Teknik Pengolahan Susu
TEKNIK
PENGOLAHAN SUSU
Susu
adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuan penyediaan makanan
bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan tunggal
bagi mahluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi
yang sempurna.
1.
SUSU PASTEURISASI
Contoh
susu pasteurisasi :
ü Susu
Indomilk Pasteurisasi
ü Susu
Segar
ü Cimory
ü Greenfield
Real Milk
ü Susu
Sapi
Susu yang akan dijual sebelumnya dipanaskan
secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang mungkin terdapat di dalamnya
dapat dimusnahkan. Proses pemenasan tersebut disebut pasteurisasi. Pada umumnya
proses pasteurisasi dilakukan dengan mamanaskan susu pada suhu 62oC
selama 30 menit. Bila ingin lebih cepat dapat digunakan suhu 72oC selama
15 detik.
Meskipun bakteri patogen sudah dimusnahkan, tetapi
bakteri non patogen, terutama bakteri pembusuk masih hidup. Jadi susu
pasteurisasi, buka merupakan susu awet. Dalam penyimpanannya, biasanya susu
pasteurisasi digabungkan dengan metode pendinginan. Untuk memperpanjang daya
simpannya, susu pasteurisasi disimpan pada suhu maksimal 10oC, lebih
dingin lebih baik. Pada suhu tersebut mikroba pembusuk meskipun tidak mati,
tetapi tidak dapat tumbuh dan berkembang. Pada saat pasteurisasi, bukan hanya
bakteri patogen yang mati, tetapi beberapa jenis enzim juga dimatikan. Enzim
yang terpenting adalah posfatase. Enzim tersebut memiliki daya tahan panas yang
sedikit lebih tinggi daripada bakteri patogen penyebab tbc. Karena itu, untuk
mendeteksi apakah proses pasteurisasi sudah cukup atau belum,
dilakukan tes atau uji posfatase. Bila uji posfatase
negatif, proses pasteurisasi sudah baik atau cukup.
Pada
umumnya di Industri pengolahan susu, proses pasteurisasi terdiri atas
tahap-tahap
sebagai berikut : penerimaan susu segar, pencampuran dan
pemanasan,
penyaringan, homogenisasi, pasterurisasi, pendinginan dan
pengemasan.
Penerimaan
Susu
Biasanya susu segar diperoleh dari pemerahan yang
dilakukan selama 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari. Susu segar yang diterima
dari pemerahan sore dimasukkan ke dalam tangki pendingin dan digabungkan dengan
susu segar yang diterima hasil pemerahan pagi hari berikutnya. Sebelum diolah,
susu segar diuji lebih dahulu, yang meliputi uji alkohol, berat jenis, pH dan
kadar lemak. Hasil uji alkohol harus menunjukkan negatif (tidak pecah, jika
dicampur alkohol 70% 1 : 1), berat jenis minimal 1.028, pH 6.5 – 6.8 dan kadar
lemak minimal 2.8 %.
Pemanasan
dan Pencampuran
Tahap ini diperlukan untuk menyeragamkan susu dan
dapat dicampur bahan lain seperti gula atau perasa/pewarna makanan, dengan cara
dimasukkan ke dalam tangki yang berpengaduk (agotator) dan dapat diatur
suhunya. Susu dalam tangki mula-mula dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 50
– 60oC dengan tujuan untuk menginaktifkan enzim lipase yang
menyebabkan susu menjadi tengik. Selanjutnya susu dialirkan ke tangki penyaring
(filter tank), untuk menisahkan padatan dan kotoran yang mungkin masih terdapat
dalam susu.
Homogenisasi
Tujuan utama proses homogenisasi pada pengolahan
susu adalah untuk memecahkan butiran-butiran lemak yang sebelumnya berukuran 5
mikron menjadi 2 mikron atau kurang. Dengan cara ini susu dapat disimpan selama
48 jam tanpa terjadi pemisahan krim pada susu. Proses homogenisasi terjadi
karena adanya tekanan yang tinggi dari pompa pada alat homogenizer. Susu yang
telah dihomogenisasi selanjutnya ditampung dalam tangki penampungan,
selanjutnya dialirkan menuju tangki pemanas (pasteurizer) melewati plate heat
exchanger. Suhu keluaran produk dari alat ini dapat mencapai suhu 80 – 85oC
dan mengalir menuju tangki pasteurisasi.
Pasteuriasi
Proses pasteuriasi dilakukan umumnya menggunakan
metode HTST (High Temperature Short Time) yaitu dengan pemanasan 80 – 90oC
selama 15 detik. Selanjutnya susu akan melewati plate cooler sebelum ditampung
ke TANGKI penampungan akhir (surge tank).
Pendinginan
Proses pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu
secara cepat dari suhu 80 – 90oC menjadi 5–10oC sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Pendinginan biasanya dilakukan
dengan melewatkan susu ke serangkaian plate cooler.
Pengemasan
Dari plate cooler susu dialirkan ke tangki
penampungan akhir yang biasanya diletakkan pada tempat yang tinggi (sekitar 3 m
dari lantai). Susu yang akan dikemas dialirkan melalui keran dengan bantuan
gaya gravitasi. Susu pasteuriasi dapat dikemas dalam kantong plastik, polycap
atau dikemas dalam tetrapack. Setelah dikemas, susu pasteuriasi disimpan pada
suhu 0 – 15oC.
2.
SUSU EVAPORASI
Contoh susu evaporasi adalah :
ü Nestle
Carnation
ü Bear
band
ü Lucky
Cow
ü Mari
Gold Dawn
ü F
& N
Susu murni yang
dipanaskan selama beberapa waktu akan terubah menjadi evaporated milk. Susu ini terbentuk melalui pemanasan
susu dengan menggunakan pompa vakum untuk menghilangkan kira-kira 60% kadar
airnya. Selain penghilangan air, dalam pembuatan evaporated milk ini juga dilakukan penambahan
vitamin D serta standardisasi nutrisi. Selanjutnya susu ini akan dipanaskan
pada suhu 115,5 - 118,5 °C selama 15 menit untuk sterilisasi. Hasilnya, evaporated milk akan berstruktur lebih pekat
dibandingkan susu murni, dan mengandung kira-kira 25% padatan susu bukan lemak
3. SUSU KENTAL MANIS
Contoh susu kental manis :
ü
Frisian flag
ü
Omela
ü
Susu 3 sapi
ü
Kremer
ü
Nestle Nona
Susu
kental manis atau biasa disebut sweetened condensed milk adalah susu segar atau
susu evaporasi yang telah dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya dan
kemudian ditambahkan gula sebagai pengawet. Susu kental manis dapat ditambah
lemak nabati dan vitamin. Susu kental manis dapat juga tidak dari susu segar
atau susu evaporasi, yang disebut susu kental manis rekonstitusi. Susu kental
manis rekonstitusi terbuat dari bahan-bahan seperti susu bubuk skim, air, gula,
lemak, vitamin dan lain-lain, sehingga diperoleh susu dengan kekentalan
tertentu.
Pada pembuatan susu kental manis yang asli,
pertama-tama susu dipanaskan pada suhu 65 – 95oC selama 10 – 15
menit dengan tujuan membantu menstabilkan susu selama penyimpanan dan membunih
mikroba patogen dan enzim. Selanjutnya ditambah gula sampai konsentrasinya
mencapai 62.5 %. Selanjutnya susu diuapkan dengan evaporator vakum pada tekanan
47 mmHg dan suhu 51oC, sampai diperoleh kekentalan yang dikehendaki
atau total padatan telah mencapai 70 – 80 persen bahan kering, dengan kadar air
20 – 30 persen. Selanjutnya diisikan ke kaleng dan dilakukan penutupan. Pengolahan
SKM di Indonesia banyak dilakukan dengan cara rekonstitusi, yaitu mencampurkan
kembali bahan-bahan baku SKM hingga membentuk emulsi susu yang manis dan cukup
kental. Untuk memperoleh susu yang lebih kental, dilakukan penguapan sebagian
air dari campuran tersebut. Dengan cara rekonstitusi, jumlah air yang harus
diuapkan pada pembuatan SKM jauh lebih sedikit, karena total padatan yang
diperoleh dari hasil penggabungan kembali (rekonstitusi) telah mencapai 70.7 –
70.9 persen.
Tahap-tahap pembuatan SKM dengan cara rekonstitusi
meliputi : pancampuran bahan-bahan, penyaringan, homogenisasi, pasteuriasi,
pengentalan dan pengalengan. Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah air,
susu bubuk skim, lemak susu atau lemak nabati, gula pasir dan vitamin-vitamin.
4.
SUSU BUBUK
Contoh susu bubuk yakni :
ü Dancow
ü Prenagen
ü Sustagen
ü Lactogen
ü SGM
Berdasarkan SNI 3752-2009, yang dimaksud susu bubuk
adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air
melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah
dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan
tambahan pangan yang diizinkan. Deputi MENLH (2006) menyebutkan bahwa pembuatan
susu bubuk merupakan salah satu upaya untuk mengawetkan susu sehingga dapat tahan
lebih lama. Susu jenis ini dapat langsung dibedakan dari bentuk dan penampilannya.
Produk susu bubuk merupakan hasil proses penguapan dan pengeringan dengan cara
penyemprotan dalam tekanan tinggi.
Kadar air susu bubuk sekitar 5%. Proses pembuatannya
melalui tahap pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Pemanasan pendahuluan
bertujuan untuk menguapkan air sehingga tinggal sekitar 45 - 50%. Pemanasan
pendahuluan menggunakan temperatur antara 65-170oC, tergantung jenis
susu bubuk yang akan dibuat. Susu bubuk penuh menggunakan suhu yang rendah
dibanding susu bubuk skim. Chan (2008) mengklasifikasikan susu bubuk ada
beberapa jenis seperti berikut:
a. Susu
bubuk full cream, susu bubuk dengan kandungan lemak sampai 100%
b. Susu
bubuk half cream, susu bubuk kandungan lemaknya dikurangi hingga hanya
50%
c. Susu
skim, susu bubuk yang kandungan lemaknya hanya sekitar 10%
d. Whey
powder, merupakan bahan sisa dari proses pembuatan susu
bubuk.
Proses Produksi Susu Bubuk
Susu bubuk (powdered milk) berasal dari susu
segar yang dikeringkan. Umur simpan susu bubuk maksimal adalah 2 tahun dengan penanganan
yang baik dan benar. Susu bubuk rentan terhadap perubahan gizi karena mudah
beroksidasi dengan udara
Proses pembuatan susu bubuk formula
merupakan salah satu contoh alternatif pengolahan dan pengawetan susu dengan
cara menurunkan kadar air susu dari 87% (susu segar) menjadi 3% (susu bubuk)
dengan cara spray drying.
Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan aktivitas
air (aw) sehingga menekan pertumbuhan mikroba. Bakteri dan khamir
terhambat petumbuhannnya pada kadar aw 0,65, sedangkan bakteri
pertumbuhannya terhambat pada aw 0,75. Dalam keadaan kering, tidak ada
bakteri atau khamir yang dapat hidup hingga susu dapat bertahan lama. Mula-mula
susu dikentalkan dalam keadaan tekanan rendah, kemudian diembuskan melalui
semprotan halus hingga menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
1.
Pengujian
Mutu
Uji mutu adalah kegiatan pertama yang dilakukan
sebelum susu diproses. Mutu susu segar tergantung dari beberapa faktor, seperti
sapi perah, manusia, lingkungan, dan kebijaksanaan perusahaan. Pengujian
bertujuan untuk memeriksa kualitas bahan baku meliputi rasa, kandungan bakteri
dan komposisi protein dan lemak.
2.
Penyaringan
(penjernihan)
Proses penyaringan susu bertujuan memisahkan
benda-benda pengotor susu yang terbawa saat proses pemerahan. Penyaringan juga
bertujuan untuk menghilangkan sebagian leukosit dan bakteri yang dapat
menyebabkan kerusakan susu selama penyimpanan.
3.
Pasteurisasi
Dari tangki penampungan, susu dipasteurisasi dengan
cara dipanaskan untuk membunuh bakteri pathogen. Teknis pasteurisasi dapat
dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu High Temperature Short Time (HTST)
yaitu pasteurisasi dilakukan pada suhu tinggi dengan waktu yang sangat pendek
dan pasteurisasi yang dilakukan pada suhu rendah dengan waktu yang cukup lama.
4.
Evaporasi
Evaporasi dilakukan untuk mengurangi kandungan air
dengan failing film yang terdapat pada alat evaporasi, sehingga
penguapan dapat dilakukan dengan tepat dan waktu kontak dengan media
pemanas singkat. Alat pemanas yang digunakan adalah steam yang
bekerja pada tekanan vakum, agar penguapan air dalam susu dapat berlangsung
pada temperatur yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak susu.
5. Pencampuran
Dari tangki penyimpanan susu dipanaskan sebelum
dialirkan ke tangki pencampur yang berisi bahan-bahan tambahan seperti protein,
mineral, vitamin dan lain-lain. Tujuan pemanasan adalah menurunkan viskositas
susu sehingga mempermudah proses pencampuran.
6.
Homogenisasi
Homogenisasi adalah perlakuan mekanik (mechanical
treatment) pada butiran lemak dalam susu dengan tekanan tinggi melalui
sebuah lubang kecil. Homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan ukuran
globula-globula lemak susu menjadi rata-rata 2 mikron, menggunakan sistem High
Presssure Pump (HPP) yang melewati sebuah lubang kecil dengan alat homogenizer.
7.
Pengeringan
Proses pengeringan susu dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan freez drying dan spray drying. Freeze drying
adalah penguapan susu dilakukan pada keadaan vakum, air tersublimasi
keluar dari susu. Proses spray drying adalah menyemprotkan
butiran halus ke dalam aliran udara panas. Pengeringan spray drying melalui
tahapan sebagai berikut (a) evaporasi, pengupan air susu dari kadar air
88% menjadi 50%, (b) spraying adalah pengeringan seprot untuk menghasilkan
bubuk (powder) dan (c) pengeringan lanjut (after dyer) adalah penguapan
partikel dari bubuk susu.
8. Finishing
dan Pengemasan
Pada proses ini inti bubuk susu yang dihasilkan
kemudian dicampurkan dengan bahan lain sesuai dengan formula yang diinginkan.
Selanjutnya susu tersebut masuk dalam tahap pengemasan (dalam kaleng atau aluminium
foil) menggunakan mesin flling hooper.
5.
KEJU
Contoh produk keju adalah :
ü Keju
Kraft
ü Prochiz
ü Calf
ü Cheddar
ü Chesy
Keju merupakan suatu produk pangan
yang berasal dari hasil penggumpulan (koagulasi) dari protein susu. Susu yang
digunakan untuk pembuatan keju adalah susu sapi walaupun susu dari hewan
lainnya juga dapat digunakan. Selain dari kasein (protein susu), komponen susu
lainnya seperti lemak, mineral-mineral dan vitaminvitamin yang larut dalam
lemak juga terbawa dalam gumpalan partikel-partikel kasein. Sedangkan
komponen-komponen susu yang larut dalam air tertinggal dalam larutan sisa dari
hasil penggumpalan kasein yang disebut whey. Dewasa ini, terdapat
berbagai macam dan jenis keju, tergantung dimana keju tersebut dibuat, jenis
susu yang digunakan, metode pembuatannya dan perlakuan yang digunakan untuk
proses pemeraman atau pematangannya. Cara yang umum digunakan untuk
mengklasifikasi keju adalah berdasarkan tekstur dan proses pemeraman atau
pematangan. Berdasarkan teksturnya keju diklasifikasi menjadi :
1.
Keju sangat keras
2.
Keju keras
3.
Keju semi keras dan
4.
Keju lunak
Berdasarkan
pemaramannya, keju diklasifikasi menjadi :
(a)
Keju peram dan
(b)
Keju tanpa peram
Dan
keju peram masih dapat diklasifikasikan menjadi :
(a)
Diperam dengan bakteri dan
(b)
Diperam dengan kapang
Berikut ini adalah contoh sifat-sifat keju
berdasarkan klasifikasi tersebut :
1. Keju sangat keras
Keju jenis ini mempunyai kadar air 30 – 35%, dan
diperam dengan bakteri. Contohnya : “Romano cheese”, “Parmesan cheese” dan
“Asiago cheese”.
2. Keju keras
Keju jenis ini mempunyai kadar air lebih dari 35%
sampai dengan 40% dan diperam dengan bakteri. Keju jenis ini diklasifikasi
menjadi :
1)
Tekstur tertutup, contohnya : “Cheddar cheese”, “Edam cheese”, “Gouda cheese”,
“Colby cheese” dan Provolone cheese” dan
2)
Tekstur terbuka (mempunyai lobang-lobang pada permukaan-nya), contohnya :
“Swiss cheese”, Ementalerc-cheese” dan “Gruyere cheese”.
3. Keju semi keras
Keju jenis ini mempunyai kadar air lebih dari 40%
sampai dengan 45% dan
diklasifikasi
menjadi :
1)
Diperam dengan bakteri, contohnya : “Brick cheese” dan
2)
Diperam dengan kapang, contohnya : “Roquefort cheese”.
4. Keju lunak
Keju jenis ini diklasifikasi menjadi : Keju peram
dan keju tanpa peram. Keju lunak peram mempunyai kadar air lebih dari 45%
sampai 52% terdiri dari yang diperam dengan kapang : “Camembert cheese” dan
yang diperam dengan bakteri : “Limburger cheese”. Keju lunak tanpa peram dengan
kadar air lebih dari 52% sampai dengan 80% terdiri dari yang berkadar lemak rendah
: “Cottage cheese” (0.5 – 1.5%) dan berkadar lemak tinggi : “Cream cheese’ (30%
lemak) dan “Neufchalel cheese” (29% lemak). Oleh karena terdapat berbagai jenis
keju, tahap-tahap terperinci dalam proses pembuatannya juga sangat bervariasi.
Tahap-tahap yang terpenting dalam proses pembuatan
keju adalah : pasteurisasi, pengumpalan
kasein (protein susu), pemisahan “whey”, pencetakan dan pengepresan serta
pemeraman. Pemeraman keju dilakukan dengan cara menyimpan keju yang telah dilapisi
dengan parafin pada suhu 2 – 150C dengan kelembaban sekitar 70 – 80% selama 3 –
7 bulan. Semakin lama pemeraman dilakukan, semakin kuat cita rasa keju yang
terbentuk. Selama pemeraman, keju, mengalami berbagai perubahan yang membentuk
cita rasa, aroma dan teksturnya yang spesifik.
Perubahan-perubahan yang terjadi adalah sebagai
berikut :
·
Pemecahan protein menjadi peptida dan
asam amino yang lebih sederhana.
·
Pemecahan lemak menjadi berbagai asam
lemak yang mudah menguap seperti asam asetat dan propionat.
·
Pemecahan laktosa, sitrat dan
senyawa-senyawa organik lainnya menjadi bermacam-macam asam, ester, alkohol dan
senyawa-senyawa pembentuk flavor dan aroma yang mudah menguap.
·
Perubahan-perubahan tersebut disebabkan
oleh bermacam-macam enzim yang ada dalam renin, dan oleh bakteri, jamur dan
ragi yang tumbuh di dalam atau pada keju. Perlakuan yang diberikan pada tahu
susu sebelum pematangan dan lingkungan di mana keju itu disimpan, mempengaruhi
atau menentukan perubahan-perubahan yang terjadi. Beberapa jenis keju
diinokulasikan dengan jasad renik penghasil cita-rasa dan sifat-sifat lain yang
khas. Misalnya keju “roquefort” ditambahkan spora jamur Penicillium roquefortii
dan waktu untuk 15oC. Dalam pemeraman keju “camembert” digunakan
Penicillium camembertii dan dalam pemeraman keju “Swiss” diperlukan
bakteri Propionibacterium shermanii.
Tahap-tahap
pembuatan keju dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Pembuatan Starter Keju
a.
Masukkan 500 ml susu segar ke dalam gelas erlenmeyer, lalu tutup rapat dengan
kapas.
b.
Panaskan susu segar tersebut pada butir a dalam autoklav pada suhu 25oF
(121oC) selama 15 menit.
c. Setelah dingin, tambahkan bubuk
kultur starter keju sebanyak 0.1
d. Peram di dalam inkubator pada suhu
300C selama 24 sampai dengan 48 jam.
e.
Starter yang dihasilkan pada butir disebut starter induk yang harus disimpan dalam
lemari pendingin pada suhu 300oC.
f.
Apabila akan digunakan untuk pembuatan keju, starter induk pada butir e harus
diperbaharui kembali dengan cara yang sama seperti cara pembuatan starter
induk.
2.
Penentuan Dossis Rennet
a.
Apabila rennet berbentuk tepung atau tablet, larutkan dalam sejumlah tertentu air
destilata sesuai petunjuk.
b.
Apabila rennet berbentuk cairan, lakukan pengenceran seperlunya.
c.
Masukkan 100 ml susu segar ke dalam gelas piala.
d.
Panaskan dengan api kecil sampai mencapai suhu 350C.
e.
Tambahkan 1 ml larutan rennet yang telah dipersiapkan ke dalamnya dan segera aduk
sampai homogen. Catat waktunya pada waktu menambahkan larutan rennet.
f.
Gerakkan sepotong lidi halus secara perlahan-lahan dalam susu tersebut pada butir
e.
g.
Rasakan adanya kesukaran untuk menggerakan lidi dalam susu tersebut pada butir
e. Catat waktunya pertama sekali terasa kesukaran menggerakan lidi dalam susu
tersebut pada butir e.
h.
Hitung lamanya antara waktu penambahan larutan rennet ke dalam susu dengan
waktu pertama sekali terasa kesukaran menggerakan lidi dalam susu.
i.
Hitung dosis penambahan larutan rennet sebagai berikut :
100 x 10
X
= -----------, yang mana :
1 x t
Keterangan :
100 :
adalah 100 ml volume susu yang digunakan untuk pengujian
10
: adalah 10 menit lamanya waktu
yang diharapkan terjadinya koagulasi atau pengumpalan protein kasein susu
1
: adalah 1 ml larutan rennet yang
ditambahkan ke dalam 100 ml susu
untuk
pengujian
t
: adalah lamanya antara waktu
penambahan rennet ke dalam susu dengan waktu pertama kali terasa kesukaran
menggerakan lidi dalam susu.
X
: volume susu (ml) yang dapat
dikoagulasikan atau digumpalkan oleh 1 ml larutan rennet dalam waktu 10 menit.
3.
Cara Pembuatan Keju
a.
Pasteurisasi susu yang akan diolah pada butir 2 pada suhu 650oC
selama 15 menit.
b.
Setelah pasteurisasi, dinginkan susu sampai suhu 400oC.
c.
Tambahkan kalsium khlorida 25% sebanyak 2 ml per liter susu yang diolah dan
larutan rennet sebanyak sesuai dengan hasil pengujian aktivitas rennet, aduk
dan diamkan sampai terjadi koagulasi atau pengumpalan tahu susu dengan sempurna
dalam waktu 10 – 15 menit.
d.
Potong-potong gumpalan tahu susu yang terbentuk dengan ukuran 3 x 3 cm dengan
menggunakan pisau tangkai panjang.
e.
Panaskan kembali tahu susu yang telah dipotong-potong pada butir 5 sampai temperatur
400C agar cairan “whey” keluar sempurna.
f.
Persiapkan alat cetakan keju, lapisi dasarnya dengan kain penyaring, lalu tuangkan
tahu susu ke dalam cetakan keju tersebut dan kemudian tekan selama 2 – 3 jam
sampai sisa “whey”nya keluar seperti cetakan keju yang digunakan.
g.
Rendam keju yang terbentuk dalam larutan garam jenuh selama 12 – 24 jam.
h.
Setelah perendaman dalam larutan garam, angin-anginkan pada suhu kamar selama 1
hari sampai terbentuk kulit pada permukaannya.
i.
Setelah kulit terbentuk, lapisi permukaannya dengan parafin dengan cara mencelupkan
ke dalam parafin cair.
j.
Setelah dilapisi parafin, peram keju tersebut pada suhu 3 – 40C, kelembaban relatif
70% - 75% selama 6 – cita rasa keju yang spesifik.
6.
ES KRIM
Contoh produk es krim yakni :
ü Magnum
ü Campina
ü Walls
ü Vienneta
ü Luvelite
Standar Nasional Indonesia (1995) menetapkan
komposisi es krim yang memenuhi syarat mutu es krim adalah lemak minimum 5
persen, gula dihitung sebagai sakarosa minimum 8 persen, protein minimum 2,7 persen
dan jumlahan padatan minimum
3,4
persen.
Es krim yang diproduksi oleh industri modern komersial
dibuat dari campuran bahan-bahan yaitu 10 – 16 persen lemak susu, 9 – 12 persen
solid non fat, 12 – 16 persen gula (kombinasi dari sukrosa dan atau pemanis
sirup jagung berdasarkan-glukosa), 0,2 – 0,5 persen stabilizer dan emulsifiers
(misalnya agar atau carragenan dari rumput laut), 55 – 64 persen air yang berasal
dari susu padat atau bahan lain.
Es krim dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu
standat, premium dan super premium. Perbedaan ketiga jenis tersebut berdasarkan
kandungan lemak dan komponen solid non lemak atau susu skim. Es krim yang
termasuk kategori super premium memiliki kadar lemak paling tinggi yaitu
sekitar 17 persen dan memilki solid non lemak paling rendah yaitu 9,25 persen.
Es krim premium mengandung 15 persen lemak dan 10 persen solid non lemak.
Sedangkan es krim standar memiliki kadar lemak 10 persen lemak dan kadar solid
non lemak 11 persen.
Bahan emulsifier dipakai untuk memperbaiki telstur
es krim yang merupakan campuran air dan lemak. Molekul emulsifier akan menggantikan
membrane protein, satu ujung molekul akan melarut di air, sedangkan ujung
lainnya akan melarut di lemak. Lecitin, molekul yang terdapat dalam kuning telur,
adalah contoh emulsifier alami. Selain itu, dapat digunakan mono atau
di-gliserida atau polisorbat yang dapat mendispersikan globula lemak dengan
lebih efektif. Sedangkan bahan penstabil berfungsi menjaga air di dalam es krim
agar
tidak
membeku besar dan mengurangi kristalisasi es. Bahan penstabil yang umum
digunakan dalam pembuatan es krim dan frozen dessert yang lain adalah CMC (
carboxymethyl cellulose), gelatin, Naalginat, karagenan, gum arab, dan pectin.
Proses pembuatan es krim meliputi persiapan bahan,
pencampuran , pasteurisasi, homogenisasi, pendinginan, dan pengemasan..
Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen. Homogenisasi
berfungsi untuk meningkatkan kekentalan adonan. Pendinginan berfungsi menghentikan
pemanasan berlanjut . Selanjutnya adonan es krim dialirkan ke bagian pengisian
dan dikemas.
Pengocokan atau pengadukan merupakan kunci dalam
pembuatan es krim karena itu selama proses pembekuan, adonan harus
diguncang-guncang. Proses pengguncangan ini mempunyai dua tujuan . Tujuan yang
pertama untuk mengecilkan ukuran kristal es yang terbentuk. Dan tujuan yang
kedua dari proses ini supaya terjadi pencampuran udara ke dalam adonan es krim.
Gelembung-gelembung udara yang tercampur ke dalam adonan es menghasilkan busa
yang seragam homogen. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengadukan pada saat pendinginan
ini akan merusak membram protein yang mengelingi globula-globula lemak, dan
jika membrane protein ini rusak maka globukaglobula lemak dapat saling mendekat
dan kemudian krim akan naik ke permukaan. Hal seperti ini jelas tidak
diinginkan dalam pembuatan es krim. Cara mencegah naiknya krim ke permukaan
adalah dengan menambahkan emulsifier pada campuran. Molekul emulsifier ini akan
menggantikan membrane protein.
Proses pembuatan es krim diawali dengan menyusun
formula atau menyeleksi dan menghitung bahan-bahan untuk menentukan komposisi
es krim yang dikehendaki. Proses pembuatan es krim meliputi beberapa tahapan
yakni sebagai berikut :
Ø Pencampuran
Bahan-bahan cair ditimbang dalam bejana
pencampur, dipanaskan dahulu sampai kira-kira 40o – 50oC
dimana bahan-bahan kering seperti gula dan bahan penstabil ditambahkan dan
dicampurkan supaya larut dengan baik.
Ø Pasteurisasi
Pasteurisasi campuran es krim bertujuan
untuk membunuh mikroba patogen, melarutkan bahan kering dan meningkatkan cita
rasa. Selama pasteurisasi adonan harus selalu diaduk.
Ø Homogenisasi
Sementara campuran masih panas, campuran
dibuat homogen untuk mengurangi waktu yang diperlukan bagi “pematangan” campuran
itu dan untuk mengatur kekentalan sehingga dapat memperbaiki tekstur dan massa
es krim. Campuran ini kemudian didinginkan sampai kira-kira 4oC dan
bahan-bahan flavour ditambahkan.
Ø Pembekuan
dan pembuihan
Pembekuan dan pembuihan memberikan
pengaruh penting pada tekstur es krim yang mengeras. Teknik pembekuan dilakukan
sesuai dengan alat pembekuan, tujuannya adalah membekukan sampai suhu terendah,
secepat mungkin dan mendapatkan kelebihan yang cukup yakni naiknya volume es
krim (100 – 120%) selama pembekuan karena penyatuan gelembung udara yang halus
dalam proses pembuihan. Kandungan lemak dan agar-agar cenderung untuk membatasi
jumlah udara yang dapat disatukan, sedangkan bahan padat susu bukan lemak
mempunyai pengaruh yang berlawanan. Pembekuan dan pembuihan dilakukan
menggunakan sistem batch atau proses yang terus menerus, keduanya dilakukan
pada suhu rendah yakni -10oC. Pembekuan harus dilakukan secepat
mungkin supaya tidak terbentuk kristal es yang besar yang akan mengakibatkan
tekstur yang kurang bermutu.
7.
SUSU FERMENTASI
Contoh
beberapa jenis susu fermentasi adalah :
ü Nice
ü Yakult
ü Kefir
ü Dadih
ü Calpico
Tahap-tahap penting
proses pembuatan yogurt secara umum meliputi : pasteurisasi, inokulasi, dan
inkubasi. Diagram alir proses pembuatan yogurt dimulai dengan penggunaan
mikroba berupa Lactobacillus bulgaricus
atau Strepcoccus thermiphilus atau
campuran lainnya.
Komentar
Posting Komentar