PENGARUH EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia) TERHADAP HISTOLOGI LAMBUNG MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ASPIRIN
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH
EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera
cordifolia) TERHADAP HISTOLOGI LAMBUNG MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ASPIRIN
Diajukan untuk Tugas Metode Penelitian
Oleh :
Nama :
Yuli
Hardiyanti
NIM :
4122220013
Program Studi :
Biologi
Jurusan :
Biologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit lambung,
sering disebut juga sakit maag adalah yang diakibatkan oleh kelebihan asam
lambung, Gejala khas sakit pada lambung adalah rasa panas di dada, rasa tidak
nyaman waktu menelan, dan rasa sakit waktu menelan. Penyebab penyakit pada
lambung adalah zat yang dapat menginhibisi sekresi asam lambung. Misalnya zat
kimia Histamin dan Anti Inflamasi non steroid. Sering terlambat
makan, kebiasaan minum obat yang bersifat asam saat perut kosong, minum minuman
beralkohol, dan mengisap rokok berlebihan menyebabkan asam lambung meningkat.
Adapun salah satu hal yang membahayakan kesehatan masyarakat adalah
beredarnya aspirin atau acetyl salicylic
acid, yang mana obat ini tergolong
dalam kelompok salisilat dan merupakan salah satu jenis dari non-steroidal
anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang banyak digunakan pada
pengobatan nyeri ringan sampai sedang
(Detty.2007). Aspirin juga merupakan salah
satu obat yang paling sering digunakan di dunia. Aspirin
secara luas digunakan untuk mengobati rasa sakit dan nyeri seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi pada arthritis, dan juga dapat
digunakan untuk menurunkan demam. Diperkirakan penggunaan aspirin di
Amerika mencapai 30 milyar tablet aspirin (40 ton per hari). Karena aspirin
dijual secara bebas dan tersebar luas di masyarakat untuk pengobatan sendiri,
maka kemungkinan untuk terjadi keracunan aspirin akan lebih besar. Overdosis
aspirin dapat terjadi secara akut maupun kronik. Tingkat kematian pada
overdosis akut mencapai 2% dan pada overdosis kronik mencapai 25%, akan lebih
berat dampaknya pada anak-anak.4 Toksisitas sedang terjadi pada dosis >300
mg/kg BB dan toksisitas berat terjadi pada dosis 300 – 500 mg/kg BB. Sedangkan
dosis lethal apabila digunakan pada dosis >500 mg/kg BB.
Efek aspirin dapat menyebabkan pengelupasan sel epitel
permukaan dan mengurangi sekresi mukus yang merupakan barier protektif terhadap
serangan asam. Efek
aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan berupa iritasi mukosa lambung
(Dindarti. 2007). Overdosis aspirin berefek tinnitus, nyeri abdominal,
hipokalemi, hipoglikemi, pireksia, hiperventilasi, disritmia, hipotensi, halusinasi,
gagal ginjal, kejang, koma, dan kematian.
. Berdasarkan
uraian permasalahan dari beredarnya aspirin sebagai obat antiinflami yang
memiliki efek iritasi mukosa lambung, oleh karena itu penulis memberikan alternatif dalam
pengobatan penyakit iritasi
mukosa lambung dengan memanfaatkan Daun Binahong (Anredera cordifolia). Menurut Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri (2009), di Vietnam tanaman ini digunakan sebagai makanan
wajib untuk masyarakat Vietnam. Tumbuhan ini dikenal memiliki
khasiat penyembuhan yang luar biasa. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2011), menyatakan bahwa kemampuan
tanaman binahong dalam menyembuhkan berbagai penyakit, tidak terlepas dari
peran aktif yang terkandung didalamnya, dimana mengandung metabolit sekunder
berupa flavonoid, alkaloid dan saponin. Hasil uji Fitokimia ekstrak etil asetat
daun Binahong ditemukan senyawa polifenol, alkaloid dan flavonoid (Mufid.
2010). Kandungan utama
pada tanaman binahong adalah flavonoid berupa senyawa fenol, yang berfungsi
sebagai antioksidan dan melindungi mukosa.
Penggunaan tanaman
Binahong terhadap mukosa lambung mencit merupakan penelitian awal untuk
menghasilkan data awal tentang besarnya pengaruh Binahong terhadap mukosa
lambung mencit. Penginduksian terhadap mencit yang diteliti menggunakan aspirin
karena aspirin sering dikonsumsi oleh masyarakat di dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merancang penelitian tentang
pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera
cordifolia) terhadap histologi lambung mencit (Mus musculus) yang diinduksi Aspirin.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian
ini dibatasi pada pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap berat badan mencit, histologis
lambung pada mencit (Mus musculus).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan konsentrasi
100%, 75%, 50% dan 25% serta perlakuan kontrol terhadap berat badan mencit,
hitologis lambung pada mencit?
1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya kelainan atau
perubahan berat badan mencit, histologis lambung setelah diberikan ekstrak daun
Binahong (Anredera cordifolia) yang
diinduksi Aspirin.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang biologi serta terapannya.
2. Sebagai
sumber informasi mengenai pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap histologi lambung.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Binahong (Anredera cordifolia)
Binahong (Anredera cordifolia) adalah tanaman
obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini
berasal dari Cina dengan nama asalnya adalah Dheng Shan Chi. Di
Indonesia tanaman ini belum banyak dikenal. Tanaman ini sebenarnya berasal dari
Cina dan menyebar ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini sering digunakan
sebagai hiasan gapura yang melingkar di atas jalan taman. Namun tanaman ini
belum banyak dikenal dalam masyarakat Indonesia
(Towaha.2011)
Bentuk dan ciri-ciri tanaman binahong, tanaman yang
berupa tumbuhan menjalar, panjangnya bisa mencapai lebih dari 10 m. Akar
berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit,
berwarna kemerahan, bagian dalam solid, permukaan halus. Daun keluar dari
setiap buku pada batang, berdaun tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun
berseling, berwarna hijau, bentuk jantung.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Caryophyllales
Family : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis
Gambar 2.1 Morfologi
Daun Binahong (Anredera cordifolia)
2.2 Khasiat Binahong (Anredera cordifolia)
Manfaat
tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan. Dalam pengobatan, bagian
tanaman yang digunakan berasal dari batang, daun, dan umbi yang menempel pada
ketiak daun. Spesialis gizi Bambang Wirjatmadi, menyatakan bahwa ada litetarur
yang menunjukkan bahwa ada literatur yang menunjukkan bahwa tikus yang disuntik
ekstrak binahong mempunyai daya tahan tubuh yang bagus. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan adanya agresivitas tikus yang energik serta tidak mudah
sakit jika dibandingkan dengan tikus yang tidak disuntik.
Penelitian
mengenai aktivitas daun Binahong dan kandungan metabolit sekundernya pernah
dilakukan, bahwa terdapat aktivitas antioksidan, asam askorbat dan fenol yang
cukup tinggi. Kandungan asam askorbat dapat meningkatkan daya tahan terhadap
infeksi, dan fenol berfungsi dalam pemeliharaan membrane mukosa. (Ani dkk.
2012).
Adapun kandungan senyawa dalam daun binahong berupa
senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin, serta dalam rimpangnya
terkandung senyawa ancordin. Elin Sukandar Yulinah dkk (2011), zat aktif utama yang terdapat pada
tanaman ini adalah flavanoid yang merupakan senyawa polifenol yang bermanfaat
untuk melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya
penyumbatan pada pembuluh darah, mengandung antiinflamasi (anti-radang),
berfungsi sebagai anti-oksidan, serta pemeliharaan membran mukosa.
Peningkatan
konsentrasi perasan daun Binahong dapat lebih menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro (Oka
dkk. 2012). Kandungan Saponin yang terdapat pada daun Binahong juga berperan daam menurunkan kadar gula darah
tikus jantan galur wistar yang diinduksi sukrosa (Indri dkk. 2013).
2.3 Lambung
Lambung
adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen
dibawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil, terletak sebelah kiri
garis tengah. Ukuran dan bentuk setiap individu bervariasi. Secara anatomi,
lambung terdiri dari kardia, fundus, korpus, dan pilorus.
Fungsi
lambung antara lain, penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein,
produksi mucus dan produksi faktor intrinsik, suatu glikoprotein yang disekresi
sel parietal.
Sekresi
kelenjar lambung menurut bagian-bagian histologi lambung :
a. Kelenjar
kardia hanya mensekresi mukus
b. Kelenjar
fundus-korpus terdiri dari sel utama (chief cell) mensekresi pepsinogen,
Sel parietal mensekresi asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik, serta sel
leher mukosa mensekresi mukus.
c. Kelenjar
pilorus di antrum pilorus mensekresi mukus dan gastrin.
2.4
Histologi Mukosa Lambung
Lambung
terdiri dari beberapa lapisan dari sebelah dalam yaitu tunika mukosa,
submukosa, tunika muscularis, dan tunika serosa.
Tunika mukosa
pada pembagian lain terdiri dari 2 bagian yaitu bagian foveolar superfisial dan
bagian kelenjar, yang lebih dalam. Bagian foveolar secara keseluruhan relatif
seragam, meliputi sel-sel epitel permukaan yang juga melapisi lubang-lubang
yang menuju ke dalam lekukan berbentuk corong yang disebut sumuran gaster.
Sel-sel epitel permukaan merupakan epitel kolumner simpleks non goblet
mensekresi lendir dan bersama-sama membentuk selubung sekretorik. Pada epitel
bagian pilorus melanjutkan diri ke epitel kolumner simpleks duodenum. Bagian
kelenjar yang lebih dalam menunjukkan perbedaan besar dalam hal ketebalan dan
dan kelenjar penyusun pada bagian lambung yang berbeda.
Tunica
submukosa tersusun atas jaringan alveolar longgar yang menghubungkan lapisan
mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak dengan
gerakan peristaltik. Pada lapisan ini banyak mengandung pleksus saraf, pembuluh
darah, dan saluran limfe
Tunika
muskularis mukosa terdiri atas lapisan sirkuler sebelah dalam dan lapisan
longitudinal sebelah luar, karena lapisan tersebut saling bertautan maka
mungkin ada 3 atau 4 lapisan.
Tunika serosa
merupakan lapisan tipis jaringan ikat yang menutupi lapisan muskularis.
Merupakan lapisan paling luar yang merupakan bagian dari peritonium visceralis.
Jaringan ikat yang menutupi peritoneum visceralis banyak mengandung sel lemak.
Iritasi lambung adalah kehilangan integritas yang karakteristik dari mukosa lambung yang terbatas pada mukosa dan meluas di bawah muskularis mukosa.
Gambar 2.2 Struktur Morfologi Lambung Terinfeksi Maag.
2.5
Aspirin
Aspirin merupakan salah satu senyawa
yang secara luas digunakan, aspirin digunakan sebagai obat analgetik,
antipiretik, dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan. Efek samping utama aspirin adalah gangguan pada lambung. Aspirin adalah
suatu asam sehingga pada pH lambung
tidak terlarut sempurna dan partikel aspirin dapat berkontak langsung dengan
mukosa lambung. Gejala yang timbul akibat perusakan sel mukosa lambung oleh
pemberian aspirin adalah nyeri mual dan muntah. Aspirin menyebabkan
pengelupasan sel epitel permukaan dan mengurangi sekresi mukus (Dindarti.2007).
Dahulu
aspirin banyak digunakan pada terapi inflamasi sendi. Namun lebih dari 50%
pasien tidak dapat mentoleransi efek sampingnya (mual, muntah, nyeri
epigastrium, tinitus), karena aspirin dapat mengiritasi lambung dan menghambat
pertahanan lambung (Qatrunnada. 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan selama kurun waktu Maret 2015 sampai dengan Oktober 2015 di
Laboratorium Biologi dan Ruang Hewan Laboratorium Kimia dan Balai Veteriner
Medan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
(Unimed). Hewan uji Mencit (Mus musculus)
dipelihara dan diberi perlakuan di ruang hewan Laboratorium Kimia. Pengamatan
pasca perlakuan dilakukan di Laboratorium Biologi Unimed dan Laboratorium
Patologi Balai Veteriner Medan.
3.2
Populasi dan Sampel
Pada
penelitian ini yang menjadi populasi adalah Mencit (Mus musculus) jantan dan betina. Untuk keperluan penelitian diambil
sampel sebanyak 25 ekor dengan umur 8 minggu dengan rincian 5 ekor normal, 20
ekor yang terinfeksi maag dengan perlakuan ekstrak. Dari 20 ekor yang diberi
ekstrak, akan dibagi lagi untuk 4 perlakuan khusus yakni 5 ekor untuk ekstrak
100%, 5 ekor untuk ekstrak 75%, 5 ekor untuk ekstrak 50% dan 5 ekor untuk
eksrak 25%.
3.3
Alat dan Bahan Penelitian
Beberapa alat
yang akan digunakan dalam penelitian adalah kandang hewan percobaan, timbangan,
sonde lambung, alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, jarum, bak
parafin), alat untuk pembuatan preparat histology, mikroskop cahaya, gelas
ukur, mortar, gelas kimia.
Bahan
yang akan digunakan dalam penelitian adalah makanan hewan percobaan, ekstrak
binahong (Anredera cordifolia),
aquades, aspirin.
3.4
Rancangan Penelitian
Rancangan
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Satu Faktor yaitu :
Faktor pengaruh ekstrak daun Binahong
Dengan
banyaknya sampel yang digunakan tiap perlakuan adalah
(t
– 1) (r – 1) ≥ 15
Keterangan
:
t
= banyaknya kelompok
r
= besar sampel tiap kelompok
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
(5 – 1) (r – 1) ≥ 15
4 (r – 1) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15
4r ≥ 15 + 4
4r ≥ 19
r ≥ 4,75
Dengan demikian,
setiap kelompok minimal harus terdapat 4,75 sampel. Peneliti memilih
menggunakan 5 sampel pada tiap kelompok.
Bandingkan
(Mikrokopis)
|
HK
HP1
HP2
HP3
HP4
|
X
|
K
P1
P2
P3
P4
|
Keterangan :
K :
Kelompok kontrol yang diberi 3 ml aquades.
P1 :
Kelompok perlakuan 1 dengan pemberian 3 ml ekstrak Binahong 100%
P2 :
Kelompok perlakuan 2 dengan pemberian 3 ml ekstrak Binahong 75%
P3 :
Kelompok perlakuan 3 dengan pemberian 3 ml ekstrak Binahong 50%
P4 :
Kelompok perlakuan 4 dengan pemberian 3 ml ekstrak Binahong 25%
HK : Pengamatan
lambung mencit secara mikroskopis pada kelompok kontrol.
HP1 :
Pengamatan lambung mencit secara mikroskopis pada kelompok perlakuan 1
HP2 :
Pengamatan lambung mencit secara mikroskopis pada kelompok perlakuan 2
HP3 :
Pengamatan lambung mencit secara mikroskopis pada kelompok perlakuan 3
HP4 :
Pengamatan lambung mencit secara mikroskopis pada kelompok perlakuan 4
3.5
Prosedur Kerja
3.5.1
Pelakuaan Maag dengan Diinduksi Aspirin
Dosis toksik
aspirin pada manusia adalah 600 mg/kg BB tikus. Dosis toksik aspirin untuk
tikus berdasarkan table konversi manusia dengan berat badan 200 gr dengan
faktor konversi 0,14.
= 600 x 0,14
= 84 mg/kgBB mencit
= 1,68 mg/ 20 gBB mencit
mg/20 gBB mencit
Suspensi
aspirin dibuat dengan cara melarutkan aspirin kedalam aquades. Untuk pemberian
0,1 ml larutan aspirin, aspirin tablet 500 mg dilarutkan kedalam aquades
sebanyak :
Maka z diperoleh hasil 29,4 ml
Pelarut.
Aspirin dosis 1,7
mg/20 gBB mencit peroral (0,1ml) diberikan pada kelompok perlakuan 1,2,3,4 pada
hari ke 15 – 17, 1 x sehari.
3.5.2
Pembuatan Ekstrak
Binahong (Anredera cordifolia) segar 100
gr/perlakuan ditimbang, kemudian dicuci, ditiriskan dan dikeringkan. Kemudian
untuk mendapatkan ekstrak 100%, penghancuran binahong (Anredera cordifolia) dengan tanpa memasukkan air dalam penghancuran
dengan mortar.
Untuk
mendapatkan ekstrak 75%, maka diperlukan penambahan air sebanyak 25 ml dan 75
ml ekstrak. Kemudian untuk ekstrak 50%, maka diperlukan penambahan air sebanyak
50 ml. Untuk ekstrak 25%, diperlukan penambahan air sebanyak 75 ml.
3.5.3
Pengukuran Hasil
Setelah
diberi perlakuan selama 20 hari, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara
dislokasi leher, kemudian organ lambung bagian curtura minor diambil untuk selanjutnya
dibuat preparat lambung dengan metode blok parafin dengan pewarnaan
Hematoksilin Eosin (HE).. Dari tiap lambung diperoleh 3
gambaran histologis sehingga dalam satu kelompok diperoleh 15 gambaran
histologis lambung.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian
pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera
cordifolia) terhadap histology lambung yang diinduksi aspirin, menggunakan teknik analisis data ANAVA (Analisis
Varians) model Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan
model linear sebagai berikut :
Yij = μ + εij
Dimana;
Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-j pada perlakuan ke-i
μ = Rata-rata
umum (mean populasi)
εij = Galat
percobaan / pengaruh acak dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
Dengan analisis ragam sebagai berikut :
1. Faktor
korelasi (FK) = (Tij)2 / (r x t)
2. JKTotal
= T (Yij2) –
FK
3. JKPerlakuan
atau Hormon = ((TA)2 /
r ) FK
4. JK
Galat = JKTotal - JKPerlakuan
Hasil
pengamatan pengaruh ekstrak akan dianalisisi menggunakan Analisis Varians
(ANAVA) dengan tabel sebagai berikut :
Setelah Fhitung diperoleh,
maka dilakukan uji hipotesis dengan harga signifikan 95% dan 99% atau f = 0,05
dan f = 0,01. Uji hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Jika
F hit ≤ F =
0,05; menunjukkan beda tidak nyata, maka Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf
kepercayaan 95%.
b.
Jika
F hit ≥ F = 0,05; menunjukkan beda nyata, maka Ha diterima dan Ho ditolak pada
taraf kepercayaan 95%.
c.
Jika
F hit > F = 0,01; menunjukkan beda sangat nyata, maka Ho ditolak dan Ha
diterima kepercayaan 99%
DAFTAR PUSTAKA
Darsana,
Oka. 2012. Potensi Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis ) dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. Vol 1 No : 3 ISSN
2301- 7848
Djam’an,
Qatrunnada. 2008. Tesis Pengaruh Air
Perasan Daun Cyclea barbata Miers (Cincai Hijau) Terhadap Konsentrasi HCl
Lambung dan Gambaran Histopatologik Lambung Tikus Galur Wistar yang Diindukdi
Acetylsacylic acid.
Universitas Diponegoro : Semarang
Isniaty,
Detty. 2007. Artikel Karya Tulis Ilmiah Pengaruh
Pemberian Aspirin Berbagai Dosis Per Oral Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin
Serum Tikus Wistar. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Manoi,
Fery.
2009. Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Vol 15 No : 1
Nuraeni, Dindarti. 2007. Artikel Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Pemberian Aspirin Dosis Toksik Per
Oral Terhadap Gambaran Histopatologi Gaster, Duodenu dan Jejunum Tikus Wistar.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Semarang
Towaha, Juniaty. 2011. Zat Aktif Pada Tanaman
Binahong. Majalah Semi Populer Tree. Vol
2 No : 2
Umar. Ani. 2012.Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Kesembuhan Luka
Infeksi Staphylococcus aureus Pada Mencit. Vol 01 No : 02 ISSN 2302 – 3635.
Wirasuasty, Indri. 2013. Uji Eksrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia Steen) Terhadap Kadar Gula Darah pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2
No : 1 ISSN 2302 - 2493
Yulinah Sukandar, Elin dkk. 2011. Efek Ekstrak
Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Gula Darah Pada Mencit
Model Diabetes Melitus. Jurnal Medika
Planta Vol 01 No : 4
Komentar
Posting Komentar