PERANAN MIKROORGANISME Leuconostoc mesenteroides SEBAGAI PENGHASIL ENZIM DEKSTRAN-SUKRASE
Makalah Mikrobiologi Pangan
PERANAN
MIKROORGANISME Leuconostoc mesenteroides
SEBAGAI
PENGHASIL
ENZIM DEKSTRAN-SUKRASE
Disusun
oleh :
Yuli
Hardiyanti
4122220013
Biologi
Nondik A 2012
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “ Peranan Mikroorganisme Leuconostoc
mesenteroides Sebagai Penghasil Enzim Dekstran-Sukrase ” dalam kajian
Biologi sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Mikrobiologi Pangan
oleh Ibunda Dra. Uswatun Hasanah, M.Si
Adapun makalah ini
berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan makalah, Bab 2
berupa pembahasan dari species Leuconostoc mesenteroides dan peranannya sebagai
penghasil enzim dekstran-sukrase dan Bab 3 yang berisi kesimpulan berupa
ringkasan dari makalah ini.
Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir kata, semoga segala
informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 04 Mei 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata
Pengantar i
Daftar
Isi ii
Daftar
Gambar iii
Bab
1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 1
Bab
2 Pembahasan
2.1
Deksripsi Leuconostoc mesenteroides 2
2.2
Reproduksi Leuconostoc mesenteroides 3
2.3 L. mesenteroides dalam Penghasil Dekstran-Sukrase 4
2.4
L. mesenteroides dalam Penurunan
Sianida 6
2.5 Manfaat lain Leuconostoc mesenteroides 7
Bab
3 Penutup 9
Daftar
Pustaka 10
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
2.1 Leuconostoc mesenteroides 3
Gambar 2.2 Pembelahan Biner 3
Gambar
2.3 Siklus Metabolisme Leuconostoc
mesenteroides 5
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leuconostoc
mesenteroides merupakan bakteri gram
positif, filum Firmicutes, dimana termasuk dalam bakteri asam laktat dan,
Ciri umum dari bakteri asam laktat yakni memiliki bentuk kokus atau batang,
tidak membentuk spora, tidak motil, katalase negatif dan oksidasi
positif, suhu optimum nya 40 derajat celcius, jika dilihat kebutuhannya
terhadap O2 bakteri asam laktat bersifat anaerob aerotoleran
karena meskipun tanpa adanya O2, bakteri ini bisa tumbuh baik pada
lingkungan yang terdapat atau tidak terdapat O2 . Bakteri asam
laktat ini memiliki sifat khusus yaitu mampu hidup pada kadar gula, garam dan
alkohol yang tinggi serta mampu memfermentasi monosakarida dan disakarida.
Leuconostoc mesenteroides menghasilkan
enzim ekstraselular yang disebut dextransucrase yang mengubah glukosa dari
molekul sukrosa menjadi dextran dan melepaskan fruktosa ke lingkungan. Untuk
lebih jelasnya, maka pada makalah ini akan dibahas permasalahan tentang peranan
Leuconostoc mesenteroides dalam
penghasil enzim dekstran – sukrase.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sistematika dari Leuconostoc
mesenteroides?
2. Bagaimana
habitat dan deskripsi dari Leuconostoc
mesenteroides?
3. Bagaimana
peranan Leuconostoc mesenteroides
dalam penghasil enzim dekstran-sukrase?
4. Bagaimana
mekanisme kerja Leuconostoc
mesenteroides?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
sistematika dari Leuconostoc
mesenteroides.
2. Mengetahui
habitat dan deskripsi dari Leuconostoc
mesenteroides.
3. Mengetahui
peranan Leuconostoc mesenteroides
dalam penghasil enzim dekstran-sukrase.
4. Mengetahui
mekanisme kerja Leuconostoc mesenteroides.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Leuconostoc mesenteroides
Bakteri tersebut
tergolong bakteri asam laktat heterofermentatif, Gram positif. Karakteristik
bentuk sel bulat, bersifat anaerob fakultatif, sel tidak motil. Bakteri ini
dikelompokan katalase negatif, tidak membentuk spora, kemoorganotrof dan suhu
optimum untuk pertumbuhannya berkisar 20o C hingga 30o C.
Memproduksi asam dan gas pada glukosa, tunggal atau berpasangan dan berantai
pendek, bentuknya dapat berubaubah sesuai kondisi pertumbuhan, sel-sel tumbuh
dalam glukosa atau pada media padat (Bonang. 1982).
Leuconostoc
mesenteroides mulai ditemukan pada awal abad ke -19.
Pada saat itu, orang-orang telah mengetahui bahwa pelunakkan tomat yang baru
dipetik di Mexico dan California adalah karena Leuconostoc mesenteroides. Pada tahun 1861, Seorang ilmuwan
terkenal, Louis Pasteur, mencari kemungkinan peran dari bakteri ini ketika ia
melakukan observasi tentang lendir dari tebu. Penelitian ini juga
dibantu oleh ilmuwan Rusia, Tsenkoovoskii. Awalnya bakteri ini bukan bernama Leuconostoc mesenteroides. Pada
abad ke - 19 tahun 1878, Leuconostoc
mesenteroides mempunyai sinonim dengan Betacoccus arabinoseus dan Asococcus mesenteroides.
Adapun sistematika Leuconostoc mesenteroides adalah :
Kingdom : Monera
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Leuconostoc
Species : Leuconostoc mesenteroides
Gambar
2.1 Leuconostoc mesenteroides
2.2 Reproduksi Leuconostoc mesenteroides
Gambar
2.2 Pembelahan Biner
Leuconostoc
mesenteroides dihasilkan melalui proses
pembelahan biner. Pada pembelahan biner, Leuconostoc menduplikasi DNA. Pada bakteri Gram positif,
seperti Leuconostoc mesenteroides, sekat
membelah dari dinding luar ke bagian dalam. Pada sekali pembelahan, terbentuk
dua sel identik.
Leuconostoc
mesenteroides tidak bereproduksi secara aseksual
dengan menghasilkan spora. Spora adalah bentuk dari beberapa bakteri saat
kondisi stres. Spora dapat berkembang menjadi organisme baru tanpa bergabung
dengan organisme lain (Srikandi. 1992).
2.3
Peranan Leuconostoc mesenteroides
dalam Penghasil Dekstran-Sukrase
Leuconostoc
mesenteroides berbentuk bulat secara berpasangan
atau membentuk rantai pendek.Leuconostoc
mesenteroides menghasilkan enzim ekstraselular yang disebut
dextransucrase yang mengubah glukosa dari molekul sukrosa menjadi dextran dan
melepaskan fruktosa ke lingkungan. Oleh karena itu hasilnya adalah pembentukan
polimer subunit glukosa yang terikat dalam posisi alpha 1-6. Sebenarnya,
subunit glukosa ditambahkan ke glukosa pada awal molekul primer sukrosa.
sehingga setiap molekul dekstran memiliki satu sub unit fruktosa gula terminal.
Dekstran digunakan secara komersial sebagai extender plasma darah.
Sukrosa Dextran
+ Fruktosa.
Dekstran adalah polimer
dari glukosa yang manfaatnya sangat penting dalam industri farmasi sebagai
bahan formulasi obat-obatan juga dalam industri makanan sebagai bahan
pengental. Dalam fermentasi dekstran, sukrosa adalah sumber karbon utama yang
akan dikonversi menjadi dekstran oleh enzim Dextransucrase. Pemanfaatan nira
tebu seringkali digunakan dalam fermentasi dextran karena nira tebu banyak
mengandung sukrosa yang baik bagi pertumbuhan sel bakteri Leuconostoc mesenteroides.Namun dari
sisi petani tebu dextran merugikan dalam proses pembuatan gula tebu (Malik.
2008).
Meskipun begitu
sangatlah penting peran Leuconostoc
mesenteroides dalam menghasilkan dekstran. Dekstran merupakan salah satu
contoh EPS yang banyak dimanfaatkan. EPS atau eksopolisakarida adalah
polisakarida yang diproduksi dan diekskresikan dari mikroba. Dextran merupakan
produk komersial sejak bertahun-tahun yang lalu.
Dekstran telah banyak
diteliti di bidang farmasi sebagai salah satu matriks pada sistem penghantaran
obat baru berbentuk konjugat. Dekstran juga dilaporkan memiliki efek
farmakologi sebagai anti platelet, antifibrin, dan plasma volume expansion pada
kondisi hipovolemia, serta digunakan pada transplantasi microvascular dan
microsurgery sebagai pelindung pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi mikro
di dalam pembuluh darah. Dekstran juga sebagai obat antikoagulan juga sebagai
barier adhesi atau mekanisme pada pencegahan perlekatan pasca operasi
karena kembali lagi memilii efek antikoagulan. Keunikan dari struktur dekstran
adalah adanya dominasi ikatan 1,6 - alpha - D- , sehingga dapat berfungsi
sebagai sumber serat. Dekstran yang telah digabung dengan gliserin melalui
ikatan eter dapat berfungsi sebagai penyembuh luka dan adsorben bakteri atau
toksin bakteri.
Metabolisme secara umum
dari Leuconostoc. Tulisan yang ditebalkan adalah produk-produk yang
dihasilkan. Keterangan nomor menjelaskan enzim yang terkait/proses: (1)
dekstransukrase; (2) mannitol-dehidrogenase; (3) β-galaktosidase; (4) esterase;
(5) NADH oksidase; (6) alkohol dehidrogenase; (7) phosphoketolase; (8)
phosphotransasetilase, (9) α-asetolaktat dekarboksilase; (10) asetate kinase;
(11) α-asetolaktat sintase; (12) non-enzimatic formation; (13) diasetil reduktase;
(14) oksaloasetat dekarboksilase; (15) laktat dehidrogenase; (16) sitrat
lyase; (17) malat dehidrogenase; (18) formation of aspartat; (19)
malolaktik enzim; (20) ATPase
Skema alir karbon dan
energi pada jalur metabolisme L.mesenteroides di beberapa gula. G1P,
glukose-1-phosphate; G6P, glukose-6-phosphate; F6P, fruktose-6-phosphate; GAP,
glyseraldehyde-3-phosphate; asetyl-P, asetylphosphate; asetyl-CoA, asetyl
coenzyme A; 1, sukrose phosphorylase; 2, dextransukrase; 3,phosphoglucomutase
(PGM); 4, glukokinase; 5, fruktokinase; 6, mannitol dehydrogenase; 7, pyruvate
dehydrogenase.
Gambar
2.3 Siklus Metabolisme Leuconostoc
mesenteroides
2.4 Peranan Leuconostoc mesenteroides dalam
Penurunan Sianida
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bakteri asam laktat berperan dalam proses penurunan sianida. Penurunan
sianida pada silase kulit singkong terjadi karena adanya aktivitas enzim
β-glukosidase yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat terutama L.
mesenteroides. Bakteri L. mesenteroides dapat mendegradasi sianida
lebih baik dibandingkan bakteri asam laktat lain, karena mempunyai aktivitas
β–glukosidase yang tinggi. Selain sebagai penghasil β-glukosidase, bakteri L.
mesenteroides juga menghasilkan asam laktat yang diharapkan dapat
mempercepat proses penurunan pH saat fermentasi anaerob (silase). Semakin cepat
pH turun maka enzim proteolisis yang bekerja pada protein juga dapat ditekan.
L. mesenteroides mempunyai
peranan penting dalam memperbaiki aroma dan tekstur suatu produk. Aroma silase
perlakuan termasuk kedalam kriteria kualitas silase yang baik. Silase yang baik
memiliki aroma asam dan wangi. Ada empat kriteria penilaian aroma silase yaitu
sangat wangi, wangi, asam, dan bau tidak sedap.
Kondisi ini berdampak
positif bagi L. mesenteroides, karena suhu 20-30o C merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri L. Mesenteroides. Proses
fermentasi mulai terjadi pada saat bakteri L. Mesenteroides mulai aktif
memecah karbohidrat menjadi alkohol, asam laktat, asam butirat, asam karbonat
dan juga terjadi pelepasan panas. Peristiwa ini dapat terjadi dalam kondisi
anaerob. Panas yang dihasilkan selama proses ensilase kemungkinan mempengaruhi
enzim linamarase. Enzim linamarase akan kehilangan aktifitasnya pada suhu di
atas 75oC (Octa. 2013).
Berdasarkan hasil
fermentasinya Leuconostoc masuk ke dalam kelompok bakteri
heterofermentatif yaitu bakteri yang menghasilkan ethanol dan senyawa lain
seperti karbondioksida dari fermentasi glukosa.
Glukosa Asam laktat + Ethanol +
CO2
Sifat-sifat Leuconostoc yang penting dalam
mikrobiologi pangan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan, adalah
sebagai berikut:
1. Dapat memfermentasi asam
sitrat menjadi diasetil, misalnya oleh L. dextranicum dan L.
cremoris, sehingga sering digunakan dalam pembuatan keju untuk meningkatkan
cita rasa.
2. Tahan garam sehingga
sering berperan dalam memfermentasi awal produk yang mengandung garam,
misalnya L.mesenteroides pada sauerkraut dan pikel.
3. Dapat memulai fermentasi
dengan cepat sehingga menghambat bakteri lain yang tidak diinginkan tumbuh
selama fermentasi.
4. Tahan konsentrasi gula
tinggi, misalnya L.mesenteroides yang tahan konsentrasi gula 55 – 60 %,
sehingga dapat tumbuh pada sirup, es krim, adonan kue, dan sebagainya.
5. Produksi gas CO2
dari gula dalam jumlah tinggi, sehingga jika mengkontaminasi makanan
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembentukan mata
(lubang-lubang) pada keju yang terlalu besar, kerusakan makanan yang kandungan
gulanya tinggi ( sirup, adonan kue, dan sebagainya), dan pengembangan roti yang
berlebihan.
6. Produksi lendir yang
berlebihan pada makanan yang mengandung sukrosa. Sebaliknya, sifat memproduksi
lendir yang terdiri dari dekstran ini menguntungkan untuk industri dekstran.
2.5
Manfaat lain Leuconostoc
mesenteroides
Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat
mudah diterima sebagai bahan tambahan dalam makanan baik oleh ahli kesehatan
maupun oleh konsumen karena bakteri ini secara alami berperan dalam proses
fermentasi makanan (Kusmiati. 2002).
Selain itu, dalam
respon imun, L. Mesenteroides yang
termasuk bakteri gram positif juga berperan dlam peningkatan kadar Th1 sitokin
TNF- α IL-12 dan IFN-γ dalam sel perifer mononuklear darah (PBMC) di manusia.
Bakteri gram positif dengan komponen strukturalnya mengaktifkan sel melalui
TLR2 (Toll-like Receptor), namun apabila TLR2 bertemu dengan TLR4 (yang di
aktifkan oleh bakteri gram negatif) maka respon imun tidak akan bersinergis
dalam meningkatkan kadar sitokin.
Leuconostoc yang
ditemukan pada pasien dengan sistem imun yang baik. Hal ini berkaitan dengan
kebiasaan mengkonsumsi susu, wine, dan produk sayur-sayuran. Oleh karena itu,
saluran pencernaan adalah salah satu tempat yang berpontensi sebagai tempat
berkembangnya bakteri. Selain itu L.
mesenteroides juga merupakan bakteri yang banyak ditemukan dalam
berbagai macam produk olaham makanan seperti: Sauerkraut, Gari (khas Afrika),
keju, fermentasi susu, fermentasi sayur dll. Dalam proses penyulingan gula, L. mesenteroides merupakan organisme
yang mengganggu, dimana L. mesenteroides
menghidrolisa sukrosa dan mensintesis polimer glukosa sebagaimana dextran.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Leuconostoc
mesenteroides merupakan salah satu bakteri gram positif
(termasuk kedalam filum streptococcae) yang memiliki bentuk bulat, memiliki
peranan yang sangat penting dalam pengubahan senyawa sukrosa menjadi dekstran,
yang akan digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan formulasi obat-obatan
juga dalam industri makanan, dengan bentuk pemecahan sukrosa sebagai berikut :
L. mesenteroides
Sukrosa Dextran
+ Fruktosa.
Selain itu juga L. mesenteroides berperan dalam
penurunan sianida pada silase kulit singkong terjadi karena adanya aktivitas
enzim β-glukosidase yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat terutama L.
mesenteroides, dan juga L. mesenteroides memiliki peranan dalam
bakteriosin.
DAFTAR
PUSTAKA
Bonang, G. 1982. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Gramedia
Fardiaz, Srikandi.1992. Mikrobiologi pangan 1.
Jakarta : Gramedia
Kusmiati, Amarila Malik. 2002. Aktivitas
Bakteriosin dari Bakteri Leuconostoc mesenteroides Pbac 1 pada Berbagai Media.
Jurnal Makara Kesehatan. Vol 6 No : 1
Malik, Amarilla. 2008. Skrining Gen
Glukosiltransferase (Gtf) Dari Bakteri Asam Laktat Penghasil Eksopolisakarida.
Makara Sains. Vol 12 No : 1. Depok :
Departemen Farmasi, Fmipa, Universitas Indonesia.
Octa, Yudi Sandi et al. 2013. Upaya
Peningkatan Kualitas Kulit Singkong Melalui Fermentasi Menggunakan Leuconostoc
mesenteroides Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol 1 No : 1
Komentar
Posting Komentar