LAPORAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
Laporan
Praktikum Genetika
MONOHIBRID
DAN DIHIBRID
Disusun Oleh :
Nama : Yuli Hardiyanti
NIM : 4122220013
Kelas
: Biologi Nondik A 2012
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum Genetika
merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa yang berada
di semester V, dengan beban sks sebanyak 1. Jadi adapun bentuk aplikatif yang
saya lakukan untuk menjalankan perkuliahan di mata kuliah ini adalah mengikuti
praktikum dengan judul bab “Monohibrid dan Dihibrid” guna memenuhi sks yang
telah diambil untuk mata kuliah praktikum genetika.
Lingkungan telah memberikan variasi
morfologi dari tumbuhan berupa adanya perbedaan warna, hal ini selain
dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh genetik. Pada tingkat
genetik, sifat-sifat tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh sebuah lokus gen
tetapi oleh banyak lokus gen. Diversitas genetic dapat terjadi karena adanya
variasi genetic, baik internal maupun antarspecies pada suatu populasi. Adanya
polimorfisme pada suatu species akan sangat bermanfaat dalam bidang genetika
maupun kepentingan seleksi. Variasi ini dapat digunakan untuk identifikasi dan
mencari asal usul suatu jenis hewan, mengetahui hubungan kekerabatan antar
species sampai pada penyusunan peta gen. Informasi genetic dapat dijadikan
dasar perkawinan silang (Neo. 2003).
Secara teknis persilangan dilakukan
dengan maksud untuk penggabungan beberapad sifat yang semula terdapat pada dua
bangsa yang berbeda kedalam satu bangsa silangan, pembentukan bangsa baru,
garding up, pemanfaatan terosis. Salah satu keuntungan dari persilangan adalah hybrid vigour atau heterosis yakni untuk
mendapatkan keturunan yang lebih baik (Mega. 2008).
Adanya hukum peluang telah diterapkan
oleh bapak ilmu genetika, Gregor Mendel. Dimana dikemukakan bahwa hasil
persilangan dari generasi antar F1 pada kacang buncis untuk tujuh karakter
tanaman yakni bentuk biji, warna albumen, warna kulit biji, bentuk polong,
warna polong, posisi letak bunga dan panjang batang, dengan rasio 3 : 1.
Ketepatan hukum mendel juga diterapkan untuk mengetahui besarnya peluang
memperoleh benih jagung resesif dari hasil persilangan antara jagung biasa x
jagung QPM.
Pada
persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara bebas dapat dibuktikan dengan
mengawinkan suatu jenis organism dengan mengamati satu tanda beda pada organism
tersebut. Persilangan antara generasi F1 akan menghasilkan generasi F2 yang
terdiri dari dua macam fenotip dengan rasio 3:1 atau tiga macam genotip dengan
rasio 1:2:1. Pada persilangan dihibrid, gen-gen yang terletak pada kromosom
yang berbeda akan berpasangan secara bebas ketika gametogenesis, sehingga akan
menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1
Dengan adanya variasi morfologi pada
setiap species, maka sebagai bentuk pembuktian secara ilmiah maka kami
melakukan pengamatan tentang pekawinan monohibrid dan dihibrid, yang mana pada
pengamatan ini juga akan membuktikan kebenaran hukum mendel secara praktikum.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam
melakukan pengamatan ini adalah :
1. Untuk
menyelesaikan sks yang diambil untuk mata kuliah praktikum genetika di semester
V.
2. Untuk
membuktikan adanya prinsip segregari dan berpasangan secara bebas pada
persilangan.
3. Membuktikan
perbandingan mendel secara fenotif dan genotif monohibrid.
4. Membuktikan
perbandingan mendel secara fenotif dan genotif dihibrid.
5.
Menghitung X2 untuk
menguji data hasil pengamatan serta menginterpretasi nilai X2
setelah dibandingkan dengan nilai X2 pada tabel.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa
mampu menjadikan mata kuliah praktikum genetika sebagai modal awal untuk
pengembangan bakat penelitian secara aplikasi.
2. Mahasiswa
mampu menganalisis perbandingan hukum mendel
secara teori dan secara praktik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Model Perbandingan
Genetik Menurut Mendel
Gen adalah bahan genetikyang terkait dengan
sifat tertentu. Sebagai bahan genetik tentu saja gen diwariskan dari satu
individu ke individu lainnya. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang
dinamakan alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih sering
menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotifik berbeda.
Gregor Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang terkait
dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya 'faktor'.
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, kedua gen yang
merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima
satu gen dari alelanya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif
yang mengatur variasi pada karakter. Ini
adalah konsep mengenai alel.
2. Setiap individu membawa sepasang gen,
satu dari tetua jantanan satu dari tetua betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua
alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk (Mega. 2008).
2.2
Persilangan Monohibrid
Monohibrid adalah persilangan antar dua
spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat
berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum
ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini
di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di
masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui
adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetic
itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau
disingkat dengan factor.
Hukum
Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis
gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yasin. 2005)
2.3 Persilangan
Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah
persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda,
misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau
dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat; padi berumur pendek
dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak.
2.4 Chi Square
Dalam
genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk menguji apakah
data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yangkita
harapkan atau tidak. Di dalam suatu percobaan jarang sekali kita memperoleh
data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis). Hampir selalu
menjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada
penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin
sering terjadinya dapat dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat
diterima daripada penyimpangan yang jarang terjadi. Sekarang yang menjadi
pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu dapat diterima dan seberapa
sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan jawabannya dapat
dicari dengan uji X2. Rumus X2 adalah :
O (Observed) adalah hasil pengamatan,
sedangkan E (Expected) adalah data yang diharapkan secara teoritis, dan ∑
jumlah dari nilai X2 untuk setiap kategori.
Semakin kecil nilai X2 menunjukan
bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang diharapkan.
Sebaliknya semakin besar X2 menunjuka semakin besar pula
penyimpangannya. Batas penyimpangan yang diterima atau besar peluang terjadinya
nilai penyimpangan yang dapat diterima hanya satu kali dalam 20 percobaan
(peluang 1/20 = 0,05) maka pada P = 0,05 adalah atau ditolaknya data
percobaan, selain itu data juga dapat
dianalisis melalui distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak per kelahiran,
bobot lahir, dan bobot sapih serta melalui analisis statistik berupa rataan
sifat, koefisien varians, analisis ragam dan keunggulan relatif (Dedi. 2006).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan
Adapun pelaksanan pengamatan
monohibrid dan dihibrid dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2014 di
Laboratorium Biologi, Universitas Negeri Medan.
3.2 Alat dan Bahan
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Alat
Tulis
|
1
Set
|
2
|
Kalkulator
|
1
Buah
|
3
|
Kertas
Label
|
1
Lembar
|
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Uang
Logam
|
4
Buah
|
3.3 Prosedur Kerja
·
Monohibrid
1. Menyiapkan
uang logam sebanyak 2 buah.
2. Membuat
label untuk tiap sisi pada uang logam pertama.
M
= Merah , pada lambang Garuda
m
= Putih, pada lambang uang Rp 500,-
3. Membuat
label pada sisi logam kedua.
M
= Merah, pada lambang Garuda
m
= Putih, pada lambang uang Rp 500,-
4. Melakukan
pengulangan sebanyak 50 kali
5. Mencatat
setiap hasil pengamatan di lembar data pengamatan.
6. Melakukan
uji chi square untuk percobaan monohibrid.
·
Dihibrid
1. Menyiapkan
uang logam sebanyak 4 buah
2. Membuat
label untuk logam pertama
M
= Merah, pada lambang Garuda
m
= Putih, pada lambang uang Rp 500,-
3. Membuat
label untuk logam kedua
H
= Hijau, pada lambang Garuda
h
= Kuning, pada lambang Rp 500,-
4. Membuat
label untuk logam ketiga
M
= Merah, pada lambang Garuda
m
= Putih, pada lambang uang Rp 500,-
5. Membuat
label untuk logam keempat
H
= Hijau, pada lambang Garuda
h
= Kuning, pada lambang Rp 500,-
6. Melalukan
pengulangan sebanyak 100 kali.
7. Mencatat
setiap hasil pengamatan di lembar data pengamatan.
8. Melakukan
uji chi square untuk percobaan monohibrid.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Monohibrid
1.
MM 11. MM 21.
MM 31. MM 41. mm
2.
Mm 12. Mm 22.
Mm 32. mm 42. mm
3.
mm 13. Mm 23.
MM 33. mm 43. MM
4.
Mm 14. Mm 24.
MM 34. MM 44. mm
5.
MM 15. MM 25.
MM 35. mm 45. MM
6.
Mm 16. Mm 26.
MM 36. mm 46. mm
7.
MM 17. MM 27.
Mm 37. MM 47. MM
8.
MM 18. Mm 28.
MM 38. mm 48. mm
9.
MM 19. Mm 29.
Mm 39. mm 49. mm
10. MM 20. MM 30. mm 40. mm 50.
MM
Ho :
Data merupakan dominansi sempurna
Hi :
Data merupakan tidak dominansi sempurna
Perbandingan Genotif
MM : Mm : mm
23 : 12 : 15
Perbandingan Fenotif
Merah :
Putih
35 :
15
|
Merah
|
Putih
|
Jumlah
|
Observasi (O)
|
35
|
15
|
50
|
Diramal (E)
|
¾ x 50 = 37,5
|
½ x 50 = 12,5
|
50
|
Deviasi (d)
|
- 2,5
|
+ 2,5
|
|
Maka
X2 =
X2
= = 0,167 + 0,5 = 0,667
X tabel dengan (1, 0,05) = 3,84
X Hitung < X tabel
Maka Ho diterima
yakni data merupakan dominansi sempurna.
Dihibrid
1. MmHH 21. MMHH 41. MMhh 61. Mmhh 81.
MmHh
2. mmHh 22. MMHh 42. MMhh 62. Mmhh 82.
MMHh
3. Mmhh 23. MMhh 43.
Mmhh 63. MmHH 83. MmHH
4. MmHh 24. MmHh 44. MmHh 64. MMhh 84.
MmHh
5. MMHh 25. MmHh 45. mmhh 65. Mmhh 85.
MmHh
6. MMHH 26. MmHh 46. mmHH 66. Mmhh 86.
MmHh
7. MMhh 27. MMHh 47. MmHh 67. mmhh 87.
MmHh
8. MmHH 28. MmHh 48. MmHh 68. MmHH 88.
MmHh
9. mmHh 29. MmHh 49. mmHh 69. MMhh 89.
MmHh
10. MmHh 30. mmHh 50. MmHh 70. MmHH 90.
MMHH
11. mmHh 31. MmHh 51. Mmhh 71. mmHH 91.
MmHh
12. MmHh 32. MMHh 52. MmHh 72. MMHh 92.
MmHh
13. MmHh 33. MmHh 53. MMHh 73. mmHh 93.
MMHh
14. mmHh 34. MmHh 54. mmHh 74. MMHh 94.
mmHh
15. MMHh 35. Mmhh 55. mmHh 75. MmHH 95.
MmHH
16. MMHh 36. MmHh 56. mmHh 76. mmHh 96.
MmHH
17. mmhh 37. mmHH 57. MMHh 77. MMhh 97.
mmHh
18. MmHh 38. MmHh 58. mmHh 78. mmHH 98.MMHh
19. Mmhh 39. MmHh 59. MMHh 79. MmHh 99.
MmHH
20. MMHH 40. MMHh 60. MmHh 80. mmHh 100.
MmHh
Perbandingan Fenotif
Merah Hijau : Merah Kuning :
Putih Hijau : Putih Kuning
62 : 16 : 19 : 3
Dimana
Ho = Data tidak
dominanasi sempurna
Hi = Data dominansi
sempurna
|
Merah Hijau
|
Merah Kuning
|
Putih Hijau
|
Putih Kuning
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
62
|
16
|
19
|
3
|
100
|
Diramal (e)
|
56,25
|
18,75
|
18,75
|
6,25
|
100
|
Deviasi (d)
|
+ 5,75
|
-2,75
|
-2,75
|
-3,25
|
|
Maka : X2 =
=
=
0,587 + 0,403 + 2,33 + 1,69
= 5,01
X tabel dengan db (3, 0,05) = 7,82
Maka X hitung < X tabel
Jadi, Ho diterima sebagai data dominansi tidak
sempurna
Pembahasan
Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan
oleh sepasang faktor keturunan yang dikenal dengan gen. Sepasang gen ini, satu
berasal dari induk jantan dan yang lain dari induk betina. Gen yang sepasang
ini disebut satu alel. Gen yang sealel akan memisah satu dengan lainnya pada
waktu gametogenesis. Peristiwa pemisahan ini disebut dengan hukum segregasi secara
bebas.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada percobaan persilangan monohibrid dengan menggunakan
logam, dimana merah merupakan gen dominan dan putih merupakan gen resesif
dengan 50 kali pengulangan dalam pengambilan data monohibrid. Hasil yang
diperoleh dari percobaan memiliki perbedaan dengan analisis dari hukum Mendel,
dengan jumlah yang diperoleh untuk merah 35 dan untuk putih 15, sedangkan
berdasarkan hukum mendel seharusnya diperoleh 37,5 untuk merah dan 12,5 untuk
putih. Sehingga deviasi yang didapat untuk merah = -2,5 dan untuk putih +2,5.
Untuk nmenguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai
dengan hukum mendel atau tidak maka digunakan uji chi square (X2),
didapat 0,667 untuk X hitung. Jika melihat tabel pada peluang 0,05 dengan
derajat bebas (1) maka didapat X tabel = 3,84. Sehingga X Hitung < X tabel
maka sesuai dengan kesepakatan data hasil percobaan dapat kita terima atau
sesuai dengan teori bahwa persilangan merupakan dominansi sempurna dengan
perbandingan fenotip 3 : 1.
Sedangkan berdasarkan hasil percobaan untuk persilangan
dihibrid dengan menggunakan 4 uang logam, yakni sebagai analogi untuk
menunjukkan dua karakter / sifat beda yakni merah (M) sebagai gen dominan dan
putih sebagai gen resesif (m), sedangkan hijau (H) sebagai gen dominan dan
kuning (h) sebagai gen resesif dengan 100 kali pengulangan dalam pengambilan
data sehingga berdasarkan hasil pengamatan didapat untuk merah hijau 62, untuk
merah kuning 16, untuk putih hijau 19 dan untuk putih kuning 3. Sehingga
perbandingan didapat adalah 62 : 16 : 19 : 3 sedangkan hasil yang diramal
dengan menggunakan hukum mendel yakni untuk merah hijau 56,25, merah kuning
18,75, putih hijau 18,75 dan putih kuning 6,25. Sehingga diperoleh hasil uji
chi square (X2) didapat X hitung 5,01, sedangkan untuk X tabel
dengan derajat bebas 3 diddapat bahwa X tabel 7,82 sehingga X hitung < X
tabel, maka data Ho diterima sebagai data dominansi tidak sempurna, dengan
perbandingan teori 9 : 3 : 3 : 1.
Sistem perkawinan baik monohibrid maupun dihibrid sangat
penting dalam menentukan kualitas benih dan bibit yang dihasilkan, sekaligus
kuantitasnya. Informasi besarnya derajat perkawinan silang pada beberapa
organisme sangat berguna untuk pendugaan besarnya keragaman genetik dan
keberhasilan upaya persilangan buatan dalam rangka perakitan varietas unggul
(Hamzah. 2009).
Jadi
berdasarkan percobaan diatas dengan adanya persilangan diharaplan perfoma
generasi pertama akan melebihi rataan perfoma tetuanya, sehingga dapat
mengevaluasi hasil persilangan (Didi. 2006).
DATA KELOMPOK 3
MM
|
Mm
|
mm
|
mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
MM
|
Mm
|
mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
mm
|
mm
|
MM
|
mm
|
Mm
|
mm
|
mm
|
mm
|
mm
|
Mm
|
MM
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
MM
|
mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
mm
|
Mm
|
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
Merah (MM,Mm) = 35
Putih (mm) = 15
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
35
|
15
|
50
|
Diramal (e)
|
|
|
50
|
Deviasi (d)
|
-2,5
|
+2,5
|
|
Maka: X2 =
=
= 0,167 + 0,5
= 0,667
X hitung = 0,0284
X tabel = 3,84
Jadi, X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
MmHh
|
MMhh
|
Mmhh
|
mmHh
|
MMHH
|
MmHH
|
MmHh
|
Mmhh
|
MMHH
|
MmHH
|
MmHh
|
MmHh
|
MMhh
|
MMHh
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHH
|
MMHH
|
Mmhh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MMHh
|
mmHH
|
MmHH
|
Mmhh
|
MmHH
|
MMhh
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHh
|
mmHh
|
MMHH
|
MmHh
|
MmHH
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MmHH
|
MMHh
|
MmHH
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHh
|
MMHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
MMHH
|
Mmhh
|
MmHh
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
MMhh
|
MMHH
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MMHh
|
MMhh
|
MmHh
|
MMhh
|
MMHh
|
MmHh
|
MmHH
|
Mmhh
|
MmHh
|
Mmhh
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHh
|
mmHh
|
MmHH
|
Mmhh
|
MMHh
|
MMHh
|
MmHH
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHh
|
MmHh
|
MMHh
|
MMhh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
mmHh
|
MMhh
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MmHH
|
MmHH
|
MmHH
|
mmHH
|
MMhh
|
MmHH
|
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
H = Hijau
h = Kuning
Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 63
Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 23
Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 10
Putih Kuning (mmhh) = 4
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah Hijau
|
Merah Kuning
|
Putih Hijau
|
Putih Kuning
|
Jumlah
|
Diperoleh(o)
|
63
|
23
|
10
|
4
|
100
|
Diramal(e)
|
|
|
|
|
100
|
Deviasi(d)
|
+6,75
|
+4,25
|
-8,75
|
-2,25
|
|
Maka: X2 =
=
= 0,81 + 0,963 +
4,083 + 0,81
= 6,666
X hitung = 6,666
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 4
a. Monohibrid
Keterangan:
M = Merah
m = putih
Merah (MM,Mm) = 40
Putih (mm) = 10
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
40
|
10
|
50
|
Diramal (e)
|
|
|
50
|
Deviasi (d)
|
2,5
|
-2,5
|
|
Maka =
=
= 0,167 + 0,5
= 0,667
X hitung = 0,667
X tabel = 3,84
JadiX hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
Keterangan:
Merah = M
Putih = m
Hijau = H
Kuning = h
Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 55
Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 15
Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 25
Putih Kuning (mmhh) = 5
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah Hijau
|
Merah Kuning
|
Putih Hijau
|
Putih Kuning
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
55
|
15
|
25
|
5
|
100
|
Diramal (e)
|
|
|
|
|
100
|
Deviasi (d)
|
-1,25
|
-3,75
|
6,25
|
-1,25
|
|
Maka: X2 =
=
= 0,0278 + 0,75 + 2,083 + 0,25
= 3,1108
X hitung = 3,1108
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 5
a. Monohibrid
Mm
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
MM
|
MM
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
MM
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
mm
|
Mm
|
MM
|
MM
|
Mm
|
mm
|
MM
|
MM
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
mm
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
MM
|
Mm
|
Keterangan:
M = Merah
m = putih
Merah (MM,Mm) = 36
Putih (mm) = 14
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
36
|
14
|
50
|
Diramal (e)
|
|
|
50
|
Deviasi (d)
|
-1,5
|
1,5
|
|
Maka: X =
=
= 0,06 + 0,18 =
0,24
X hitung = 0,24
X tabel = 3,84
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
MmHh
|
MMHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
mmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHH
|
MmHh
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHH
|
Mmhh
|
MmHH
|
MmHH
|
Mmhh
|
mmHh
|
Mmhh
|
mmHh
|
MmHH
|
MmHH
|
Mmhh
|
MMHH
|
MMhh
|
MMHH
|
MmHh
|
MmHH
|
MMHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MMHh
|
Mmhh
|
MMhh
|
MmHh
|
MmHH
|
MMHH
|
mmHh
|
MMHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MMhh
|
MMHh
|
MMHH
|
MMHH
|
MMhh
|
mmHH
|
MmHH
|
MMhh
|
MmHh
|
Mmhh
|
MMHH
|
MmHH
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHh
|
MmHh
|
MmHh
|
mmhh
|
MMhh
|
mmHH
|
MMHh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MMHh
|
MmHH
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHH
|
mmHH
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MMhh
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MMHH
|
MmHh
|
MmHh
|
mmHh
|
Mmhh
|
MmHh
|
mmHH
|
MMHH
|
mmhh
|
MMHH
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MmHh
|
Mmhh
|
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
H = Hijau
h = Kuning
Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 58
Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 22
Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 15
Putih Kuning (mmhh) = 5
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah Hijau
|
Merah Kuning
|
Putih Hijau
|
Putih Kuning
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
58
|
22
|
15
|
5
|
100
|
Diramal (e)
|
|
|
|
|
100
|
Deviasi (d)
|
1,75
|
3,25
|
-3,75
|
-1,25
|
|
Maka: X =
=
= 0,054 + 0,563 +
0,75 + 0,25
= 1,617
X hitung = 1,617
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 1
a. Monohibrid
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
Merah (MM,Mm) = 40
Putih (mm) = 10
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
40
|
10
|
50
|
Diramal (e)
|
|
|
50
|
Deviasi (d)
|
+ 2,5
|
- 2,5
|
|
Maka: X2 =
=
= 0,167 + 0,5
= 0,667
X hitung = 0,667
X tabel = 3,84
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
MMHh
|
mmHh
|
MmHh
|
mmhh
|
mmhh
|
MMHh
|
MMHh
|
MmHh
|
mmHH
|
MMhh
|
MmHh
|
MMHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHH
|
MmHh
|
MMHH
|
MMHh
|
MMHh
|
mmHH
|
MmHh
|
mmHh
|
MMhh
|
MmHh
|
mmHH
|
MMHh
|
MMHH
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
MmHh
|
mmhh
|
MmHh
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHH
|
mmhh
|
MMHh
|
Mmhh
|
mmHH
|
mmHH
|
MmHh
|
MmHH
|
mmHh
|
MMhh
|
mmHh
|
MmHh
|
MmHh
|
MMHh
|
Mmhh
|
mmHH
|
mmHh
|
MmHh
|
MmHH
|
MmHh
|
mmHh
|
MmHH
|
MmHh
|
mmHh
|
mmhh
|
MMHH
|
Mmhh
|
mmHh
|
MmHh
|
MMHH
|
mmhh
|
MmHH
|
MmHh
|
mmHh
|
MmHH
|
MmHh
|
mmhh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
MMHH
|
Mmhh
|
MmHH
|
mmhh
|
Mmhh
|
Mmhh
|
mmHh
|
Mmhh
|
MmHh
|
MmHh
|
Mmhh
|
mmHh
|
MmHh
|
MMHh
|
mmHh
|
Mmhh
|
MMHh
|
mmHh
|
MmHh
|
mmHH
|
Mmhh
|
MmHh
|
mmHh
|
Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 58
Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 11
Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 20
Putih Kuning (mmhh) = 11
Analisis Data:
Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil
percobaan, X =
|
Merah Hijau
|
Merah Kuning
|
Putih Hijau
|
Putih Kuning
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
58
|
11
|
20
|
11
|
100
|
Diramal (e)
|
|
|
|
|
100
|
Deviasi (d)
|
1,75
|
-7,75
|
1,25
|
4,75
|
|
Maka: X =
=
= 0,054 + 3,203 +
0,083 + 3,61
= 6,95
X hitung = 6,95
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima
yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Pada persilangan
monohibrid, didapat perbandingan fenotip untuk merah : putih, 35 : 15.
2.
Pada persilangan
dihibrid, didapat perbandingan fenotip untuk merah hijau : merah kuning : putih
hijau : putih kuning, 62 : 16 : 19 : 3.
3.
Persilangan
monohibrid pada percobaan merupakan data dominansi sempurna.
4.
Persilangan
dihibrid pada percobaan merupakan data dominansi tdak sempurna.
5.2 Saran
Percobaan monohibrid dan dihibrid sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan kancing genetika untuk mendapatkan data yang lebih akurat
karena penggunaan uang logam kurang efektif.
Daftar Pustaka
Endra, Neo et al. 2003. Identifikasi
Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA
Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik
PCR-RFLP. Jurnal Biodiversitas. Vol 4
No : 1
Hamzah, et al. 2009. Sistem
Perkawinan Bakau Bandul (Rhizophora mucronata
Lamk) Berdasarkan Analisi Isozim. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol 6 No :
2
Rahmat, Dedi. 2006. Evaluasi
Performa Domba Persilangan Barbados dengan Domba
Priangan
sebagai Sumber Bibit Unggul. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol 6 No : 2
Saraswati, Mega. 2008. Estimasi
Korelasi Genetik Litter Size Bobot Lahir dan Bobot
sapih Kambing Hasil Persilangan (F1) Pejantan Boer Murni
dengan Kambing Lokal. Skripsi. Malang :
Universitas Brawijaya
Yasin, Muhammad et al. 2005. Uji
Kesesuaian Hukum Mendel Dalam Memilih
Benih
Jagung Opaque. Jurnal
Informatika Pertanian. Vol 14 No : 1.
Komentar
Posting Komentar