MAKALAH TEORI HARDY WEINBERG

Makalah Evolusi

TEORI HARDY WEINBERG

Disusun Oleh :


Nira Wati                   4123220017
Roma Duma              4121220010
Yuli Hardiyanti         4122220013


BIOLOGI NONDIK A 2012


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

Kata Pengantar

            Puji dan syukur dipanjatkan ke pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya, serta atas izin-Nya dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
            Makalah ini ditulis sebagai pembelajaran bagi mahasiswa FMIPA Unimed di dalam mempelajari tentang, Teori Hardy Weinberg sehingga dapat memperoleh ilmu pengetahuan dasar evolusi. Makalah ini terdiri dari 3 bab., yaitu pada Bab 1 berupa bagian pendahuluan dari makalah ini, Bab 2 berupa pembahasan tentang teori yang berkenaan dengan Hardy Weiberg. Pada Bab 3 berupa ringkasan tentang pembahasan dari bab 2. Sehingga, mahasiswa dapat merangkum lebih cermat dan lebih baik.
Makalah ini diharapkan dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, matakuliah Kewarganegaraan, bapak Sahat Sibarani, dalam memperlancar hal pembelajarannya di FMIPA Unimed. Saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat diharapkan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.





Medan, 09 November 2014

Penulis





Daftar Isi
                                                                                                        Halaman
Kata Pengantar                                                                                    i
Daftar Isi                                                                                             ii
Bab 1. Pendahuluan
1.1  Latar Belakang                                                                              1
1.2  Rumusan Masalah                                                                         1
1.3 Tujuan                                                                                           1
Bab 2. Pembahasan
2.1 Genetika Populasi                                                                          2
2.2 Defenisi Hukum Hardy-Weinberg                                                2
2.3 Contoh Soal Hardy-Weinberg                                                       7
Bab 3. Penutup
3.1 Ringkasan                                                                                      13
Daftar Pustaka                                                                                     14


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu hambatan dalam memahami evolusi adalah miokonsepsi umum bahwa setiap organisme berevolusi. Dalam pengertian darwinian, selama masa hidup organisme tersebut akan terus mengalami perubahan. Nyatanya seleksi alam memang bekerja pada Tingkat Individual sifat-sifat organisme mempengaruhi peluang organisme itu untuk bertahan hidup dan keberhasilan reproduksinya. Akan tetapi dampak evolusioner seleksi alam hanya tampak dalam melacak bagaimana suatu populasi organisme berubah seiring dengan berjalannya waktu. Suatu hewan akan memiliki variasi tertentu yang lebih sering di mangsa predator sehingga populasinya menurun serta akan menghasilkan keturunan yang sedikit sehingga presentasi struktur populasi akan berubah. Dengan demikian, populasi dan bukanlah individunya yang mengalami evolusi. Beberapa sifat yang mendukung daya tahan hidup populasi akan bertambah sedangkan yang tidak baik akan berkurang.
Darwin juga lebih menekankan pada sifat kuantitatif seperti panjang bulu mamalia serta kemampuan menghindar dari suatu hewan. Sekarang, telah diketahui bahwa sifat kuantitatif tersebut disebabkan oleh lokus gen ganda. Akan tetapi Mendel dan para ahli genetika mengeali sifat yang terlihat sebagai “either or” seperti warna bunga kacang ercis yang dikawinkan dalam penelitiannya. Dengan demikian, telah terjadi perubahan frekuensi gen dalam populasi sehingga berlaku hukum Hardy-Weinberg.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  Bunyi Hukum Hardy-Weinberg?
2.      Bagaimana hukum Hardy-Weinberg dapat menjelaskan terjadinya evolusi?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui bunyi hukum Hardy-Weinberg.
2.      Mengetahui adanya hubungan hukum Hardy-Weiberg dengan evolusi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Genetika Populasi
            Genetika Populasi adalah cabang genetika yang membahas transmisi bahan genetik pada ranah populasi. Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik.
Ilmu ini membicarakan implikasi hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada sekumpulan individu sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang mengkaji pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu yang memiliki genotipeyang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih populasi. Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan tetapi secara independen.

2.2 Defenisi Hukum Hardy-Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli Fisika W. Weinberg dan ahli Matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris. Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak seksual.
            Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi
Untuk menjelaskan hukum ini digunakan contoh perkawinan sapi Shorthon warna merah, putih, dan roan. Seperti diketahui, sifat ini dikontrol oleh dua alel yang kodominan yaitu alel merah (R) dan alel putih (r). Jika kita asumsikan bahwa frekuensi gen merah adalah p dan frekuensi gen putih adalah q, dengan p = 0,7 dan q = 0,3 maka proporsi gen sapo merah RR adalah p2 = 0,49 , proporsi gen sapi putih adalah q2 = 0,09 dan proporsi sapi roan = 2pq = 2 (0,7)(0,3) = 0,42. Akan dua didepan pq disebabkan oleh adanya dua kemungkinan terbentuknya sapi roan yaitu dari pertemuan sperma yang mengandung gen R dengan sel besar dengan sel telur yang mengandung gen r dan dari sperma yang mengandung gen r sperma dengan sel telur yang mengandung gen R.
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebuttidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hukum Hardy Weinberg yaitu :
o   Jumlah frekuensi gen dominan dan resesif ( p + q ) adalah 1.
o   Jumlah proporsi dari ketiga macam genotif ( p2 + 2pq + q2 ) adalah 1.
Jadi pada dasarnya hukum ini menyatakan bahwa frekuensi gen dominan dan resesif. Pada sutau populasi yang cukup besar tidak akan berubah dari satu generasi ke generasi lainnya. Keadaan populasi yang demikian disebut dlaam keadaan equilibrium (dalam keadaan seimbang).
            Susunan genetik ini akan tetap dan tidak berubah jika beberapa keadaan terpenuhi antara lain :
ü  Tiidak ada mutasi atau mutasi berjalan seimbang (jika gen A bermutasi menjadi gen a, maka harus ada gen a yang menjadi gen A dalam jumlah yang sama).
ü  Tidak terjadi seleksi alam.
ü  Tidak ada migrasi.
ü  Perkawinan acak.
ü  Populasi besar.

Hukum Hardy-Weinberg dirumuskan sebagai berikut :
P2 + 2PQ + Q2
Sebagai contoh alel gen A dan a, maka menurut persamaan diatas adalah :
                P2         = Frekuensi Individu Homozigot AA
            2PQ     = Frekuensi Individu Heterzigot Aa
            Q2        = Frekuensi Individu Homozigote aa.

Rumus ini berlaku dengan syarat sebagai berikut :
  1. Mutasi tidak terjadi atau mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang merugikan
  2. Semua anggota [populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini anggota populasi (perkawinan acak atau panmiksi)
  3. Tidak terjadi imigrasi atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan yang berimigrasi
  4. Semua alela mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi,  tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak terjadi.
  5. Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu yang lahir
  6. Populasi berjumlah besar sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.

1. MUTASI
Kita sekarng mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di pastikan,frekuensi gen dalam populasi  akan berubah,karena ada suatu gen yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya  dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya mutasi yang terjadi bersifat merugikan.

2. PANMIKSI
Perkawinan acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada umunya menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun hal yang sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu setetepat,karena kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun perkawinanterjadi dalam populasi lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang mencegah perkawinan antar saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada umumnya berupa naluri dan tingkah laku (etologis)

3. EMIGRASI DAN IMIGRASI
Emigrasi atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen  dalam populasi.pengaruh emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi atau ukuran populasi dapat dilihat di bawah ini.

Ukuran populasi
Emigrasi (%)
Imigrasi (%)
10
10
10
100
1
1
1000
0.1
0.1
10000
0.01
0.01

Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ad menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal yang cukup besar dapat menjadi penting sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut dengan genetika drift (arus genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi)  atau sering juga di sebut dengan bottle neck effect (efek leher botol). Hal ini selalu dapat kita temukan, terutama di Indonesia yang terjadi dari pulau-pulau yang keci. Spesiasi atau sub spesiasi (terbentuknya seb spesies) dapat kita terangkan dengan mekanisme diatas, meskipun biasanya banyak aspek lain yang ikut menunjang.
Imigrasi atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi yang terisolasi misalnya bagi organisme yang hanya bisa hidup di danau, atau puncak gunung atau di suatu pulau kecil yang terisolasi dari daratan.

4. KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA
Alel-alel berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai kelulushidupanini dapat berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya. Misalnya mutan vestigeal di alam tidak mungkin dapat bertahan dan kita dapat memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka cukup tahan, meskipun lebih lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama dengan 0.

5. POPULASI TETAP
Populasi tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang terisolasi. Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun, juga selalu terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus tertentu.

6. POPULASI BESAR
Populasi besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan yang tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang tersedia harus jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan untuk rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya dapat di penuhi pada setahun waktu yang singkat saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun dalam jangka waktu tertentu rumus ini tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak pernah dapat di penuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang dapat di penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada puncak gunung yang tinggi.

2.3 Contoh Aplikasi Hukum Hardy-Weinberg

Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-Weinberg ( q2= frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi  alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
q2 = 0,0001       q  =   √ 0,0001  =  0,01
Data frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.
p = 1 – q ; p = 1 –  0,01 ; p = 0,99
Frekuensi heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun mewariskan alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.
2pq = 2 x 0,99 x 0,01
2pq = 0,0198 ( sekitar 2% )
Hal  ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.

Menghitung frekuensi alel ganda.
Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak  symbol. Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel  i , maka persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan ABO berbentuk sebagai berikut.
  1. Berapakah frekuensi alel  IA , IB , dan i pada masing-masing populasi tersebut ?
  2. Dari 320 orang yang bergolongan darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik IA IA ?
  3. Dari 150 orang bergolongan darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik  IB i ?
Penyelesaian untuk persoalan diatas sebagai berikut. Andaikan p = frekuensi untuk alel IA , q = frekuensi untuk alel IB , r = frekuensi untuk alel  i, maka menurut hukum Hardy-Weinberg
1.      p2IAIA  +  2prIA  +  q2IBIB  +  2qrIBi  +  2pqIAIB  +  r2ii
2  =  frekuensi golongan O  =  490/1000   =  0,49  ;  r  =   √ 0,49   =  0,7
( p + r ) 2    =  frekuensi golongan A  +  golongan O
( p + r ) 2   =  320+490/1000   =   0,81
( p + r )     =  √ 0,81  =  0,9                                                                          
p      =   0,9  –  0,7  =  0,2
Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka q = 1 – (p + q) = 1 – (0,2 + 0,7) = 0,1
Dengan demikian, frekuensi alel I A = p adalah 0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1 ; dan
frekuensi alel 1 = r = 0,7
2.      Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A yang diperkirakan homozigotik  IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
3.      Frekuensi  genotip IB i  = 2qr  =  2  (0,1 x 0,7)  =  0,14 . Jadi dari 150 orang
bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik I B i = 0,14 x 1000 orang = 140 orang.

Menghitung frekuensi gen tertaut kromosom X.
Dalam genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1 adalah
sebagai berikut.

Untuk laki-laki        = p + q , karena genotipnya A- dan a-
Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2 , karena genotipnya AA, Aa, aa.

Contoh  Soal Lain dari Hukum Hardy Weinberg adalah :
1.  Diketahui dalam suatu populasi gen A = 50%, gen a = 50% atau frekuensi gen A : frekuensi gen B = 50% : 50%.
     Berapakah frekuensi pada F1, F2, F3?
Jawab :
(Jantan) AA x (Betina) aa
     Generasi Pertama (F1) = Aa
     Generasi Kedua (F2) = F1 x F1 = Aa x Aa
     Generasi Ketiga (F3) = F2 x F2 = ¼ AA + ½ Aa + ¼ aa

Ada 9 tipe perkawinan yang terjadi :
1.      AA dan AA
2.      AA dan Aa
3.      AA dan aa
4.      Aa dan AA
5.      Aa dan Aa
6.      Aa dan aa
7.      aa dan AA
8.      aa dan Aa
9.      aa dan aa

Misalkan dalam seluruh populasi terjadi 64 perkawinan dan masing-masing perkawinan menghasilkan 10 individu, maka :
A.    Perkawinan
o   AA dan AA              = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o   AA dan Aa   = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o   AA dan aa    = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o   Aa dan AA   = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o   Aa dan Aa    = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o   Aa dan aa     = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o   aa dan AA    = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o   aa dan Aa     = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o   aa dan aa      = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan

B.     Jumlah Individu
o   AA dan AA   = 40
o   AA dan Aa    = 80
o   AA dan aa     = 40
o   Aa dan AA    = 40
o   Aa dan Aa   = 80
o   Aa dan aa    = 40
o   aa dan AA   = 40
o   aa dan Aa    = 80
o   aa dan aa     = 40

No
Tipe Perkawinan
Jumlah Tipe Perkawinan
Jumlah Individu dalam Genotipe
AA
Aa
aa
1
AA x AA
4
40


2
AA x Aa
8
40
40

3
AA x aa
4


40
4
Aa x AA
4
40


5
Aa x Aa
8
40
40

6
Aa x aa
4


40
7
aa x AA
4
40


8
aa x Aa
8
40
40

9
aa x aa
4


40
Jumlah
64
160
420
160

25%
50%
25%

Frekuensi genotipe pada F3
            = AA : Aa : aa
            = 160 : 320 : 160
            = ¼ : ½ : ¼
            = 25 % : 50 % : 25 %
Frekuensi gen pada F3
25 % AA         = Mengandung gamet A = 25 %
50 % Aa          = Mengandung gamet A = 25%
                           Mengandung gamet a  = 25 %
25 % aa           = Mengandung gamet a  = 25%

2. Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC (TT) 64% sedangkan bukan perasa PTC (tt) 36%,
a.   Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?
b.   Berapakah rasio genotifnya?
3.  Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino. Berapa orang pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?
4. Terdapat perbedaan jumlah kromosom X antara pria dan wanita: wanita = 2 kromosom X; pria = 1 kromosom X sehingga terdapat perbedaan formula persamaan untuk hukum HW. Wanita: p+ 2pq + q= 1Pria : p + q = 1.Dalam perhitungan frekuensi gen harus dibedakan antara populasi wanita dan populasi pria. Misalkan 8% dari laki-laki di suatu daerah menderita buta warna merah-hijau. Berapakah frekuensi perempuan yang menderita buta warna di daerah tersebut ? Frekuensi perempuan yang diduga normal di daerah tersebut ?

Jawab :
Menurut Hukum Hardy – Weinberg :
Frekuensi gen c = q = 0,08
Frekuensi gen C = p = 1 – 0,08 = 0,92
Frekuensi wanita buta warna = cc = q2 = ( 0,08 )2 = 0,0064
Frekuensi wanita normal = CC dan Cc = p2 + 2pq
= ( 0,92 )2 + 2 ( 0,92 ) ( 0,08 ) = 0,9936
















BAB III
PENUTUP
3.1 Ringkasan
            Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli Fisika W. Weinberg dan ahli Matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris. Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak seksual. Dirumuskan dengan :
P2 + 2PQ + Q2
Keterangan : P2 = Frekuensi individu homozigote AA
                  2PQ = Frekuensi individu heterozigote Aa
                     Q2 = Frekuensi individu homozigote aa


DAFTAR PUSTAKA

Harsono, Tri. 2014. Evolusi. Medan : FMIPA Universitas Negeri Medan
Suryo. 1984. Genetika . Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Widodo, Lestari Umi, Amin Muhammad. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Universitar Malang Press.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN GENETIKA ALEL DAN GEN GANDA

LAPORAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

LAPORAN OKULASI