LAPORAN GENETIKA KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
Laporan
Praktikum Genetika
KEANEKARAGAMAN
MAKHLUK HIDUP
Disusun Oleh :
Nama : Yuli Hardiyanti
NIM : 4122220013
Kelas
: Biologi Nondik A 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum Genetika merupakan salah
satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa yang berada di semester V,
dengan beban sks sebanyak 1. Jadi adapun bentuk aplikatif yang saya lakukan
untuk menjalankan perkuliahan di mata kuliah ini adalah mengikuti praktikum
dengan judul bab “Keanekekaragaman Makhluk Hidup” guna memenuhi sks yang telah
diambil untuk mata kuliah praktikum genetika.
Makhluk hidup yang terdiri atas
tumbuhan, hewan dan manusia memiliki perbedaan antara satu organisme dengan
organisme lain pada species yang sama, hal inilah yang kita sebut dengan
keanekaragaman. Adanya keanekaragaman makhluk hidup ini disebabkan karena
adanya faktor genetic berupa proses mutasi, dan rekombinasi DNA, maka untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana adanya keanekaragaman tumbuhan, hewan dan
manusia secara nyata di alam, jadi kami menjadikan hasil laporan pengamatan ini
sebagai modal awal untuk melakukan riset mini dalam ruang lingkup
keanekaragaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari
pengamatan ini adalah :
1. Untuk
menyelesaikan sks yang telah diambil untuk mata kuliah praktikum Genetika di
semester V.
2. Untuk
mengetahui adanya variasi (keanekaragaman) genetika dalam suatu species
tumbuhan, hewan dan manusia.
3.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa
mampu menjadikan mata kuliah praktikum genetika sebagai modal awal untuk
pengembangan bakat penelitian.
2. Mahasiswa
mampu menyelesaikan sks praktikum genetika dengan nilai baik.
3. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi adanya variasi pada species makhluk hidup tersebut
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Biodiversitas /
Keanekaragaman
Sejumlah
variasi yang ada pada makhluk hidup baik variasi gen, jenis dan ekosistem yang
di suatu lingkungan tertentu, inilah yang disebut dengan keanekaragaman. Keanekaragaman meliputi keanekaragaman gen,
jenis. Keanekaragaman jenis ditentukan dari kemampuannya untuk dapat saling
kawin secara bebas. Individu sejenis dapat melakukan perkawinan untuk
menghasilkan keturunan yang menyerupai tetuanya. Sifat seperti itu tidak
terjadi pada individu yang berbeda jenis. Dan untuk mengetahui keanekaragaman
hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, dengan mengamati cirri-ciri
fisiknya. Sedangkan keanekaragaman gen dikendalikan oleh sepasang faktor
keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina, yang
mana dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam suatu jenis.
Keanekaragaman
Genetika dapat terjadi karena adanya perubahan nukleotida penyusun DNA,
perubahan ini mungkin dapat mempengaruhi fenotipe suatu organisme yang dapat
dipantau dengan mata telanjang atau mempengaruhi reaksi individu terhadap
lingkungan tertentu. Secara umum keanekaragaman genetik dari suatu populasi
dapat terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi atau migrasi gen dari satu tempat
ke tempat lain (Dwi Suriyatno. 2003)
2.2 Variasi Ikan
Terdapat 6 komoditas
unggulan ikan air tawar salah satunya adalah ikan Nila (Oreochromis sp), pada
tahun 1696 ikan nila pertama kali di introduksi dari Taiwan, selanjutnya ikan
nila hitam didatangkan dari Thailand tahun 1994, dan ikan nila merag
didatangkan dari Thailand tahun 1989. Perkembangan budidaya ikan nila yang
pesat ini tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas genetik. Sebagian produk
yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan kualitas genetik yang ditandai
dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan yang lambat, tingkat kematian tinggi,
dan matang kelamin usia dini.
Upaya yang dilkukan untuk perbaikan
kualitas genetic pada ikan nila adalah melalui program seleksi induk dari
persilangan. Persilangan dilakukan untuk mencegah terjadinya kemunduran genetik
yang biasa terjadi akibat pindah silang. Persilangan merupakan salah saru
kegiatan pemuliaan, dasar dari pemuliaan adalah harus mengetahui tingkat
keragaman genetic dan potensi keragaman genetik (Erma et al. 2010).
Variasi genetik ikan menggambarkan
adanya keragaman dalam satu species, adanya keragaman terlihat dari
karakteristik ikan, baik dari dalam (genotype) maupun dari luar (fenotipe).
Bila dilihat secara genotype, variasi genetic yang terdapat pada ikan hasil
persilangan memiliki variasi yang berbeda-beda. Untuk melihat variasi genetic
tersebut dan mengetahui kekerabatan antara satu individu dengan individu
lainnya, maka dilakukan dengan pendekatan molekuler (Erma et al. 2010).
2.3 Variasi Tumbuhan
Bunga Krisan merupakan
salah satu jenis bunga potong yang popular dan banyak diminati oleh konsumen
karena bentuk dan warnanya yang menarik serta ukuran yang bervariasi. Sama
halnya bagian tanaman hidup lainnya, bunga potong krisan memerlukan air dan
nutrisi untuk mempertahankan kesegarannya. Setelah bunga dipotong dari induk
tanaman akan terhenti proses alamiah berupa pengangkutan air dan zat makanan
dari akar, dan untuk kelangsungan hidupnya mengandalkan cadangan air dan
nutrisi yang ada. Maka untuk itu diperlukan larutan penyegar yang dapat
memperpanjang masa simpan bunga potong. Larutan ini mengandung karbohidrat yang
dikombinasikan degan germisida dan asam sitrat (Desi, et al. 2012).
Krisan merupakan tanaman yang mudah
penanamannya, perbanyakan dengan stek batang atau anakan akan menghasilkan
bunga dalam waktu tiga bulan saja. Mengingat hal tersebut maka tanaman ini
membutuhkan perhatian yang besar dalam hal budidayanya. (Nurhalisyah. 2007). Beberapa variasi species dari bunga krisan adalah
Chrysanthemum morifolium var reagen
pink, Chrysanthemum morifolium var
puma purple, Chrysanthemum morifolium var
evergreen, Chrysanthemum morifolium var
boris becker, Chrysanthemum morifolium var
stroika, Chrysanthemum morifolium var
tiger, Chrysanthemum morifolium var
remix purple, Chrysanthemum morifolium var
jaguar red dengan memperlihtkan adanya perbedaan morfologi bunga krisan
tersebut (Anika, et al. 2013)
Bunga kertas (Zinnia sp) merupakan salah satu bunga hias alternatif untuk dikembangkan
di Indonesia, yang mana dapat dilakukan dengan kultur jaringan yakni
penambahan zat pengatur tumbuh.
Keragaman yang berhubungan dengan kultur jaringan (keragaman somaklonal) telah
menyediakan suatu sumber variasi dimana tekanan seleksi dapat menghasilkan
bentuk-bentuk unik pada suatu klon tanaman seperti pada bunga kertas. Penentuan
tipe variasi yang terjadi dapat dilihat dari keragaman pada kromosom atau DNA
tanaman.
Bunga tasbih pada family cannaceae dengan
nama lain bunga pisang-pisangan, yakni bunga yang berwarna merah kekuningan,
dengan daun bunga seperti daun pisang pada umumnya. Banyak terdapat jenis
varietas pada bungan canna indica yang
dapat dimanfaatan sebagai tananaman hias. Hubungan kekerabatan antar varietas
pada canna indica menggunakan pendekatan molekuler untuk menganalisis hubungan
kekerabatan antar species dalam family cannaceae. Pendekatan mengenai tanaman
canna melalui pendekatan karakter moerfologi masih jarang dilakukan. Dan
mengenai hubungan fenetik antar organisme melalui pendekatan morfologi juga
dibutuhkan, sebab karakter morfologi mudah dilihat sehingga dapat lebih cepat
dan mudah dalam memperoleh data dalam pengelompokkan atau hubungan kekerabatan
suatu organisme (Sumaryanti. 2012)
Pada Cannaceae, memiliki daun yang
berwarna hijau muda (tanpa corak) yakni merupakan Canna warsewiczii, dan didapat daun yang bercorak kombinasi antara
daun hijau gelap dengan merah keunguan dan tepi daun berwarna merah keuanguan
yakni bertipe dari species Canna indica.
2.4 Variasi Manusia
Perubahan bahan genetic atau mutasi
merupakan peristiwa yang berlangsung sepanjang sejarah kehidupan dan merupakan
penentu keragaman hayati yang ada di Bumi. Warna kulit manusia dari yang hitam
legam sampai yang albino merupakan refleksi dari variasi bahan genetic
pembentuk pigmen. Pada orang yang hitam legam dosis gen untuk pembentukan
melanin jauh lebih banyak dari pada orang yang berkuli terang.
Manusia cenderung memberikan label
khusus untuk varian ekstream manusia yang berada di luar kurva “normal”. Dari
sudut genetik buta warna atau tidak buta warna itu hanyalah variasi sekuen DNA
yang sifatnya netral, tidak ada yang lebih superior atau inferior. Variasi
genetic yang bersifat sangat letal pada umunya menghasilkan individu yang mati
premature atau berumur pendek, sedangkan seluruh varian yang terlahirkan ke
dunia secara kolektif merupakan “pools of genetic diversity” yang merupakan
bentuk toleransi di taraf molekuler untuk saling mengisi dan mencintai dalam
menghadapi seleksi alam. Dengan demikian, istilah mutan yang esensinya hanya
variasi genetic, mendapat arti negative karena digunakan untuk mengelompokkan
varian atau individu yang tidak seperti pada umumnya dan mendapat label
“abnormal”.
Di pihak lain, melalui transaksi
bahan genetik manusia juga telah menambah kekataan keanekaragaman manusia,
sebagai makhluk social semua manusia mempunyai bahan genetic penyandi karakter
untuk sesame (gen cinta) dengan berbagai variannya. Variasi gen sejenis
(variasi alel) tersebut dapat coexist secara damai di taraf molekuler untuk
merespons berbagai seleksi alam yang akan sangat menentukan eksistensi manusia
(Antonius Suwanto. 2006)
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan
Adapun untuk
pelaksanaan untuk keanekaragaman tumbuhan dan hewan dilaksanakan pada tanggal,
11 September 2014 di Laboratorium Biologi, Universitas Negeri Medan. Dan
percobaan dilanjutkan untuk mengamati keanekaragaman manusia yang dilaksanakan
pada tanggal 18 September 2014 di Laboratorium Biologi, Universitas Negeri.
3.2 Alat dan Bahan
Keanekaragaman
Tumbuhah dan Hewan
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Penggaris
|
1
Buah
|
2
|
Alat
Tulis
|
1
Set
|
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Bunga
Asteraceae
|
5 Species
|
2
|
Bunga
Bougenville
|
5 Species
|
3
|
Bunga
Canna
|
5 Species
|
4
|
Oreochromis sp
|
2 Species
|
5
|
Tilapia mossambica
|
1 Species
|
6
|
Cyprinus carpio
|
2 Species
|
Keanekaragaman
Manusia
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Karton
|
4 Lembar
|
2
|
Alat
Tulis
|
1 Set
|
3
|
Penggaris
|
1 Buah
|
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Difa
Diniandra
|
1 Orang
|
2
|
Rahma
Nur Aliyah
|
1 Orang
|
3
|
Roma
Duma
|
1 Orang
|
4
|
Siti
Hardiyanti
|
1 Orang
|
5
|
Yuli
Hardiyanti
|
1 Orang
|
6
|
Zebulon
Naftalip Situmeang
|
1 Orang
|
3.2 Prosedur Kerja
o Bunga
Asteraceae
1. Menyiapkan
5 species dari bunga Asteraceae
2. Mengamati
warna bunga, warna daun dan warna tangkai daun.
3. Mengukur
ukuran daun berupa panjang dan lebar daun.
4. Menghitung jumlah kelopak dan jumlah pita.
5. Menghitung
jumlah benangsari dan putik.
o Bunga
Canna
1. Menyiapkan
5 species dari bunga canna (bunga tasbih).
2. Mengamati
warna bunga, warna daun dan warna tangkai daun.
3. Menghitung
jumlah pelepah dan jumlah mahkota.
4. Menghitung
putik dan benangsari.
o Bunga
Bougenville
1. Menyiapkan
5 species dari bunga bougenville.
2. Mengamati
warna bunga, warna daun, dan warna tangkai daun.
3. Menghitung
jumlah kelopak, dan jumlah mahkota.
4. Mengukur
ukuran daun berupa panjang dan lebar daun.
5. Menghitung
jumlah benangsari dan putik.
o Oreochromis sp
1. Menyiapkan
5 species ikan Nila
2. Mengamati
warna seluruhnya dan warna sisik dari ikan Nila.
3. Menghitung
panjang dan lebar ikan Nila.
4. Mengukur
panjang dan tinggi sirip ikan Nila.
5. Mengukur
panjang sisik, lebar sisik dan tinggi sisik ikan Nila.
6. Menggambarkan
bentuk sisik ikan Nila.
o Manusia
1. Menanyakan
jenis golongan darah, A, B, O dan AB.
2. Mengamati
warna kulit, berwarna hitam atau coklat.
3. Mengamati
ibu jari tangan, berbentuk bengkok atau tidak bengkok.
4. Mengamati
bentuk rambut, bertipe keriting, lurus atau ikal.
5. Mengamati
bentuk telinga, bertipe gantung atau tidak gantung.
6. Mengamati
tapak kaki, bertipe leper atau datar.
7. Mengamati
bulu mata, bertipe lentik atau tidak lentik.
8. Mengamati
lidah, berbentuk melengkung atau tidak melengkung.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Keanekaragaman Tumbuhan
Bunga Aster
|
|||||
Parameter
|
KMM
|
KV
|
KP
|
KU
|
KL
|
Warna Bunga
|
Merah Muda
|
Violet
|
Putih
|
Ungu
|
Lembayung
|
Warna Daun
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Jumlah Putik
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Jumlah Benang Sari
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Jumlah Pita
|
130
|
200
|
169
|
260
|
121
|
Warna Tangkai Daun
|
Hijau Kecoklatan
|
Hijau Kecoklatan
|
Hijau Muda
|
Coklat
|
Hijau Muda
|
Ukuran Daun
|
p = 5 cm
|
p = 10,1 cm
|
p = 10,8 cm
|
p = 4,13 cm
|
p =5,5 cm
|
l = 1,1 cm
|
l =1,11 cm
|
l = 1,1 cm
|
l = 1,43 cm
|
l = 1,3 cm
|
|
Jumlah Kelopak
|
19,6
|
25
|
30
|
20
|
31,03
|
Keterangan
:
KMM = Krisan Merah Muda
KV = Krisan Violet
KP
= Krisan Putih
KU = Krisan Ungu
KL = Krisan Lembayung
|
KMM (%)
|
KV (%)
|
KP (%)
|
KU (%)
|
KL (%)
|
Warna Bunga
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Warna Daun
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Warna Tangkai
|
40
|
40
|
40
|
20
|
40
|
Jumlah Kelopak
|
15,6
|
19,89
|
23,87
|
15,91
|
24,69
|
Jumlah Putik
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Jumlah Benangsari
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Jumlah Pita
|
14,77
|
22,72
|
19,20
|
29,54
|
13,75
|
Luas Daun
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Bunga Bougenville
|
|||||
Parameter
|
BN
|
BU
|
BO
|
BP
|
BM
|
Warna Bunga
|
Nila
|
Ungu
|
Orange
|
Putih
|
Merah
|
Warna Daun
|
Hijau Kuning
|
Hijau Kuning
|
Hijau
|
Hijau Putih
|
Hijau
|
Jumlah Putik
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Jumlah Benang Sari
|
24
|
6
|
21
|
6
|
21
|
Jumlah Kelopak
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Warna Tangkai Daun
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Ukuran Daun
|
p = 4,6 cm
|
p = 4 cm
|
p = 5 cm
|
p = 4 cm
|
p = 4,6 cm
|
l = 4,3 cm
|
l = 2,6 cm
|
l = 3,6 cm
|
l = 3,3 cm
|
l = 4,3 cm
|
|
Jumlah Mahkota
|
15
|
15
|
15
|
15
|
15
|
Keterangan
:
BN = Bougenville Nila
BU = Bougenville Ungu
BO = Bougenville Orange
BP = Bougenville Putih
BM = Bougenville Merah
|
BN (%)
|
BU (%)
|
BO (%)
|
BP (%)
|
BM (%)
|
Warna Bunga
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Warna Daun
|
40
|
40
|
40
|
20
|
40
|
Warna Tangkai
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah Kelopak
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah Putik
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah Benangsari
|
30,1
|
7,7
|
27
|
7,7
|
27
|
Jumlah Mahkota
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Luas Daun
|
19,78
|
10,4
|
18
|
13,2
|
19,78
|
Bunga Tasbih (Canna)
|
|||||
Parameter
|
CH
|
CC
|
CK
|
CM
|
CO
|
Warna Bunga
|
Orange Hijau Kekuningan
|
Coklat
|
Kuning Orange
|
Merah
|
Orange
|
Warna Daun
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Jumlah Putik
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
Jumlah Benang Sari
|
5
|
1
|
5
|
0
|
5
|
Jumlah Pelepah
|
24
|
10
|
5
|
4
|
30
|
Warna Tangkai Daun
|
Merah Maron
|
Hijau Tua
|
Hijau
Muda
|
Merah Maron
|
Kuning
|
Jumlah Mahkota
|
5
|
1
|
5
|
0
|
5
|
Keterangan
:
CH = Bunga Canna Hijau
CC = Bunga Canna Coklat
CK = Bunga Canna Kuning
CM = Bunga Canna Merah
CO = Bunga Canna Orange
|
CH (%)
|
CC (%)
|
CK (%)
|
CM (%)
|
CO (%)
|
Warna Bunga
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Warna Daun
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Warna Tangkai
|
40
|
20
|
20
|
40
|
20
|
Jumlah Kelopak
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah Putik
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jumlah Benangsari
|
60
|
20
|
60
|
20
|
60
|
Jumlah Mahkota
|
60
|
20
|
60
|
20
|
60
|
Jumlah Pelepah
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Keanekaragaman
Hewan
Ikan Nila
|
|||||
Parameter
|
NM
|
NH
|
ZH
|
MM
|
MH
|
Warna Seluruh
|
Putih Merah
|
Hitam Putih
|
Hitam Keputihan
|
Kuning Keputihan
|
Hitam Keputihan
|
Warna Sisik
|
Putih
|
Putih Hitam
|
Putih
Hitam
|
Putih Kuning
|
Putih Hitam
|
Panjang Sisik
|
0,3 cm
|
0,4 cm
|
1 cm
|
1,2 cm
|
1,3 cm
|
Lebar Sisik
|
0,2 cm
|
0,3 cm
|
0,7 cm
|
1,1 cm
|
1,2 cm
|
Panjang Ikan
|
10,5 cm
|
12,5 cm
|
24 cm
|
22 cm
|
23 cm
|
Lebar Ikan
|
3 cm
|
4 cm
|
9 cm
|
7 cm
|
8 cm
|
Tinggi Sirip
|
1,5 cm
|
2,5 cm
|
4 cm
|
2,5
|
2 cm
|
Panjang Sirip
|
4,1 cm
|
5,5 cm
|
1,3 cm
|
8 cm
|
8 cm
|
Keterangan
:
NM
= Nila Merah
NH
= Nila Hitam
ZH
= Mujair Hitam
MM
= Mas Merah
MH
= Mas Hitam
|
NM (%)
|
NH (%)
|
ZH (%)
|
MM (%)
|
MH (%)
|
Warna Sisik
|
20
|
60
|
60
|
20
|
60
|
Panjang Sisik
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Lebar Sisik
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Panjang Ikan
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Lebar Ikan
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Tinggi Sirip
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Panjang Sirip
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Keanekaragaman
Manusia
Parameter Praktikan
|
Difa
|
Yuli
|
Siti
|
Rahma
|
Duma
|
Zebulon
|
Jenis Kelamin (P/L)
|
P
|
P
|
P
|
P
|
P
|
L
|
Lidah (M/TM)
|
TM
|
TM
|
TM
|
TM
|
TM
|
TM
|
Ibu Jari Tangan (B/TB)
|
TB
|
TB
|
TB
|
TB
|
TB
|
TB
|
Telinga (G/TG)
|
G
|
TG
|
G
|
G
|
TG
|
TG
|
Tapak Kaki (L/D)
|
L
|
L
|
L
|
L
|
L
|
L
|
Bulu Mata (TL/LK)
|
TL
|
LK
|
LK
|
TL
|
LK
|
TL
|
Warna Rambut (H/C)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
Golongan Darah (A/B/O/AB)
|
B
|
O
|
AB
|
O
|
O
|
O
|
Bentuk Rambut (K/L/I)
|
I
|
I
|
L
|
I
|
L
|
K
|
Keterangan
:
P = Perempuan TL = Tidak Lentik
L = Laki-laki LK = Lentik
M = Melengkung H = Hitam
TM = Tidak Melengkung C =
Coklat
B = Bengkok K = Keriting
TB = Tidak Bengkok L =
Lurus
G = Gantung I = Ikal
TG = Tidak Gantung
L = Leper
D = Datar
|
Difa (%)
|
Siti (%)
|
Yuli (%)
|
Rahma(%)
|
Roma (%)
|
Zebulon (%)
|
Jenis Kelamin
|
83,3
|
83,3
|
83,3
|
83,3
|
83,3
|
16,67
|
Gol. Darah
|
16,67
|
16,67
|
66,67
|
66,67
|
66,67
|
66,67
|
Jenis Telinga
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jenis Kaki
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
Jenis Rambut
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jenis Ibu Jari
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Jenis Bulu Mata
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
Jenis Lidah
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
4.2 PEMBAHASAN
KEANEKARAGAMAN
TUMBUHAN
·
ASTERACEAE
Berdasarkan
analisis data diatas, didapat bahwa seluruh daun dari family asteraceae
memiliki warna hijau, hal ini didukung teori bahwa ada secara anatomi didapat
adanya kandungan klorofil pada seluruh daun asteraceae, yang mana pigmen inilah
yang menjadikan warna hijau dan menjadi modal awal untuk dapat berfotosintesis,
sehingga mampu menangkap cahaya matahari.
Bunga
asteraceae atau yang memiliki nama Indonesia adalah bunga krisan, memiliki
jumlah putik dan benangsari yang sama untuk seluruh species untuk family
asteraceae, yakni putik 1 dan benangsari 5. Hal ini didapat untuk semua
asteraceae karena kemampuan tumbuhan ini bereproduksi relatif tinggi, dimana
kemampuan nya untuk berbunga memiliki peluang 5x kali besar karena memiliki
benang sari berjumlah 5.
Warna
tangkai daun pada bunga krisan, secara mendominan didapat dengan warna hijau
kecoklatan apabila bunga tersebut telah tua atau cukup umur untuk dipotong, dan
jika didapat untuk warna hijau muda apabila bunga krisan tersebut masih muda,
dan berdasarkan jumlah pita dari bunga krisan tersebut kami tidak bisa
memberikan pembahasan, hal ini disebabkan adanya human error yang mengakibatkan
rontoknya pita dari bunga krisan sebelum dilakukan pengamatan. Dan berdasarkan
jurnal penelitian oleh (Budi Setiyadi, et al. 2009) yang didapat bahwa bunga
krisan secara umum memiliki diameter bunga berkisar 6,81 – 10,03 cm, dan dengan
adanya penambahan konklisin pada perendaman bunga krisan selama 12 jam didapat
diameter bunga mencapai 3,45 – 14, 13
cm. Hal ini lah dapat dijadikan pedoman untuk para pengusaha bunga krisan,
sehingga memperoleh keunggulan krisan dibandingkan dengan yang lain.
·
BOUGENVILLE
Berdasarkan
analisis data diatas, didapat bahwa terdapat 5 jenis species dari bunga
bougenville yang memiliki warna nila, ungu, orange, putih dan merah. Pada bunga
bougenville memiliki warna daun yakni hijau, yang didukung dari kandungan
klorofil pada semua jenis daun bunga, untuk melakukan proses fotosintesis.
Pada
pengamatan didapat, bahwa jumlah putik pada bunga bougenville berjumlah 3 untuk
seluruh species pada bunga bougenville. Namun untuk benangsari ada perbedaan
antara species satu dengan yang lain, hal ini disebabkan kemampuan species
bougenville berbeda-beda, untuk bougeville merah, nila dan orange memiliki
tingkat produktifitas untuk menghasilkan individu baru lebih besar dibandingkan
untuk bunga bougenville putih dan ungu. Namun secara umum, ketika tumbuhan
dimasukkan dalam suatu species yang sama maka memiliki jumlah putik dan jumlah
benangsari yang sama.
Jumlah
mahkota pada bunga bougenville yang diamati berjumlah 15 untuk seluruh jenis
species pada bougenville, hal ini juga didukung oleh hasil penelitian oleh
(Paramita, et al. 2012) bahwa pertumbuhan kalus pada eksplan nodia dan daun
bunga kertas dalam kondisi in vitro memberikan mahkota dengan jumlah 15.
Terdapat
potensi yang besar dalam pembentukan tunas secara tidak langsung dan induksi
embrio somatic dari kalus yang terbentuk hasil penambahan BAP yang didalam
media MS. Maka perlu dilakukan eksplorasi media seperti campuran sitokinin dan
auksin terhadap pertumbuhan eksplan nodia maupun daun bunga kertas (Paramita,
et al. 2012).
Panjang
dari daun bougenville berkisar antara 4 – 5 cm, dan lebar daun bougenville
berkisar antara 3 – 5 cm dengan luas rata-rata berkisar pada angka 12 – 25 cm2.
·
CANNA
Berdasarkan
analisis data yang didapat untuk bunga tasbih (bunga canna) bahwa seluruh
species dari bunga tasbih memiliki warna daun hijau, hal ini juga mendukung
bahwa adanya kandungan klorofil pada daun tersebut sehingga bunga tersebut
mampu melakukan proses fotosintesis. Dan berdasarkan pengamatan yang didapat,
bahwa ada species dari bunga tasbih yang tidak mempunyai putik dan benang sari,
hal ini sangat bertentangan dengan teori yang didapat untuk jenis tumbuhan yang
memiliki putik dan benangsari sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan tersebut.
Maka, untuk pengamatan canna merah ada kesalahan dari praktikan (human error),
salah satu faktor yang utama adalah hilangnya putik dan benangsari sebelum
dilakukan pengamatan.
Mahkota
merupakan hiasan yang menjadikan bunga lebih indah, maka pada bunga canna
orange hijau kekuningan memiliki jumlah mahkota 5, sama dengan mahkota pada
canna coklat dan canna orange. Sedangkan pada canna coklat hanya memiliki
mahkota 1, dan canna merah tidak ada, inilah yang menjadi kesalahan praktikan
dalam penjagaan bahan praktikum sehingga tidak ditemukan mahkota bunga pada
canna merah, namun secara teori dan kenyataan di lapangan bahwa secara garis
besar, mahkota bunga canna berjumlah 5.
KEANEKARAGAMAN
HEWAN
Berdasarkan data yang
didapat bahwa ikan nila, mujair dan mas memiliki warna tubuh yang berbeda dan
memiliki warna yang mendominasi dari tubuh ikan tersebut, misalnya pada ikan
nila yakni warna putih dan hitam, sedangkan untuk mujair warna hitam dan untuk
ikan masa warna kuning dan hitam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Cypriana Siagian. 2009), menyatakan bahwa benuk tubuh ikan nila, mujair
maupun ikan mas berbentuk agak pipih serta memiliki warna tubuh dibagian
punggung lebih cenderung gelap dibandingkan dibagian lateral dan ventral. Namun
hal ini tidak terjadi pada ikan mujair dan ikan mas, karena warna yang
mendominasi seluruh tubuh ikan mujair adalah gelap sedangkan untuk ikan mas
yakni berwarna terang.
Pengamatan juga ditumpukan pada bentuk
sirip pada masing-masing ikan, pada ikan nila memiliki ukuran sisik yang paling
kecil dibandingkan dengan ikan mujair dan ikan mas,dan didapat bahwa sisik ikan
mujair dan ikan mas memiliki bentuk serta ukuran yang hampir sama, pengamatan ini dianggap benar karena
berdasarkan teori bahwa sisik ikan mas bertipe sikloid, ikan mujair bersisik
sikloid dan ikan nila bersisik stenoid. Dan untuk jenis warna pada masing-
masing sisik, memiliki warna yang sama yakni putih, hal ini karena ada pigmen
yang menjadikan warna putih pada hampir semua sisik ikan.
Ukuran panjang ikan tiap species ini
sangat bergantung pada usia (umur) species tersebut, karena praktikan
menggunakan ikan yang berumur 2 bulan, maka didapat bahwa panjang species ikan
juga berbeda-beda, dan panjang ikan tertinggi didapat untuk ikan mujair yakni
24 cm. Serta ikan mujair juga mendapat ukuran lebar terbesar yakni 9 cm, hal
ini sesuai dengan pengamatan oleh (Cypriana Siagian. 2009) yang menyatakan
bahwa ikan mujair memiliki perut yang besar dibandingkan dengan ikan nila dan
ikan mas, jadi faktor inilah yang menjadikan perut ikan mujair lebih besar.
KEANEKARAGAMAN
MANUSIA
Berdasarakan analisis data diatas,
didapat bahwa di kelompok 2 perempuan mendominasi kelompok, hal ini dibuktikan
dari banyaknya jumlah perempuan di kelompok 2 dengan perbandingan perempuan :
laki-laki = 5 : 1, yang mana kesemua dari anggota kelompok 2 memiliki lidah
dengan tidak menggulung, serta memiliki ibu jari yang tidak bengkok dan kaki
pada semua anggota kelompok termasuk bertipe kaki leper, yang mana ada
lengkungan pada kaki.
Untuk keseluruhan dari anggota
kelompok memiliki warna rambut hitam, yang mana terdapat kandunagan pigmen
warna hitam pada rambut, ini juga didukung karena usia semua anggota kelompok
yang masih muda, dan merupakan warga asli Indonesia yang memiliki ciri khas
rambut berwarna hitam. Data golongan darah didapat dari praktikum yang pernah
dilakukan untuk biologi umum 1, yakni golongan darah O sebanyak 4 orang,
golongan darah B sebanyak 1 orang dan golongan darah AB juga sebanyak 1
orang. Dan telinga yang dimiliki pada
anggota kelompok 2 mendominasi tidak gantung sebanyak 4 orang, dan bertipe
gantung sebanyak 2 orang. Untuk tipe dari rambut keriting, hanya pada 1 orang,
untuk tipe ikal ada 3 orang dan tipe rambut lurus pada 3 orang anggota
kelompok.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Keanekaragaman varietas
pada bunga aster (krisan) dapat diidentifikasi dari warna bunga yang tampak
secara morfologi, dan berdasarkan jumlah pita serta jumlah kelopak pada bunga
krisan.
2.
Keanekaragaman varietas
pada bunga bougenville dapat diidentifikasi dari warna mahkota bunga yang
bervariasi, dan jumlah benang sari pada tiap bunga bougenville.
3.
Keanekaragaman varietas
pada bunga canna dapat diidentifikasi dari warna mahkota bunga, jumlah pelepah,
serta warna tangkai daun.
4.
Keanekaragaman pada
hewan khususnya untuk kelas pisces, dapat diidentifikasi dari warna tubuh yang
mendominasi, tipe sisik pada ikan, dan bentuk sirip ekor (pinnae caudalis) pada
masing-masing ikan.
5.
Keanekaragaman pada
anggota kelompok 2 yang tampak mendominasi dari Jenis kelamin, tipe telinga,
tipe bulu mata, dan jenis rambut.
5.2 Saran
Praktikum sebaiknya
dilaksanakan di jam pagi hari, hal ini sebagai bentuk untuk menghindari human
error dalam kehilangan data dari bahan yang akan dipraktikumkan, dan praktikum
dengan materi keanekaragaman sebaiknya juga dilakukan uji statistik guna
mendapatkan nilai perbedaan nyata atau tidak, pada masing-masing varietas pada
species makhluk hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Arisanti, Desi
et al. 2012. Pengaruh Pemberian Vitamin C (Asam Askorbat) Terhadap Kesegaran
Bunga Krisan pada Kawasan Sentra Penghasil di Desa Ngasem, Kecamatan Jetis,
Bandungan, Jawa Tengah. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol XX
Cahyaningrum,
Paramita et al. 2012. Induksi Keragamana Somaklonal Bunga kertas (Zinnia sp)
sebagai Upaya Pengembangan Bunga
Potong Daerah Tropis. Jogjakarta : FMIPA UNY
Nurhalisyah.
2007. Pembungaan Tanaman Krisan (Chrysanthemum
sp) pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Jurnal Agrisistem. Vol 3 No :
2
Purnobasuki,
Hey et al. 2013. Keanekaragaman Morfologi Bunga Pada Chrysanthemum
morifolium Ramat dan Varietasnya. Jurnal Ilmiah Biologi. Vol 1 No : 1
Primanita,
Erma et al. 2010. Variasi Genetik Persilangan 3 Strain Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Ikan
Mujair (O. mossambicus) dengan Metode
Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akultur
Setiadi,
Budi et al. 2009. Karakter Fenotipe Tanaman Krisan (Dendranthema grandiflorum) Kultivar Big Yellow Hasil Pertanian
Kolkisin. Jurnal Agrotropika. Vol 1. No : 1
Siagian,
Cypriana. 2009. Tesis : Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitan
dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Medan : USU
Sumaryanti,
et al. 2012. Analisis Keanekaragaman Tanaman Kana (Canna sp) Berdasarkan Karakter Morfologi. Surabaya : Universitas Airlangga
Suryanto,
Dwi. 2003. Keanekaragaman Organisme Melalui Beberapa Teknik Genetika
Molekuler. Medan : USU
Suwanto,
Antonius. 2006. Genetically Modified Organisms (GMOs) : Keragaman Genetik
dan Preferensi Manusia. Bogor : IPB
Komentar
Posting Komentar