MAKALAH TEORI HARDY WEINBERG
Makalah Evolusi
TEORI
HARDY WEINBERG
Disusun
Oleh :
Nira Wati 4123220017
Roma Duma 4121220010
Yuli Hardiyanti 4122220013
BIOLOGI
NONDIK A 2012
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2014
Kata
Pengantar
Puji
dan syukur dipanjatkan ke pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kesehatan yang
telah diberikan oleh-Nya, serta atas izin-Nya dan karunia-Nya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah
ini ditulis sebagai pembelajaran bagi mahasiswa FMIPA Unimed di dalam
mempelajari tentang, Teori Hardy Weinberg
sehingga dapat memperoleh ilmu pengetahuan dasar evolusi. Makalah ini
terdiri dari 3 bab., yaitu pada Bab 1 berupa bagian pendahuluan dari makalah
ini, Bab 2 berupa pembahasan tentang teori yang berkenaan dengan Hardy Weiberg.
Pada Bab 3 berupa ringkasan tentang pembahasan dari bab 2. Sehingga, mahasiswa
dapat merangkum lebih cermat dan lebih baik.
Makalah ini diharapkan
dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, matakuliah
Kewarganegaraan, bapak Sahat Sibarani, dalam memperlancar hal pembelajarannya
di FMIPA Unimed. Saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat
diharapkan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Medan, 09
November 2014
Penulis
Daftar
Isi
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab
1. Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Rumusan
Masalah 1
1.3 Tujuan 1
Bab
2. Pembahasan
2.1 Genetika Populasi 2
2.2 Defenisi Hukum Hardy-Weinberg 2
2.3 Contoh Soal Hardy-Weinberg 7
Bab
3. Penutup
3.1 Ringkasan 13
Daftar Pustaka 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah
satu hambatan dalam memahami evolusi adalah miokonsepsi umum bahwa setiap
organisme berevolusi. Dalam pengertian darwinian, selama masa hidup organisme
tersebut akan terus mengalami perubahan. Nyatanya seleksi alam memang bekerja
pada Tingkat Individual sifat-sifat organisme mempengaruhi peluang organisme
itu untuk bertahan hidup dan keberhasilan reproduksinya. Akan tetapi dampak
evolusioner seleksi alam hanya tampak dalam melacak bagaimana suatu populasi
organisme berubah seiring dengan berjalannya waktu. Suatu hewan akan memiliki
variasi tertentu yang lebih sering di mangsa predator sehingga populasinya
menurun serta akan menghasilkan keturunan yang sedikit sehingga presentasi
struktur populasi akan berubah. Dengan demikian, populasi dan bukanlah
individunya yang mengalami evolusi. Beberapa sifat yang mendukung daya tahan
hidup populasi akan bertambah sedangkan yang tidak baik akan berkurang.
Darwin
juga lebih menekankan pada sifat kuantitatif seperti panjang bulu mamalia serta
kemampuan menghindar dari suatu hewan. Sekarang, telah diketahui bahwa sifat
kuantitatif tersebut disebabkan oleh lokus gen ganda. Akan tetapi Mendel dan
para ahli genetika mengeali sifat yang terlihat sebagai “either or” seperti
warna bunga kacang ercis yang dikawinkan dalam penelitiannya. Dengan demikian,
telah terjadi perubahan frekuensi gen dalam populasi sehingga berlaku hukum
Hardy-Weinberg.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bunyi Hukum Hardy-Weinberg?
2. Bagaimana
hukum Hardy-Weinberg dapat menjelaskan terjadinya evolusi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
bunyi hukum Hardy-Weinberg.
2. Mengetahui
adanya hubungan hukum Hardy-Weiberg dengan evolusi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Genetika Populasi
Genetika Populasi adalah cabang genetika yang
membahas transmisi bahan genetik pada ranah populasi. Dari objek bahasannya,
genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai cabang genetika yang berfokus
pada pewarisan genetik.
Ilmu ini
membicarakan implikasi hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada sekumpulan
individu sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang mengkaji
pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok
individu yang memiliki genotipeyang sama),
genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang terjadi terhadap bahan
genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih populasi. Genetika
Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm
Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan tetapi secara independen.
2.2
Defenisi Hukum Hardy-Weinberg
Hukum
Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli Fisika W. Weinberg dan ahli Matematika G.H.
Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris. Hukum ini
menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan
frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu
populasi yang berbiak seksual.
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi
sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu
populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila
salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya
populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi
Untuk
menjelaskan hukum ini digunakan contoh perkawinan sapi Shorthon warna merah,
putih, dan roan. Seperti diketahui, sifat ini dikontrol oleh dua alel yang
kodominan yaitu alel merah (R) dan alel putih (r). Jika kita asumsikan bahwa
frekuensi gen merah adalah p dan frekuensi gen putih adalah q, dengan p = 0,7
dan q = 0,3 maka proporsi gen sapo merah RR adalah p2 = 0,49 ,
proporsi gen sapi putih adalah q2 = 0,09 dan proporsi sapi roan =
2pq = 2 (0,7)(0,3) = 0,42. Akan dua didepan pq disebabkan oleh adanya dua
kemungkinan terbentuknya sapi roan yaitu dari pertemuan sperma yang mengandung
gen R dengan sel besar dengan sel telur yang mengandung gen r dan dari sperma
yang mengandung gen r sperma dengan sel telur yang mengandung gen R.
Hukum Hardy-Weinberg
ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen
dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi
tersebuttidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak
dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang
mengalami evolusi.
Ada dua hal yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan hukum Hardy Weinberg yaitu :
o
Jumlah frekuensi gen dominan dan resesif
( p + q ) adalah 1.
o
Jumlah proporsi dari ketiga macam
genotif ( p2 + 2pq + q2 ) adalah 1.
Jadi pada dasarnya hukum ini menyatakan
bahwa frekuensi gen dominan dan resesif. Pada sutau populasi yang cukup besar
tidak akan berubah dari satu generasi ke generasi lainnya. Keadaan populasi
yang demikian disebut dlaam keadaan equilibrium (dalam keadaan seimbang).
Susunan
genetik ini akan tetap dan tidak berubah jika beberapa keadaan terpenuhi antara
lain :
ü Tiidak
ada mutasi atau mutasi berjalan seimbang (jika gen A bermutasi menjadi gen a,
maka harus ada gen a yang menjadi gen A dalam jumlah yang sama).
ü Tidak
terjadi seleksi alam.
ü Tidak
ada migrasi.
ü Perkawinan
acak.
ü Populasi
besar.
Hukum Hardy-Weinberg dirumuskan sebagai
berikut :
P2
+ 2PQ + Q2
Sebagai contoh alel gen A dan a, maka
menurut persamaan diatas adalah :
P2
= Frekuensi Individu Homozigot AA
2PQ = Frekuensi
Individu Heterzigot Aa
Q2 =
Frekuensi Individu Homozigote aa.
Rumus ini
berlaku dengan syarat sebagai berikut :
- Mutasi tidak terjadi atau
mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang merugikan
- Semua anggota [populasi
tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini anggota populasi
(perkawinan acak atau panmiksi)
- Tidak terjadi imigrasi atau
jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan yang berimigrasi
- Semua alela mempunyai
kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak ada yang
lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak
terjadi.
- Jumlah populasi tetap, atau
jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu yang lahir
- Populasi berjumlah besar
sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.
1. MUTASI
Kita sekarng
mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak selalu
mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak
terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun tidak
berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru terlihat
apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di
pastikan,frekuensi gen dalam populasi akan berubah,karena ada suatu gen
yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya
dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya mutasi yang
terjadi bersifat merugikan.
2. PANMIKSI
Perkawinan
acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat
sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada
umunya menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun
hal yang sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu
setetepat,karena kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun
perkawinanterjadi dalam populasi lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang
mencegah perkawinan antar saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada
umumnya berupa naluri dan tingkah laku (etologis)
3. EMIGRASI DAN IMIGRASI
Emigrasi
atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.pengaruh
emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau
ukuran populasi yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan
frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi
atau ukuran populasi dapat dilihat di bawah ini.
Ukuran populasi
|
Emigrasi (%)
|
Imigrasi (%)
|
10
|
10
|
10
|
100
|
1
|
1
|
1000
|
0.1
|
0.1
|
10000
|
0.01
|
0.01
|
Bagi suatu
daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan oleh
alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang
berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ad menjadi suatu
populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel yang tidak berarti frekuensinya
dalam populasi asal yang cukup besar dapat menjadi penting sekali bagi populasi
kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut dengan genetika drift (arus
genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi) atau sering juga
di sebut dengan bottle neck effect (efek leher botol). Hal ini
selalu dapat kita temukan, terutama di Indonesia yang terjadi dari pulau-pulau
yang keci. Spesiasi atau sub spesiasi (terbentuknya seb spesies) dapat kita
terangkan dengan mekanisme diatas, meskipun biasanya banyak aspek lain yang
ikut menunjang.
Imigrasi
atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi yang terisolasi misalnya bagi
organisme yang hanya bisa hidup di danau, atau puncak gunung atau di suatu
pulau kecil yang terisolasi dari daratan.
4. KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA
Alel-alel
berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup
biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai
kelulushidupanini dapat berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya.
Misalnya mutan vestigeal di alam tidak mungkin dapat bertahan dan kita dapat
memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka cukup tahan, meskipun lebih
lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama dengan 0.
5. POPULASI TETAP
Populasi
tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang
terisolasi. Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun,
juga selalu terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan
pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus
tertentu.
6. POPULASI BESAR
Populasi
besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak
mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan
yang tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang
tersedia harus jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan
untuk rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena
itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya dapat di penuhi pada setahun waktu yang singkat
saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun dalam jangka waktu tertentu rumus ini
tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak pernah dapat di penuhi
sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang dapat di
penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada
puncak gunung yang tinggi.
2.3
Contoh Aplikasi Hukum Hardy-Weinberg
Menghitung
prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit keturunan.
Frekuensi
individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada
persamaan Hardy-Weinberg ( q2= frekuensi
genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran
menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya
frekuensi alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
q2 = 0,0001
q = √ 0,0001 = 0,01
Data
frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.
p = 1 – q ;
p = 1 – 0,01 ; p = 0,99
Frekuensi
heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun mewariskan
alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.
2pq = 2 x
0,99 x 0,01
2pq = 0,0198
( sekitar 2% )
Hal
ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.
Menghitung frekuensi alel ganda.
Persamaan (
p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya berlaku
apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak
alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih
banyak symbol. Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu
IA , IB dan i . Andaikan p menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi
alel IB dan r untuk frekuensi alel i , maka persamaan menjadi ( p + q + r
) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan ABO berbentuk sebagai
berikut.
- Berapakah frekuensi alel
IA , IB , dan
i pada masing-masing populasi tersebut ?
- Dari 320 orang yang bergolongan
darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik IA IA ?
- Dari 150 orang bergolongan
darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik IB i ?
Penyelesaian
untuk persoalan diatas sebagai berikut. Andaikan p = frekuensi untuk alel IA ,
q = frekuensi untuk alel IB , r = frekuensi untuk alel i, maka menurut
hukum Hardy-Weinberg
1.
p2IAIA +
2prIA + q2IBIB + 2qrIBi +
2pqIAIB + r2ii
r 2
= frekuensi golongan O = 490/1000 = 0,49 ;
r = √ 0,49 = 0,7
( p + r ) 2 = frekuensi golongan
A + golongan O
( p + r ) 2 = 320+490/1000 =
0,81
( p + r
) = √ 0,81 = 0,9
p
= 0,9 – 0,7 = 0,2
Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka
q = 1 – (p + q) = 1 – (0,2 + 0,7) = 0,1
Dengan demikian, frekuensi alel
I A = p adalah 0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1 ; dan
frekuensi alel 1 = r = 0,7
2.
Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A yang
diperkirakan homozigotik IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
3.
Frekuensi genotip IB i
= 2qr = 2 (0,1 x 0,7) = 0,14 . Jadi dari 150
orang
bergolongan B yang diperkirakan
heterozigotik I B i = 0,14 x 1000 orang =
140 orang.
Menghitung
frekuensi gen tertaut kromosom X.
Dalam
genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang dibicarakan
sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada
autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena
laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung
frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X
perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang
tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.
sebagai berikut.
Untuk
laki-laki = p + q , karena
genotipnya A- dan a-
Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2 , karena genotipnya AA, Aa, aa. |
Contoh Soal Lain dari Hukum Hardy Weinberg adalah :
1. Diketahui dalam suatu
populasi gen A = 50%, gen a = 50%
atau frekuensi gen A : frekuensi gen B = 50% : 50%.
Berapakah frekuensi
pada F1, F2, F3?
Jawab
:
(Jantan)
AA x (Betina) aa
Generasi Pertama (F1) =
Aa
Generasi
Kedua (F2) = F1 x F1 = Aa x Aa
Generasi
Ketiga (F3) = F2 x F2 = ¼ AA + ½ Aa + ¼ aa
Ada 9 tipe perkawinan yang terjadi
:
1. AA
dan AA
2. AA
dan Aa
3. AA
dan aa
4. Aa
dan AA
5. Aa
dan Aa
6. Aa
dan aa
7. aa
dan AA
8. aa
dan Aa
9. aa
dan aa
Misalkan dalam seluruh populasi terjadi 64
perkawinan dan masing-masing perkawinan menghasilkan 10 individu, maka :
A.
Perkawinan
o
AA dan AA = ¼ x ¼ x 64 = 4
perkawinan
o
AA dan Aa = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o
AA dan aa = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o
Aa dan AA = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o
Aa dan Aa = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o
Aa dan aa = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o
aa dan AA = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o
aa dan Aa = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o
aa dan aa = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
B.
Jumlah Individu
o
AA dan AA = 40
o
AA dan Aa = 80
o
AA dan aa = 40
o
Aa dan AA = 40
o
Aa dan Aa = 80
o
Aa dan aa = 40
o
aa dan AA = 40
o
aa dan Aa = 80
o
aa dan aa = 40
No
|
Tipe Perkawinan
|
Jumlah Tipe Perkawinan
|
Jumlah Individu dalam Genotipe
|
||
AA
|
Aa
|
aa
|
|||
1
|
AA x AA
|
4
|
40
|
|
|
2
|
AA x Aa
|
8
|
40
|
40
|
|
3
|
AA x aa
|
4
|
|
|
40
|
4
|
Aa x AA
|
4
|
40
|
|
|
5
|
Aa x Aa
|
8
|
40
|
40
|
|
6
|
Aa x aa
|
4
|
|
|
40
|
7
|
aa x AA
|
4
|
40
|
|
|
8
|
aa x Aa
|
8
|
40
|
40
|
|
9
|
aa x aa
|
4
|
|
|
40
|
Jumlah
|
64
|
160
|
420
|
160
|
|
|
25%
|
50%
|
25%
|
Frekuensi genotipe pada F3
=
AA : Aa : aa
=
160 : 320 : 160
=
¼ : ½ : ¼
=
25 % : 50 % : 25 %
Frekuensi gen pada F3
25 % AA = Mengandung gamet A = 25 %
50 % Aa = Mengandung gamet A = 25%
Mengandung gamet a = 25 %
25 % aa = Mengandung gamet a
= 25%
2.
Bila
dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC (TT) 64% sedangkan
bukan perasa PTC (tt) 36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T)
dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?
b. Berapakah rasio genotifnya?
3. Dalam
masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino. Berapa
orang pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?
4. Terdapat perbedaan jumlah
kromosom X antara pria dan wanita: wanita = 2 kromosom X; pria =
1 kromosom X sehingga terdapat perbedaan formula persamaan untuk hukum
HW. Wanita: p2 + 2pq + q2 = 1. Pria : p + q
= 1.Dalam perhitungan frekuensi gen harus dibedakan antara populasi wanita dan populasi
pria. Misalkan 8% dari laki-laki di suatu daerah menderita buta warna merah-hijau. Berapakah frekuensi
perempuan yang menderita buta warna di daerah tersebut ? Frekuensi
perempuan yang diduga normal di daerah tersebut ?
Jawab :
Menurut Hukum Hardy – Weinberg
:
Frekuensi gen c = q = 0,08
Frekuensi gen C = p = 1 – 0,08
= 0,92
Frekuensi wanita buta warna =
cc = q2 = ( 0,08 )2 = 0,0064
Frekuensi wanita normal = CC
dan Cc = p2 + 2pq
= ( 0,92 )2 +
2 ( 0,92 ) ( 0,08 ) = 0,9936
BAB
III
PENUTUP
3.1
Ringkasan
Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh
ahli Fisika W. Weinberg dan ahli Matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua
ahli tersebut berasal dari Inggris. Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu
kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap
konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak
seksual. Dirumuskan dengan :
P2
+ 2PQ + Q2
Keterangan : P2 = Frekuensi
individu homozigote AA
2PQ = Frekuensi individu heterozigote Aa
Q2 = Frekuensi individu homozigote
aa
DAFTAR
PUSTAKA
Harsono, Tri. 2014. Evolusi. Medan : FMIPA Universitas Negeri Medan
Suryo. 1984.
Genetika . Jogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Widodo,
Lestari Umi, Amin Muhammad. 2003. Bahan
Ajar Evolusi. Malang: Universitar Malang Press.
Komentar
Posting Komentar