PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (AUKSIN 2-4 DIKLOROFENOKSIASETAT) TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG MERAH (Vigna angularis)
PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH
(AUKSIN 2-4 DIKLOROFENOKSIASETAT) TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG MERAH (Vigna angularis)
Oleh :
KELOMPOK 5
Agus Handoko 4123220001
Dahliana 4122220002
Delly Mariam V. Siregar 4123220007
Rahmah Nur Aliyah 4123220023
Yuli Hardiyanti 4122220013
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
DAFTAR ISI
Daftar
Isi ii
Daftar
Gambar iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Rumusan Masalah 1
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penulisan 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Zat Pengatur Tumbuh 3
2.2
Auksin (2-4 Diklorofenoksiasetat) 3
2.3
Kacang Merah (Vigna angularis) 3
2.4 Spesifikasi Bentuk Kacang Merah (Vigna angularis) 5
Bab III Metode Penulisan
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 6
3.2 Populasi dan Sampel 6
3.3 Alat dan Bahan Penelitian 6
3.4 Rancangan Penelitian 6
3.5 Prosedur Kerja
7
3.6
Parameter Pengamatan
8
3.7 Teknik Analisis Data 8
Daftar
Pustaka 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Morfologi Kacang Merah 4
Gambar 2.2 Morfologi Kacang Merah Besar 5
Gambar 2.3 Morfologi Kacang Merah Kecil 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang merah (Vigna
angularis) secara ekonomi merupakan tanaman kacang-kacangan yang menduduki
urutan kedua setelah kedelai, yang berpotensi untuk dikembangkan, karena
memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri yang cukup besar.
Biji kacang merah dapat digunakan langsung untuk pangan dalam bentuk sayur,
digoreng atau direbus, dan sebagai bahan baku industri. Pengolahan kacang merah
sudah sangat beragam, mulai dari makanan ringan, hingga makanan jajanan yang
dikembangkan secara industrial.
Dalam proses
perkacambahan terjadi beberapa perubahan biologis yakni pecahnya berbagai
komponen dari biji menjadi berbagai bentuk senyawa yang lebih sederhana, yang
telah siap cerna bagi embrio atau kecambah yang tumbuh lebih lanjut (Winarno,
1985). Proses berkecambah dipengaruhi oleh kondisi dan tempat. Faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu, dan cahaya.
Cahaya sangat berperan
penting bagi tumbuhan. Dengan bantuan cahaya, tumbuhan dapat hidup dengan baik.
Selain itu, cahaya juga sangat membantu dalam proses pertumbuhan,
perkecambahan, fotosintesis dan lain-lain. Kekurangan cahaya matahari akan
mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun cahaya tergantung pada
jenis tumbuhan. Selain itu kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan
menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat
namun lemah dan daunya berukuran kecil, tipis, dan berwarna pucat (tidak
hijau). Semua ini terjadi karena tidak adanya cahaya yang memaksimalkan fungsi
auksin.
Oleh sebab itu, peneliti ingin membandingkan
pertumbuhan kacang merah (Vigna angularis) yang alami dengan pemberian
auksin sintetik asam-2,4-Diklorofenoksiasetat.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh “pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh (auksin 2-4
diklorofenoksiasetat) terhadap pertumbuhan kacang merah (Vigna angularis)”.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apakah
konsentrasi zat pengatur tumbuh (Auksin asam 2-4 Diklorofenoksiasetat)
berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang merah (Vigna angularis)?
2.
Berapakah
konsentrasi optimal zat pengatur tumbuh (Auksin asam 2-4 Diklorofenoksiasetat) yang
memberikan pertumbuhan terbaik pada kacang merah (Vigna angularis)?
1.4 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh (Auksin asam 2-4
Diklorofenoksiasetat) berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang merah (Vigna angularis).
2.
Untuk
mengetahui konsentrasi optimal zat pengatur tumbuh (Auksin asam 2-4
Diklorofenoksiasetat) yang memberikan pertumbuhan terbaik pada kacang merah (Vigna angularis).
1.5 Manfaat
1. Menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang biologi serta terapannya.
2.
Sebagai sumber informasi mengenai pengaruh pemberian zat pengatur
tumbuh (auksin 2-4 diklorofoasetat) terhadap pertumbuhan kacang merah (Vigna angularis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh (plant growth regulator)
adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah
(<1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting
adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan
dan morfogenesis dalam kultur. Selain auksin dan sitokinin, giberelin dan
persenyawaan lain juga dapat ditambahkan dalam media tanam kultur jaringan. Hal
ini diperkuat oleh Agus (2004) yang menyatakan bahwa auksin dan
sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan dalam media kultur
jaringan dan diberikan dalam konsentrasi yang sesuai dengan pertumbuhan yang
diinginkan.
2.2 Auksin (2-4
Diklorofenoasetat)
Auksin sintetik yang sering digunakan dalam kultur
jaringan tanaman serta telah digunakan dalam bidang perikanan sebagai zat
perangsang tumbuh pada Gracillaria verrucosa. Auksin merupakan salah
satu hormon tanaman yang dapat mendukung proses fisiologi seperti pertumbuhan,
pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein. Auksin memiliki
kemampuan mendorong pembelahan sel dengan cara mempengaruhi dinding sel. ZPT
2,4-D memiliki kandungan N sebesar 8,9 mg. Berdasarkan hal tersebut, maka ZPT
2,4-D dapat berpotensi untuk meningkatkan kepadatan Nannochloropsis oculata karena
terdapat unsur N untuk meningkatkan pertumbuhan (Adinda. 2012).
Auksin merupakan ZPT yang memiliki fungsi utama mendorong
pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasikan secara
alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) sedangkan beberapa
lainnya merupakan auksin sintetik, seperti NAA (napthalene acetic acid), 2,4D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid) . Istilah auksin juga
digunakan untuk zat kimia yang meningkatkan perpanjangan koleoptil (Hamzah.
2013).
2.3 Kacang Merah (Vigna angularis)
Kacang merah merupakan jenis
kacang-kacangan yang telah popular di dunia yang memiliki bentuk seperti ginjal
dan berwarna merah, termasuk satu keluarga dengan jenis kacangan-kacangan
seperti kacang tolo, kacang kedelai, kacang panjang dan kacang hijau. Kacang
merah dapat digolongkan dalam jenis makanan nabati kelompok kacang polong (legume).
Ada dua jenis kacang merah yaitu kidney beans (kacang merah besar dan adzuki
(kacang merah kecil).
Di Indonesia, kacang merah mulai
dikenal dari para penjajah dari Eropa yaitu portugis yang membawanya dan
menjadikan kacang merah sebagai lahan pertanian di Indonesia, hingga saat ini
Indonesia dikenal sebagai produsen kacang merah kering terbesar termasuk Jawa
Barat sebagai daerah penghasil. Negara – negara lain yang juga penghasil kacang
merah adalah Cina, India, Brazil dan Amerika Serikat.
Gambar 2.1 Struktur Morfologi Kacang Merah (Vigna angularis)
Sistematika
Kacang Merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Species : Vigna angularis (wild.)
Adapun
nama umum atau nama lain dari kacang merah yakni :
Indonesia : Kacang Merah / Kacang Ginjal
Jepang : Adzuki
Inggris : Kidney Beans
2.4 Spesifikasi Bentuk Kacang Merah (Vigna angularis)
Kacang merah berdasarkan ukurannya
terbagi dua, yakni kacang merah besar (kidney beans) dan kacang merah kecil
(adzuki beans). Spesifikasi dari kacang merah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Kacang Merah Besar (Kidney Beans)
Kacang merah ini memiliki bentuk
seperti ginjal berwarna merah dan memiliki corak merah tua di sekitar kulitnya.
Gambar 2.2 Morfologi Kacang Merah Besar
2.
Kacang Merah Kecil (Adzuki Beans)
Kacang merah yang satu ini terlihat
jelas perbedaanya dalam ukuran maupun warna, karena warna pada kacang merah
kecil ini lebih merah dibandingkan dengan kacang merah besar.
Gambar 2.3 Morfologi Kacang Merah Kecil
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan selama kurun waktu Maret 2015 sampai
dengan pertengahan April
2015
di rumah kaca Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
3.2
Populasi dan Sampel
Pada
penelitian ini yang menjadi populasi adalah Kacang Merah (Vigna
angularis). Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang dan daun kacang
merah. Untuk
keperluan percobaan
diambil kacang merah
sebanyak 80 bibit siap
tanam. Dari 80 bibit kacang merah, akan ditanam untuk setiap polibag
sebanyak 3 bibit kacang merah, dengan 4 perlakuan (1, 2, 3 dan 4 ppm) dan 1
control (tanpa diberi auksin sintetis) dengan ulangan sebanyak 4.
3.3
Alat dan Bahan Percobaan
Beberapa alat
yang akan digunakan dalam penelitian adalah cangkul, alat semprot, polibag, alat tulis. Bahan
yang akan digunakan dalam penelitian adalah tanah, bibit kacang merah, auksin 2-4 diklorofoasetat, air.
3.4
Rancangan Percobaan
Rancangan
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Satu Faktor yaitu :
Faktor pengaruh penambahan
auksin 2-4 Diklorofoasetat
Faktor
: Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D
1. T1 = 0 ppm 2,4-D (Kontrol)
2. T2 = 1 ppm 2,4-D
3. T3 = 2 ppm 2,4-D
4. T4 = 3 ppm 2,4-D
5. T5 = 4 ppm 2,4-D
Untuk
menentukan banyaknya ulangan digunakan rumus :
(t - 1) (n - 1) ≥ 15
(5 - 1)(n - 1) ≥ 15
4 (n - 1) ≥ 15
4n - 4 ≥
15
4n ≥
15 + 4
4n ≥
19
dimana ; t = perlakuan
n
= jumlah ulangan
Dalam
penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk memperoleh data yang
lebih akurat sehingga diperoleh 25 unit percobaan.
3.5
Prosedur Kerja
a)
Pembuatan larutan Auksin 2-4
Diklorofenoksiasetat
1 ppm
2
ppm =
3 ppm
=
4
ppm =
Pembuatan
larutan 1 ppm 2-4 Diklorofenoksiasetat ditimbang sebanyak 1 mg, dan dicampurkan
dengan 1 L air, Pembuatan larutan 2 ppm 2-4 Diklorofenoksiasetat ditimbang
sebanyak 2 mg, dan dicampurkan dengan 1 L air, Pembuatan larutan 3 ppm 2-4
Diklorofenoksiasetat ditimbang sebanyak 3 mg, dan dicampurkan dengan 1 L air,
Pembuatan larutan 4 ppm 2-4 Diklorofenoksiasetat ditimbang sebanyak 4 mg, dan
dicampurkan dengan 1 L air.
b) Perendaman bibit
Perendaman
dengan larutan 2-4 Diklorofenoksiasetat berfungsi sebagai penghilangan masa
dormansi pada bibit, dan sekaligus memberikan interaksi antara bibit dengan 2-4
Diklorofenoksiasetat. Perendaman dilakukan selama 24 jam, yang akan memberikan
hasil terbaik dalam interaksi terhadap bibit kacang merah.
c)
Penanaman
Penanaman
dilakukan di rumah kaca, dengan meletakkan 3 bibit dalam setiap polibag, hal
ini dilakukan sebagai tahapan awal untuk mengambil 1 bibit yang paling unggul
diantara ke-3 bibit tersebut yang akan disamakan dengan bibit pada polibag
lainnya. Penanaman dilakukan dengan meletakkan bibit sedalam 3 – 5 cm ke dalam
tanah, dan ketiga bibit akan membentuk pola segitiga.
d) Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan selama 6 minggu pengamatan,
dengan melakukan penyiraman setiap hari, serta dengan melakukan sistem random
dalam peletakan polibag di dalam rumah kaca tersebut.
3.6 Parameter Pengamatan
1. Waktu munculnya kecambah
2. Warna tunas
3. Panjang tunas
4. Warna batang
5. Panjang batang
6. Panjang daun
3.7 Teknik
Analisis Data
Percobaan pengaruh auksin 2-4 Diklorofenoksiasetat
terhadap pertumbuhan kacang merah akan menggunakan model Rancangan
Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan model linear sebagai berikut :
Yij = μ + εij
Dimana;
Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-j pada perlakuan ke-i
μ = Rata-rata
umum (mean populasi)
εij = Galat
percobaan / pengaruh acak dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
Dengan analisis ragam sebagai berikut :
1. Faktor
korelasi (FK) = (Tij)2 / (r x t)
2. JKTotal
= T (Yij2) –
FK
3. JKPerlakuan
atau Hormon = ((TA)2 /
r ) FK
4. JK
Galat = JKTotal - JKPerlakuan
Hasil
pengamatan pengaruh 2-4
D akan dianalisisi menggunakan Analisis Varians (ANAVA) dengan tabel
sebagai berikut :
Setelah Fhitung diperoleh,
maka dilakukan uji hipotesis dengan harga signifikan 95% dan 99% atau f = 0,05
dan f = 0,01. Uji hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Jika
F hit ≤ F = 0,05; menunjukkan beda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%.
b.
Jika
F hit ≥ F = 0,05; menunjukkan beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
c.
Jika
F hit > F = 0,01; menunjukkan beda sangat nyata pada taraf kepercayaan 99%
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah
Solim, Muhammad. 2013. Induksi Kalus Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola Dari Jenis Eksplan Yang
Berbeda Dengan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D Secara In Vitro. Skripsi. Medan : FMIPA Unimed
Suprapto, Agus. 2004. Auksin : Zat Pengatur Tumbuh Penting
Meningkatkan Stek Tanaman. Jurnal. Vol 21 No : 1
Tri Purwitasari, Adinda, et al. 2012. Pengaruh Konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh (Asam 2-4 Diklorofenoksiasetat) Terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis oculata. Journal of
Marine and Coastal Science. Vol I No : 2 Hal 61 – 70
Komentar
Posting Komentar