LAPORAN OKULASI
Laporan Praktikum Etnobotani
OKULASI
Disusun
Oleh :
Agus
Handoko 4123220001
Fretty
Juniarti 4123220010
Nurhasanah 4122220008
Rahma
Nur Aliyah 4123220023
Yuli
Hardiyanti 4122220013
Biologi
Nondik A 2012
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kaktus
merupakan tanaman yang terkenal dengan ketahanannya terhadap berbagai tanah
yang sedikit air. Biasanya bentuk adaptasi yang dilakukan oleh kaktus yakni
memiliki ukuran yang kecil atau sama sekali tidak berdaun jika berada dalam
kondisi alam yang tidak sesuai. Perakarannya menyempit dan batang dijadikan tempat
penyimpanan air. Saat berada di daerah yang bersuhu panas dan tanah gersang,
kaktus beradaptasi dengan cara membentuk kulit tubuh yang tebal dan berlapis
lilin. Tak ketinggalan, tumbuh bulu-bulu halus atau duri-duri yang tajam.
Fungsinya jelas, mengurangi pengeluaran air dari tubuh.
Dengan semakin berkembangnya
teknologi, termasuk pembudidayaan kaktus dapat menghasilkan bibit baru dengan
varietas yang lebih beragam melalui teknik grafting atau sambung kaktus yang
berguna untuk mempercantik penampilan. Maka untuk itu, kami akan melakukan
praktikum ini sebagai bentuk aplikasi dari teori yang ada.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana teknik okulasi dilakukan secara praktikum.
2. Untuk
mengetahui bagaimana hasil dari okulasi yang dilakukan.
3. Untuk
mengetahui faktor yang menyebabkan keberhasilan dari okulasi yang dilakukan.
1.3 Manfaat
1.
Mahasiswa mampu mengaplikasi teori
teknik okulasi kedalam kehidupan sehari-hari yang menjadi suatu bentuk usaha
mandiri.
2.
Mahasiswa mampu memberikan informasi dan
gambaran sistem kerja dari okulasi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kaktus
Kaktus (Mammillaria myriacantha) adalah tanaman
hortikultura yang berasal dari Benua Amerika. Tanaman ini merupakan salah satu
tanaman hias yang banyak digemari masyarakat karena penampilannya yang unik dan
khas. Tanaman kaktus ternyata tidak hanya dikenal sebagai tanaman hias saja.
Kaktus juga biasa menghasilkan buah yang dikenal dengan prickly pear cactus
yang nikmat rasanya dan dikonsumsi dalam bentuk segar atau dikeringkan.
Perbanyakan
kaktus secara vegetatif dilakukan dengan menyetek, memisahkan anakan dan
menyambung, namun setek dan anakan hanya terbatas pada jenis kaktus yang
memiliki percabangan dan anakan yang cukup banyak. Cara ini tidak efektif untuk
jenis kaktus yang tumbuh secara tunggal, berbatang pendek dan jenis kaktus yang
berbatang panjang tetapi tidak memiliki anakan. Sedangkan penyambungan hanya
menciptakan jenis-jenis kaktus baru untuk mengatasi kejenuhan pasar (Mardhiah
Hayati. 2008).
2.2
Okulasi
(Grafting)
Yusran (2011) menyatakan
bahwa penyambungan antara dua tanaman yang serasi akan menghasilkan tanaman
yang kuat dan berumur panjang. Selanjutnya Yusran (2011) menambahkan
faktor-faktor yang mempengaruhi okulasi adalah fisiologi tanaman, kesehatan
batang bawah, kondisi kulit batang bawah, iklim pada saat okulasi berlangsung
dan juga faktor teknik seperti keterampilan dan keahlian dalam pelaksaanaan
okulasi serta peralatan yang dipergunakan.
Batang bawah yang biasa digunakan untuk penyambungan
dan penempelan pada prinsipnya harus mampu menjalin persatuan yang normal dan
mampu mendukung pertumbuhan batang atasnya tanpa menimbulkan gejala negatif
yang tidak diinginkan. Untuk batang bawah yang perlu diperhatikan adalah sistem
perakarannya.
Persatuan antara batang bawah dan batang atas
(entris) dapat terjadi bila pada letak penempelan terjadi aktivitas
pembelahan kambium dan cukup kandungan hara. Kebutuhan akan hara berupa bahan
organik sangat menentukan keberhasilan okulasi dimana tindakan pemupukan
bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, yang akhirnya akan
meningkatkan produktivitas tanah yang dipupuk terutama pada lahan marjinal
dengan kandungan unsur hara yang sedikit tersedia. Pemupukan di pembibitan
jeruk merupakan salah satu hal yang penting karena mendukung pertumbuhan bibit
yang baik.
Perbanyakan tanaman secara
vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya.
Pada beberapa jenis tanaman seperti kaktus dikenal beberapa macam cara
perbanyakan vegetatif yang lazim yaitu stek (cuttings) dan okulasi (budding).
Sedangkan perbanyakan secara sambungan (grafting) dan cangkokan (air
layering) (Marietje. 2010).
Macam
okulasi ada 2 yaitu okulasi hijau (green budding) dan okulasi coklat (brown
budding). Okulasi hijau dilaksanakan pada bibit umur 5-6 bulan dan okulasi
coklat umur 9-10 bulan.
a.
Pada okulasi hijau : entres diperoleh dari cabang
dengan 2 payung berumur 5-6 bulan dengan payung berwarna hijau tua segar.
b.
Pada okulasi coklat : dilaksanakan pada bibit umur
9-10 bulan. Sampel yang digunakan berumur 6-12 bulan dan berwarna coklat.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
okulasi dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2014 di Laboratorium Biologi Universitas
Negeri Medan dan di Rumah Kaca Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Pisau
|
1 Buah
|
2
|
Solatip
|
1 Buah
|
Bahan
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kaktus
|
2 Varietas
|
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Memotong
bagian batang bawah kaktus 1 yang akan diokulasikan dengan menggunakan pisau.
3. Memotong
bagian batang kaktus 2 yang akan menjadi media okulasi.
4. Memasukkan
potongan batang kaktus 1 ke dalam batang kaktus 2.
5. Melilitkan
solatip pada bagian batang kaktus agar bagian batang yang akan diokulasikan
tidak terjatuh.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
Sebelum
mendapatkan hasil percoban, berikut merupakan gambaran dari okulasi yang
dilakukan :
1.
Pemotongan batang kaktus 1 2. Pemotongan batang kaktus 2
3.
Membuka bagian batang kaktus 2 4. Menggabungkan batang kaktus
5. Melilitkan solatif agar tidak terjatuh tiap bagian batang
Setelah diamati selama
seminggu pengamatan, tidak ditemukan tunas baru pada bagian batang yang
diokulasikan, yang ada hanya berupa pembusukan dari batang kaktus 1.
Menurut analisis kami
ada beberapa faktor yang menjadikan praktikum ini tidak berhasil adalah :
1.
Kurangnya kehati-hatian dalam pemotongan
batang.
2.
Proses penggabungan bagian batang hanya
menggunakan solatip sehingga ini mempermudah dalam kurang tepatnya bagian
batang kaktus 1 dan kaktus 2 dalam penyatuan.
3.
Kurangnnya waktu pengamatan.
Berdasarkan
jurnal dari Yusran (2011) menyatakan bahwa : Okulasi dilakukan setelah 8 minggu
bibit beradaptasi dengan lingkungan barunya. Okulasi dilakukan pada pagi hari
dengan tujuan untuk mengurangi penguapan dari tanaman yang diokulasi.
Okulasi
dilakukan dengan metode Forkert. Daerah pada batang bawah yang ingin diokulasi
dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, batang diiris secara melintang sampai
pada kayunya. Kemudian kulit batang tersebut dikelupas ke bawah kira-kira 2-3
cm. Kulit batang yang telah terkelupas tadi dipotong dan disisakan ¼ bagiannya.
Kemudian entris diambil dari pohon induk dengan cara sayatan. Besarnya entris
harus lebih kecil atau sama ukurannya dengan irisan yang telah dibuat tadi.
Entris yang telah dipersiapkan sebelumnya disisipkan kebalik kulit batang bawah
yang telah dikelupas. Lalu hasil okulasi tadi diikat dengan plastik dari bawah
ke atas hingga seluruh entris tertutup. Hal ini ditujukan agar hasil tempelan
tidak mudah diterobos oleh air hujan dan mencegah kebusukan. Penempelan
dilakukan pada batang bawah dengan ketinggian 10 cm dari permukaan tanah.
Pada
waktu hasil okulasi berumur 2-3 minggu, dilakukan pengamatan terhadap entris.
Jika entris tersebut tetap berwarna hijau segar dan tetap melekat kuat pada
batang bawah, maka ikatan dari okulasi tersebut dapat dibuka. Setelah itu,
dilakukan looping (pembengkokan batang bawah ke arah yang berlawanan
dengan letak penempelan entris, kemudian batang bawah diikatkan ke ajir untuk
menjaga agar pohon tetap melengkung). Looping ini bertujuan agar
unsur-unsur dan asimilat fotosintesis yang diperlukan pada daerah yang telah
diokulasi tetap terpenuhi oleh batang bawah dan diharapkan pertumbuhan tunas
lebih kuat karena adanya translokasi unsur-unsur dan asimilat fotosintesis
tersebut.
Setelah
tunas tumbuh, dilakukan pemotongan + 1 cm dari daerah okulasi dengan posisi
miring terhadap bagian dari batang bawah yang sebelumnya telah dibengkokkan.
Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tunas hasil okulasi.
Desti (2010) menyatakan beberapa
tahapan penyiapan bibit okulasi adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan bahan
Bahan tanaman berupa
bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata tunas dari cabang yang tumbuhnya
tegak ataupun agak condong, pisau okulasi, tali pengikat, dan sarana penunjang
lainnya.
2. Tatacara pengokulasian
o
Batang bawah dibersihkan di lahan
persemaian ataupun dalam polybag dengan menggunakan kain lap.
o
Batang bawah diiris pada kulit kira-kira
10-15 cm dari permukaan tanah dengan ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit
hasil irisan dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.
o
Cabang yang mempunyai mata dipilih,
kemudian mata disayat dengan menyertakan sedikit kayunya. Ukuran sayatan entres
2 cm di atas dan di bawah mata, lalu kayunya dilepaskan secara hati-hati.
o
Mata entres ditempelkan pada sayatan
batang bawah hingga pas.
o
Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan
tali plastik atau rafia dimulai dari atas ke bawah dengan tidak menutup mata
okulasi.
3.
Pemeliharaan pasca okulasi
o
Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15
hari sejak pengokulasian. Apabila mata berwarna hijau, berarti penyambungan
tersebut berhasil. Sebaliknya, bila mata berwarna coklat dan kering, berarti
okulasi gagal.
o
Ujung batang bawah dipotong dengan
ketinggian 10-20 cm tepat di atas bidang okulasi apabila tunas entres telah
mencapai 20-30 cm.
o
Tunas-tunas yang tumbuh di bawah mata
(tunas) okulasi dipangkas dengan pisau maupun tangan.
o
Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau
keranjang bambu yang diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit.
Sebagian tanah disertakan pada saat pemindahan agar letak akar tidak berubah.
o
Bibit dipelihara secara intensif sampai
umur 1 tahun atau lebih.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Teknik
okulasi yang dilakukan secara benar yakni dengan menggabungan bagian kaktus 1
yang akan diokulasikan dengan bagian batang 2 yang sebagai media okulasi.
2. Hasil
praktikum okulasi yang dilakukan belum dapat menghasiilkan tunas baru, yakni
ada pembusukan pada bagian kaktus 1 yang akan diokulasikan.
3. Faktor yang menjadi praktikum okulasi yang dilakukan
tidak berhasil adalah kurangnya ketelitian praktikan dalam menggabungkan tiap
bagian batang kaktus dan kurangnya waktu pengamatan.
5.2
Saran
Untuk memperoleh
hasil yang maksimal dalam melakukan okulasi sebaiknya dengan tidak menggunakan
media kaktus bagian 2 yang telah diokulasikan. Dan harus menggunaan beberapa
alat yang lebih modern dalam penggabungan bagian batang sehingga menimalisir
kesalahan praktikan dan sebaiknya waktu yang digunakan untuk okulasi juga harus
lama agar media tumbuh tunas dapat terjadi.
Daftar
Pustaka
Hayati, Mardhiah. 2008. Respons Tunas Kaktus (Mammilaria myriacantha) Pada Berbagai Konsentrasi
NAA dan BAP Secara In Vitro. Vol 3 No : 1 Hal 26 - 34
Pesireson, Marietje. 2010. Pengkajian Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif (Okulasi Mata
Entris dan Sambung Pucuk). Vol VI No : 1 Hal 25 -29.
Rohmatiningtyas, Desti. 2010. Skripsi : Perbanyakan Tanaman Mangga dengan Teknik Okulasi di Kebun
Benih Pangan dan Hotikultura Tejomantri. Sukarta : Universitas Sebelas
Maret
Yusran, Abdul Hamid. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan
Pupuk Kandang. Vol IV No : 2 Hal 97 – 104.
Komentar
Posting Komentar