GLOBAL WARMING

G
 LOBAL WARMING atau   
 Pemanasan Global merupakan
 kejadian meningkatnya    temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Pada saat ini bumi menghadapi pemanasan yang cepat. Menurut para ahli meteorologi, selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat dari 15oC menjadi 15,6oC. Dampak pemanasan global mengakibatkan kenaikan permukaan laut, permukaan iklim, kerusakan pada organisme dan ekosistem dan pengaruh terhadao ketersediaan air dan pertanian. Naiknya suhu rata-rata bumi adalah salah satu bukti telah terjadi perubahan iklim. Menurut laporan IPCC (Intergoverment on Panel Climate Change), suhu global rata-rata akan meningkat 0,3oC per dasawarsa, dan diperkirakan pada tahun 2030 peningkatan suhu mencapai 1,5 – 4,5 oC bahkan menjadi 50oC pada tahun 2100.
Penyebab pemanasan global adalah tingginya gas-gas rumah kaca sebagai akibat dari kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi iklim di bumi berupa pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas CO2 dan gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Guna menyikapi dampak pemanasan tersebut, UNFCC sebagai salah satu badan PBB yang memelopori sebuah konferensi untuk membahas perubahan iklim yang dilaksanakan di Bali, bahkan Emil Salim memperkirakan sedikitnya 23 pulau tidak berpenghuni di Indonesia akan tenggelam dalam 10 tahun terakhir. Gejalanya yang paling mudah dilihat adalah makin tingginya permukaan laut.
Dan yang menjadi penyebab lain dari pemanasan global adalah adanya penipisan lapisan ozon. Indikasi kerusakan lapisan ozon pertama kali ditemukan sekitar tiga setengah dekade yang lalu oleh tim peneliti Inggris, British Antarctic Survey (BAS) di Benua Antartika. Beberapa tahun kemudian hasil pemantauan menyimpulkan kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi begitu parah. Laporan ozon melindungi kehidupan di bumi dari radiasi ultraviolet matahari. Namun, semakin membesarnya lubang ozon di kawan kutub bumi akhir-akhir ini sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak diantisipasi, bisa menimbulkan bencana lingkungan yang luar biasa. Beberapa polutan (zat pencemar) memberikan kontribusi yang sama terhadap penipisan lapiran ozon dan pemanasan global misalnya freon, CFCs (Chlorofluorocarbons).
Kelestarian hutan juga merupakan salah satu penyebab pemanasan global, menurut data Forest Watch Indonesia, laju kerusakan hutan pada tahun 1985 – 1997 telah mencapai sebesar 2,2 juta per tahun. Kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan liar, kebakaran hutan (yang disengaja dan tidak disengaja), perkebunan skala besar serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanaman Industri). Salah satu fungsi hutan sendiri adalah sebagai penyerap emisi karbon, menjadi oksigen yang merupakan kebutuhan utama bagi makhluk hidup.
Pengaruh Pemanasan Global,  berakibat pada terganggunya habitat tumbuhan dan hewan. Pola cuaca menjadi berubah menyebabkan timbulnya banjir besar, kekeringan, angin kencang dan badai besar. Mencairnya es di kutub mengakibatkan peningkatan tinggi permukaan air laut. Penyakit-penyakit menyerang manusia secara meluas dan terjadi penurunan hasil panen di beberapa wilayah.
Mungkin pertanyaan yang terlintas pertama kali dalam pikiran Anda adalah: Bagaimana mungkin???
Bagaimana mungkin pemanasan global bisa mengancam kehidupan di planet bumi? Simaklah fakta-fakta singkat berikut ini:


Fakta #1 Mencairnya es di Kutub
            Pemanasan global berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah kutub utara dan kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton dan volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya. Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan
Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat mencengangkan: HAMPIR SEMUA ES DI KUTUB UTARA AKAN LENYAP PADA AKHIR MUSIM PANAS.
Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk
lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global,” ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah adanya perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan
es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separuh total area es akan hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos.

Fakta #2 Meningkatnya Level Permukaan Laut
            Mencairnya es di kutub utara dan selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut. Para ahli mmeperkiraan apabila seluruh Greenland mencair  maka LEVEL PERMUKAAN LAUT AKAN NAIK MENCAPAI DENGAN 7 METER. Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan dan dataran rendah di seluruh dunia.

Fakta #3 Perubahan Iklim / Cuaca yang semakin Ekstrim
            Nasa menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat.
Tanpa diperkuat oleh pernyataan NASA di atas pun Anda sudah dapat melihat efeknya pada lingkungan di sekitar kita. Anda tentu menyadari betapa panasnya suhu di sekitar Anda belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Anda juga dapat mencermati kasus-kasus badai ekstrim yang belum pernah melanda wilayah-wilayah tertentu di Indonesia.

Fakta #4 Gelombang Panas menjadi Semakin Ganas
            Pemanasan global mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan semakin kuat. Tahun 2007 merupakan tahun pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48oC (sebagai perbandingan, suhu kota Surabaya yang terkenal panas hanya berkisar 30o – 37oC). dan daerah Death Valley di California sempat mencatat suhu 53oC.
            Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga pernah mendapat serangan gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang meninggal dunia karena fenomena gelombang panas.

Fakta #5 Habisnya Gletser – Sumber Air Bersih Dunia
            Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang TIDAK KURANG DARI 8.000 METER KUBIK!! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut merupakan salah satu bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas.

Mencairnya Methane Hydrates
Planet bumi menyimpan metana
beku dalam jumlah yang sangat besar; disebut dengan methane hydrates atau methane clathrates. Methane hydrates banyak ditemukan di kutub utara dan kutub selatan, dimana suhu permukaan air
kurang dari 0oC, atau dasar laut pada kedalaman lebih dari 300 meter, dimana temperatur air ada di kisaran 2 oC.
Methane hydrates juga ditemukan di danau-danau yang dalam, seperti danau Baikal di Siberia. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca 23 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini kontributor yang sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung.
Berita buruknya adalah pemanasan
global membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian
es di antartika yang runtuh. Anda bisa membayangkan betapa mengerikannya keadaan ini: Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka 400 miliar ton metana tersebut akan terlepas ke atmosfer! Ini belum termasuk metana beku yang tersimpan di dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat pemanasan global.
            Para ahli geologi menemukan bahwa malapetaka besar ini pernah terjadi kurang lebih 55 juta tahun lalu yang disebut oleh para ilmuwan sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Saat itu semburan metana naik ke permukaan sehingga mengakibatkan pemanasan planet dengan sangat cepat dan menyebabkan kematian massal, kemudian mengganggu keadaan iklim bumi hingga 100.000 tahun kemudian. Selain PETM, malapetaka besar ini juga pernah terjadi 250 juta tahun lalu, pada akhir dari periode Permian, dimana semburan metana menyapu bersih hampir seluruh kehidupan
di planet bumi.
Lebih dari 94% spesies laut yang sekarang kita jumpai sebagai fosil mengalami kepunahan mendadak karena turunnya level oksigen. Lebih dari 500.000 tahun kemudian, beberapa spesies yang tersisa berjuang untuk bertahan di lingkungan yang tidak bersahabat tersebut.

ADAKAH SOLUSINYA??
Setelah rentetan fakta-fakta menyeramkan yang telah dibahas sebelumnya, kini kita sampai pada pertanyaan yang terpenting: Adakah solusi dari semua permasalahan ini? KABAR BAIK UNTUK KITA SEMUA: ADA SOLUSI UNTUK MENGHENTIKAN GLOBAL WARMING, dan saat ini KITA MASIH PUNYA KESEMPATAN UNTUK MELAKUKANNYA. Yang kita butuhkan hanyalah KEMAUAN YANG KUAT UNTUK BERUBAH!
            Pada dasarnya yang harus kita lakukan adalah mengurangi secara maksimal mungkin segala aktifitas yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Ada lima hal utama yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan planet bumi :

1. Berhenti atau Kurangilah Makan Daging !!!!
            Dalam laporannya yang berjudul Livestock’s Long Shadow: Enviromental Issues and Options (dirilis November 2006), PBB mencatat bahwa 18% dari pemanasan global yang terjadi saat ini disumbangkan oleh industri peternakan, yang mana lebih besar daripada efek pemanasan global yang dihasilkan oleh seluruh alat transportasi dunia digabungkan! PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 yang dihasilkan, padahal selain sebagai kontributor CO2 yang hebat, industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan sumber-sumber air bersih.
            Sebuah laporan dari Earth Institute
menegaskan bahwa diet berbasis tanaman hanya membutuhkan 25% energi yang dibutuhkan oleh diet berbasis daging. Penelitian yang dilakukan Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago juga memberikan kesimpulan yang sama: mengganti pola makan daging dengan pola makan vegetarian 50% lebih efektif untuk mencegah pemanasan global
daripada mengganti sebuah mobil SUV dengan mobil hibrida. Seorang vegetarian dengan standar diet orang Amerika akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap tahunnya! Seorang vegetarian yang mengendarai SUV Hummer masih lebih bersahabat dengan lingkungan daripada seorang pemakan daging yang mengendarai sepeda!

2. BATASILAH EMISI CO2
            Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan bakar fosil (yang mana akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien. Hal ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk pembangkit listriknya. Matikanlah peralatan listrik ketika tidak digunakan, gunakan lampu hemat energi, dan gunakanlah panel surya sebagai energi alternatif.

3. TANAMLAH LEBIH BANYAK POHON
            Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh generasi mendatang. Jika tidak, maka karbon yang sudah tersimpan dalam tanaman akan kembali terlepas ke atmosfer sebagai CO2.
Peneliti dari Louisiana Tech University menemukan bahwa setiap acre
pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari mengendarai sebuah mobil selama setahun. Sebuah studi yang dilakukan oleh layanan perhutanan di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa penanaman 95.000 pohon yang dilakukan
di dua kota kecil di Chicago memberikan udara yang lebih bersih dan menghemat biaya yang berhubungan dengan pemanasan dan pendinginan udara sebesar lebih dari US$ 38 juta dalam 30 tahun ke depan.

4. DAUR ULANG (RECYCLE) DAN GUNAKAN ULANG (REUSE)
            Kalkulasi yang dilakukan di California menunjukkan bahwa apabila proses daur ulang dapat diterapkan hingga di level negara bagian California, maka energi yang dihemat cukup untuk memberikan suplai energi bagi 1,4 juta rumah, mengurangi 27.047 ton polusi air, menyelamatkan 14 juta pohon, dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setara dengan 3,8 juta mobil!

5. GUNAKAN ALAT TRANSPORTASI ALTERNATIF
            Penelitian yang dilakukan Universitas Chicago menunjukkan bahwa beralih dari mobil konvensional ke mobil hibrida seperti Toyota Prius dapat menghemat 1 ton emisi per tahun. Mengonsumsi makanan produk lokal akan mengurangi emisi dalam jumlah yang cukup signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Iowa State University pada tahun 2003 menemukan bahwa makanan non-lokal rata-rata menempuh 1.494 mil sebelum dikonsumsi, bandingkan dengan makanan lokal yang hanya menempuh 56 mil. Bayangkan betapa banyak emisi emisi
karbon yang dihemat dengan perbedaan 1.438 mil tersebut.
Gunakan sepeda sebanyak yang Anda bisa sebagai metode transportasi. Selain menghemat banyak energi, bersepeda juga merupakan olah raga yang menyehatkan. “Saya berusaha untuk menggunakan sepeda untuk pergi ke tempat kerja sesering yang saya bisa untuk
menghemat energi.” — Margot Wallstrom,
Wakil Presiden dari Komisi Uni Eropa.
Berubahlah!

Satu hal lain yang sangat penting disamping lima hal yang dapat Anda lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi Anda sendiri untuk berubah. Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anda tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal tersebut terlalu berat bagi Anda.
Lakukanlah secara bertahap tetapi konsisten dengan komitmen Anda Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar Anda. Contoh dan praktek yang Anda berikan sangat penting untuk Menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah informasi kepada orang-orang disekitar Anda sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Dan berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.


Oleh :
Dwi Puji Asriani Harahap
Dwi Putri Novitasari
Karya Prima Butar-butar
Nira Wati

Yuli Hardiyanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN GENETIKA ALEL DAN GEN GANDA

LAPORAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

LAPORAN OKULASI