan : Universitas Sumatera Utara
Kurniawan, Harry. 2010. Bayi
Kembar Siam Cephalothoraco Omphalophagus.
Denpasar : Fakultas Kedokteran Udayana
Sagi, Mammed. 1999. Embriologi
dalam Model Biologi Terapan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Tim Dosen. 2013. Perkembangan
Hewan. Medan : FMIPA Unimed
Yudiarti, Turrini, dkk. 2004. Buku
Ajar Biologi. Semarang : Universitas Diponegoro
Komentar
Posting Komentar